Kamis, 02 Agustus 2012

Best Friend or Love (11)


         *BEST FRIEND OR LOVE (11)*








         Sesampainya ditempat parkir mobil studio, Bryan memarkir mobilnya ditempat yang  paling dekat dengan pintu studio. Setelah itu Bryan langsung mematikan mesin mobilnya dan kami cepat-cepar keluar dari mobil lalu berlari menuju studio.

          Dengan agak kelelahan, kami berhenti didepan lift. Bryan menekan tombol lift yang menuju keatas.






*5 Menit Kemudian*
          Sudah 5 menit aku dan Bryan menunggu didepan lift namun daritadi lift samasekali tidak terbuka padahal aku dan Bryan sudah berkali-kali menekan tombolnya.

          “Bryan, ini sudah 5 menit tapi belum juga terbuka” aku menunjukkan jam tanganku kepada Bryan. “Ini lift nggak pengertian banget. Yasudah, kita lewat tangga saja, Emma” Bryan mengarahkanku ke tangga yang terdekat dengan lift ini.





*Ditangga menuju lantai 3*
          Ditangga menuju lantai ke-3 ini aku sudah sangat kelelahan. “Bryan, ruangannya ada dilantai berapa sihh? Aku udah capek banget. Jangan bilang mereka ada dilantai paling atas lohh ya!” aku terdiam dan menyandar pada tembok.

          Bryan berbalik dan melihat ke arahku yang berdiri diam kelelahan. “Tenang saja, gedung ini terdiri dari 7 lantai. Ruangannya ada dilantai ke-5.” Bryan tersenyum. (Nggak kebayang capeknya :D)

          “What!! Lantai ke-5!! Oh my God!!” jawabku tersentak. “Emma, kita tidak punya waktu yang banyak. Kamu mau membiarkan mereka saling beradu otot? Kalau kita menyerah disini, percuma dengan apa yang kita perjuangi sebelumnya. Come on, Emma.” Bryan menarik tanganku lembut.

          “Huft… Oke oke…” jawabku pasrah. Aku dan Bryan melanjutkan lagi perjuangan kami melawan capeknya menaiki ratusan anak tangga. (Kalau ribuan takut dibilang Lebay ‘~.~)







*Ditangga menuju lantai ke-4*
          “Bryan, kali ini aku benar-benar nggak kuat. I’m very tired.” aku terduduk lemas. “Huft… Baiklah, Emma. Sekarang kamu naik ke punggung-ku saja. Kita nggak bisa diam disini, tapi aku juga tidak bisa memaksamu untuk terus menaiki anak tangga.” Bryan menarik tanganku ke pundaknya.

          “Tapi, aku ini berat. Nanti kamu kelelahan juga. Lebih baik kamu tinggalkan saja aku dulu, nanti aku menyusul saja.” jawabku menolak. “Emma, kamu tau sendiri kalau aku ini juga mudah terpancing emosinya. Lagipula cuman kamu yang bisa membuat mereka terdiam seperti patung. Ayo cepat naik. We haven’t a long time!” Bryan memaksa.

          Aku hanya bisa terdiam mengikuti perintah Bryan. Bryan menggendong-ku dengan mudah melalui satu-persatu anak tangga.







*Ditangga menuju lantai 5*
          Langkah Bryan makin lambat, desahan nafasnya pun terdengar makin cepat. “Bryan, turunkan aku. Kamu sudah sangat kelelahan. Aku bilang juga apa, aku ini berat.” pintaku ke Bryan.

          “Enggak. Kamu nggak berat, jadi aku tidak akan menurunkan kamu. Sebentar lagi kita sampai diatas tangga dan baru aku akan menurunkanmu disitu.” Bryan menolak untuk menurukanku. “Tapi Bryan, kamu sudah sangat kelelahan. Jangan memaksakan dirimu, Bryan.” aku makin mengkhawatirkan Bryan.

          “I’m fine. Jadi lebih baik kamu diam saja, sebentar lagi kita sampai dipuncak tangga.” Bryan tetap bersikeras. (Mungkin karena Bryan sering main gendong-gendongan sama Nicky ^~^)







*Dilantai 5*
          Bryan langsung menurunkanku. Entah seberapa banyak energi dalam tubuhnya itu, dia menarik-ku berlari menuju sebuah ruangan besar tersendiri. (Mungkin tadi malam di cas sampai penuh banget batrainya  o.o)

          Sesampainya didepan pintu ruangan tersebut Bryan melepaskan genggamannya. “Disini ruangannya” Bryan menoleh kearahku. Aku mengangguk dan mengarahkan tanganku ke pintu itu untuk membukanya.

          ‘Prangg!!! Pyarr!!!’, belum sempat aku membuka pintu sudah terdengar suara berisik yang nyaring bahkan seperti suara sesuatu yang pecah dari dalam ruangan. Aku langsung menarik tanganku kembali. (Genteng rumah tetangga pecah juga mungkin :D)

          “Bryan…” aku menoleh ke arah Bryan dengan agak gemetar. “Buka saja dulu pintunya, Emma.” Bryan memintaku untuk tetap membuka pintu itu.

          Dengan gemetar aku membuka pintu secara perlahan. (Jreng jreng jreng ^-^) Aku dan Bryan terbelalak kaget ketika membuka pintu. “Oh my God!” kata-ku dan Bryan secara bersamaan. (^-^)









#Anggap aja pada ngomong full b.ing ^-^
#Dilanjut next time aja yaa (^-^)
#Sorry, if the story is very boring (^-^)v

Tidak ada komentar: