Jumat, 24 Agustus 2012

Best Friend or Love (15)


                                     *BEST FRIEND OR LOVE (15)*





         




       “Emma!” Suara Bella membuatku takut. Aku pasrah bila Bella memang akan marah padaku. Tapi, aku harap itu tidak terjadi.

          “Emma, aku pikir kamu bakal menepati janjimu. Seharusnya kamu membatalkannya sejak awal bukan hari ini yang tinggal 2 hari lagi!” Bella marah padaku. Aku tidak berani menatap wajah Bella. Aku tau ini semua memang kesalahku.

          “I’m sorry, Bella. I know it’s my wrong. Daddy juga baru memberitahukanku setelah aku membuat janji denganmu.” aku menundukkan wajahku & tanpa terasa air mataku menetes membasahi kedua pipiku.

          “Kenapa kamu menerima janji dengan Mr. Nightwater? Bukankah dia hanya ayah tirimu, dia bukan ayah kandungmu bukan?” Bella memukul meja. Kata-kata Bella membuat amarahku langsung naik dalam sekejap.

Tanpa mendengar perkataan Bella lagi… “Lalu kamu siapa? Apa kamu anggap dirimu itu lebih penting dan lebih berharga dari Daddy? Aku kenal Daddy lebih lama dari aku mengenalmu! Aku menyayangi Daddy lebih awal dari aku menyayangimu! Aku tidak perduli dia orangtua kandungku atau bukan! Yang aku perdulikan seberapa besar perhatian dan kasih sayang dia terhadapku! I’m very so much love My Daddy and I hate you, Bella!” aku ‘tak memperdulikan lagi orang-orang yang melihat kearah aku dan Bella.

“What happen, Emma? Bella?” Kian datang merangkul pundakku dari belakang.

“Ok. Now you hate me. I just want you to know, I hate you too Emma.” Bella pergi meninggalkanku. Kali ini Bella memang keterlaluan.

“Emma, what happen? Kian?” Bryan dan Nicky datang kepadaku dan Kian dari segerombolan orang-orang yang melihatku. “I don’t know, too” Kian mengangkat kedua bahunya secara bersamaan.

Aku memeluk Nicky, lalu menangis dipelukannya. Nicky yang kaget melihat reaksiku tetap memelukku juga dan mengelus-elus rambutku dengan lembut, membuatku semakin nyaman dipelukannya dan tetap menangis untuk mengeluarkan isi hatiku.

Bryan dan Kian juga kaget melihatku memeluk Nicky dan menangis di pelukkannya. “Sudah! Ini bukan tontonan yang seru. Bubar! Bubar dari sini semuanya sekarang!” Brian dan Kian mengusir para mahasiswa yang melihat aku dan Bella berdebat.

Aku masih menangis dan terus menangis memeluk Nicky. “Brian, Nicky aku sangat tau ini bukanlah waktu yang tepat untuk cemburu. Karena itu lebih baik aku pergi dan tolong beri tau aku kalau Emma sudah cerita apa masalahnya.” Kian pun melangkah pergi meninggalkan kami bertiga. (Kian masih bisa baik walau jealous ya ^-^)

‘Bruakk!’ “Aduhh!” suara Kian terdengar meringis kesakitan membuat aku Nicky, dan Brian terlonjak kaget seketika. “Nicky, kamu temani Emma disini dan biar aku yang melihat apa yang terjadi dengan Kian” Bryan berlari keluar. (Kebiasaan Kian kalau sudah jealous ~(O.O)~)

“Ok, do you want to cry again, honey?” Nicky menatapku lembut. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku. “Hmm.. Syukurlah… Now, please tell me what happen? May I help you?” Nicky mengikutiku duduk.

Aku hanya terdiam. “This is about your birthday? or about Paris?” Nicky mencoba meyakinkan rasa penasarannya. “Awalnya memang benar dan aku tau, and I know it’s all my wrong. Tapi, dia berujung menjelek-jelekan Daddy dan aku tidak bisa terima itu.” aku menatap Nicky yang masih mengelus-elus rambutku dengan lembut.

“Hmm… Dari dulu kamu tidak pernah berubah, selalu membela orang yang dicela. Kamu memang benar membela Mr. Nightwater, tapi bukanlah lebih baik kamu lebih dulu memberitahukannya dengan cara yang sedikit lebih lembut?” Nicky tersenyum seraya tetap mengelus-elus rambutku.

“You alright, Nicky. Sorry, aku tidak bisa mengendalikan emosi ku” aku memeluk Nicky dan tersenyum. “No problem, honey.” Nicky menarikku ke dalam pelukannya kemudian dia memelukku sangat erat dan aku pun hanya terdiam. (Team Byrne nggak boleh jealous lohh yaa :D)











*Keesokan harinya*
          Hari ini adalah kesempatan terakhirku memberitahukan Mark tentang kepergianku ke Paris. Tapi aku ‘tak menemukan Mark dari kemarin di Universitas Summerhill College ini.

          Aku melihat jam ditanganku. Waktu telah menunjukkan pukul 10:10. Sudah 3 jam aku mencari Mark, tapi ‘tak kunjung ku temui juga dirinya. Sedangkan aku harus berangkat pukul 10:30 karena pesawatku lepas landas pukul 12:00, kata Mom berangkat jam setengah 11 supaya tidak terlambat atau takut terkena macet.

          Akhirnya aku hanya menuliskan sepucuk surat kepada Mark :
        Mark, maaf aku tidak bisa memenuhi janji ku kali ini. Mom and Daddy mengharuskanku untuk ikut bersama mereka ke Paris tepat dihari ulang tahunku. Maaf aku tidak bisa memberitahukanmu secara langsung karena waktu yang ku miliki tidak mencukupi. Aku akan menundanya sampai aku kembali dari Paris. Once again, Sorry Mark. See you J
By : Emma Nightwater”


          Aku mencari Kian diruang kelas. Untungnya aku dapat menemuinya disana sedang bercengkrama dengan temannya. Saat aku menuju bangku tempat Kian, aku sedikit melirik kearah Bella dan ternyata Bella mengacuhkanku. Aku terima, Bella pasti masih marah padaku. Aku akan membiarkannya berfikir tenang.

          “Kian, tolong berikan surat ini pada Mark ya… Bye and see you next time, thanks before ya” aku memeluk Kian lalu berlari menuju gerbang tanpa mendengarkan perkataan Kian yang kebingungan.












*Dimobil adik Daddy*
          “Are you ready, Dear?” Daddy bertanya padaku untuk kesekian kalinya dengan pertanyaan yang sama. “I’m ready, Daddy” ucapku meyakinkan.

          “Sudah memberitahukan temanmu itu bernama.. siapa yaa.. kalau Mom tidak salah namanya Zine, eh bukan.. Zayn, eh no no no.. He’s name is..” Mom berpikir keras. Memang sifatku yang sering lupa nama orang yang baru dikenal itu diturunkan oleh Mom. “Shane!” jawabku dan Daddy serempak yang membuat kami semua tertawa didalam mobil. (Zayn kan personil 1D, memang anak dan ibu ini sifatnya sama. Hahaha :D)












*Didalam Pesawat*
          “My little angle, you don’t answer my question. Kamu sudah berpamitan pada Shane atau temannya yang tinggi besar dan tampan itu ?” Mom menggenggam tanganku. “Hahaha… maksud Mom itu Mark?” tanyaku balik.

          “Oh, iya. Namanya Mark, tadi Daddy juga ngomong begitu. Kamu sudah pamitan padanya?” Mom berbalik bertanya padaku lagi. “Umm… Nothing, Mom. I haven’t a long time.” aku berbalik arah menatap jendela pesawat yang sedang lepas landas ini.

          “He will sad, dear” Mom juga berbalik arah untuk memesan sesuatu kepada seorang pramugari. “Sorry, Mom. I’ll never do it again, promise!” jawabku tanpa melepaskan pandanganku dari kaca jendela melihat burung-burung yang berbaris rapi dengan sangat indah. Dan sepertinya Mom hanya tersenyum kearahku.












*Dikamar Hotel*
          Aku menempati kamar hotel yang lebih sempit dari Mom and Daddy. Karena aku menempatinya hanya seorang diri jadi aku lebih memilih kamar bercorak warna putih ini. Walau pun Mom and Daddy sempat banyak bertanya-tanya hal yang menurutku kurang penting namun akhirnya mereka setuju dengan permintaanku.

          I lay my love on you it’s all I wanna do. Every time I breathe I feel brand new. You open up my heart, show me all your love and walk right through. As I lay my love on you’ tiba-tiba handphone ku berdering. Ku baca nama dilayar dimonitor handphone ku ‘Shane Filan’. Tanpa pikir panjang, aku langsung menerima telponan darinya. (Sempat jingkrak-jingkrak dulu yaa.. hehehe :D)

          “Halo, Shane?” sapa ku duluan. “Hay, honey?” jawab Shane dengan lembut. “Why you call me, Shane? What happen? Oh ya, Sorry I forget to say I’m in Paris now” ucapku gelisah. “Hahaha… Aku sudah tau kok, Emma” jawab Shane masih dengan nada yang lembut.

          “Oh, ya? Syukurlah… Disini sudah pukul 9 malam, Shane. Perjalanan dari bandara ke hotel penginapanku cukup panjang bahkan memakan waktu berjam-jam. How are you, Shane?” tanyaku.

          “If you want to know my condition, you must open your window now..” Shane berkata lembut. Perkataan Shane membuatku menjadi sungguh penasaran sekaligus terkejut.

          Aku menuju jendela satu-satunya dikamarku, lalu membukanya. Wow! It’s a big amazing surprise! Aku terlonjak kaget sekaligus senang. Aku menaruh handphone ku di telingaku kembali.

          “Shane?!” aku memanggil namanya. “Turunlah kebawah sebentar, Emma” aku langsung mematikan ponsel ku dan berlari menemui Shane.






*Dihalaman belakang hotel*
          “Taarraaaa!!!! It’s my surprise!” Mark menyambutku duluan. “Mark, thank you so much” aku memeluk Mark.

          “Emma, maafkan kalau acting ku keterlaluan ya?” Bella datang bersama Bryan. “Jadi kemarin itu cuman acting?” tanyaku. “Hahaha.. Aku sudah mengikhlaskan Shane kok, karena sekarang aku sudah jatuh cinta pada salah satu sahabat masa kecilmu ini” Bella memeluk Bryan.

          “Jadi, kalian berdua sudah jadian?” mendengar pertanyaanku Bella dan Bryan hanya tertawa.

“Sorry, Dear. Kami tidak memberitahukanmu tentang ini” Mom and Daddy datang berjalan padaku.
         
“Aku, Kian, dan Mark juga sudah merelakanmu” sambut Nicky dari belakangku. Aku hanya tersenyum dan memeluk Nicky.

          “Kurasa, Shane juga ingin dapat pelukan darimu” Nicky menaikan alisnya dan mengarahkan matanya pada Shane seolah menyuruhku segera mendatangi Shane. Aku tersenyum dan langsung berjalan ke hadapan Shane.

          “Emma, my honey and my love. I wanna grow old with you. So, will you marry me honey?” Shane berlutut seraya menunjukkan sebuah cincin permata padaku. Aku kaget sekaligut gembira.

          “Aku tidak bisa, Shane!” jawabanku membuat semua yang ada ditempat itu kaget. “Why?” Shane memegang kedua tanganku.

          “Sssttt!!!! Dengarkan dulu sampai akhir! Aku tidak bisa menolak permintaanmu itu, ‘cause I’m very love you and I wanna grow old with you too” seketika setelah jawabanku itu Shane langsung memelukku erat dan suasana dipesta ini sangat meriah.

          “Thanks for my best friends and my parents… Thanks for you too, God. Thanks, my birthday this year makes so amazing. I love you, God. Thanks for all” ucapku dalam hati.






----------------------THE   END----------------------




Terima kasih banyak telah membaca cerita saya. Maaf jikalau ada kesalahan pada cerita, atau menyinggung anda, atau pun ada memiliki kesamaan nama atau cerita. Dan saya minta maaf jika cerita ini kurang menarik atau tidak menarik sama sekali atau bahkan membuat anda bosan. Saya hanyalah manusia biasa dan bukanlah penulis professional, jadi tolong dimaafkan yaa… Thanks before :)

Sekali lagi terima kasih telah membaca cerita saya “BEST  FRIEND  OR  LOVE” :)



Nama  Pemeran  Cerita :
Emma  Nightwater = Pemeran utama, seorang anak blasteran keturunan Indonesia & Irlandia yang orang tua kandungnya bercerai. Awalnya dia tinggal dengan ayah kandungnya, namun dia akhirnya memilih tinggal di Sligo, Irlandia bersama ibu kandungnya & ayah tirinya yang juga seoorang dosen di tempat Emma berkuliah di Summerhill College. Emma pun berganti marga keluarga mengikuti ayah tirinya.

Shane  Steven  Filan = Orang yang disukai dan menyukai Emma. Shane juga merupakan orang yang awalnya disukai oleh Bella, teman sepermainan Shane yang kini juga sahabat Emma. Shane merupakan orang yang lembut.

Bella  Sunshine = Sahabat Emma dan teman sepermainan Shane. Bella pernah menyukai Shane, namun kini hatinya memilih teman sepermainan Emma yaitu Bryan. Bella memiliki wajah yang ‘tak sempurna karena kecelakaan yang pernah menimpanya sewaktu ia masih kecil.

Mr. Nightwater = Ayah tiri dari Emma. Seorang dosen di Summerhill College.

Mrs. Nightwater = Istri dari Mr. Nightwater. Merupakan ibu kandung dari Emma.

Mark  Feehily = Seorang cowok tinggi dan tampan. Mark juga menyukai Emma.

Kian  Egan = Seorang cowok tampan namun suka mencari perhatian dari Emma karena ia pun juga memiliki perasaan special kepada Emma.

Bryan Mcfadden = Teman sepermainan Emma yang paling konyol. Wajahnya yang tampan membuat Bella jatuh cinta padanya. Dia juga menyukai Bella, sahabat Emma. Walau tingkahnya kekanak-kanakan, namun hatinya seperti malaikat.

Nicky  Byrne = Cowok berwajah imut & manis. Temansepermainan Emma dan Bryan. Menyukai Emma sejak masih di Junior High School.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Sensasionaisasi story good good good