Jumat, 28 September 2012

Don't Love Me, Please! (10)


                                  *DON'T LOVE ME, PLEASE! (10)*







          “Sakura, kamu sebenarnya menderita sakit apa?” Suzane mulai mendekatiku.

          “Kakak!! Awas aja kalau kakak membongkar rahasia lebih dari ini lagi!! Sakura benci Kak Edward!!” aku menangis sambil berlari keluar kamar. Aku mengunci kamar yang ku tempati dari luar. Kemudian aku berlari sekuat tenaga untuk keluar dari rumah sakit ini. Aku memanggil taxi dan memberikan alamat villa keluarga Mcfadden pada supirnya untuk jalan sesegera mungkin.









*Di Villa keluarga Mcfadden*
          Aku membayar ongkos pada supir taxi tersebut dan langsung keluar dari taxi tersebut. Aku berlari masuk ke dalam villa.

          Aku berlari dan terus saja berlari mencari Nicky. Bahkan aku pun ‘tak memperdulikan Mark yang berteriak memanggil-manggil namaku saat aku melewati dapur.

          Hari kecilku  membawa langkah kakiku menuju halaman belakang villa.









*Di halaman belakang villa*
          Ternyata hatiku tepat sekali, Nicky ternyata ada disini. Aku berhenti sebentar setelah menutup pintu belakang dapur, lalu entah mengapa tubuhku terus saja mengikuti kehendak hatiku.

          Aku berlari lalu memeluk Nicky dari belakangnya. Nicky yang sedang memberi makan burung-burung merpati yang datang kepadanya, kini Nicky terkejut dengan kedatanganku yang langsung memeluknya.

          “Hmm… Akhirnya Ratu Merpatiku datang kembali… How are you, Sakura?” tebak Nicky dengan tepat. Nicky hanya berdiri diam tanpa bergerak.

          “Nicky, tolong jujur padaku! Kamu tau kan tentang penyakitku? Karena ketika ku periksa, resepku ‘tak ada” air mataku mulai menetes tanpa bisa kukendalikan untuk berhenti.

          “Hmm… Maaf apabila aku lancang. Aku ‘takkan memberitahukan kepada siapa pun tentang penyakitmu itu. I promise!” Nicky berbalik arah padaku.

          Nicky menghapus air mataku yang membasahi kedua pipiku dengan lembut. “Thanks, Nick. Aku pegang janjimu” aku tetap ‘tak bisa menghentikan air mataku yang terus menetes. Nicky hanya tersenyum lembut menatap mataku dalam.

          “What happen, Sakura? May I help you?” Nicky terus saja menghapus air mataku yang ‘tak mau berhenti menetes dikedua pipiku.

          “Kak Edward benar-benar telah membuatku kecewa…” jawabku disela-sela tangisanku. “Kecewa?” tanya Nicky lagi.

          “Ya, Kak Edward membentakku berulang kali dan bahkan hingga keceplosan tentang penyakitku. Ini adalah pertama kalinya Kak Edward membentakku bahkan dengan nada yang begitu kerasnya…” ucapku terisak.

          “Hmm… Kau pasti memaksa melakukan sesuatu yang sangat dilarangnya, iya kan?” Nicky menatap mataku dengan begitu dalamnya.

          “I just want go to meet you, ehh!!” aku menutup mulutku yang keceplosan berbicara dengan kedua tanganku.

          “Menemuiku? Wow! Thank you so much, Sakura! I’m so very happy now!” ucap Nicky seraya tersenyum. Nicky memelukku dengan senangnya.

          Aku hanya terdiam menaham malu. Entah mengapa rasanya kedua pipiku terasa panas. Detak jantungku, kurasakan berdetak begitu cepat dan bahkan senada dengan detak jantung Nicky.

          “Tuhan, apakah aku telah jatuh cinta pada Nicky? Apakah aku sudah berpindah hati dari Bryan, Tuhan? God, tell me it’s love” batinku dalam hati.

          Disaat yang tidak tepat, kepalaku kembali terasa sakit. Namun ‘tak seperti yang biasanya, kali ini dari hidungku keluar darah.

          “Nicky!” badanku gemetar melihat darah ditanganku saat mengelap hidungku dan dijaket bagian bahu sebelah kanan yang dikenakan Nicky saat darah menetes dari hidungku. Sontak saja Nicky melepaskan pelukannya dan melihat apa yang terjadi padaku. Nicky pun langsung terlihat panik ketika melihatku mimisan.

          Badanku makin terasa lemas dan ‘Bruk!!!’ ,aku terjatuh diantara burung-burung merpati. Aku pun hanya mendengar suara Nicky memanggil namaku, mencium harum aroma parfum Nicky didekatku, dan merasakan badanku hangat dan terasa melayang. (Pingsan lagi ~(o.o)~)









*Sekitar 15 jam kemudian…*
          Aku membuka kedua mataku & tersadar. Kulihat jam menunjukkan pukul 03.30 a.m.

          Aku melihat sekelilingku. Disebelah kiriku Nicky dan Bryan tertidur diujung-samping kiri tempat tidurku. Disebelah kanan Kak Edward yang tertidur diujung-samping kanan tempat tidurku. Di sofa panjang yang terletak dibelakang Kak Edward, ku lihat Suzane sedang tertidur pulas. Dan Mark pun tertidur dengan pulasnya di sofa kecil yang bersebrangan dengan sofa panjang yang ditempati Suzane.

          Aku kembali melihat sekelilingku sekali lagi. Aku merasa tempat ini seperti ‘tak asing lagi bagiku. “Inikan kamar Rumah Sakit yang aku tempati sebelumnya juga” aku berhasil mengingat kembali kamar ini.

          “Kira-kira siapa ya yang membawaku kembali ke sini?” tanda tanya besar menyelimuti ruang pikiranku.

          Aku mulai berusaha beranjak dari tempat tidur, namun tanpa sengaja aku membangunkan Kak Edward yang sedang tertidur lelap.

          “Umm… Sakura?!” suara Kak Edward membuat Bryan dan Nicky pun ikut terbangun.

          “Syukurlah, akhirnya kamu sadar juga…” Nicky menghela nafas. “Ya untunglah Nicky segera menggendongmu ke sini” Kak Edward mendatangi Nicky lalu menepuk bahu Nicky.

          “Apa?! Nicky menggendongku?!” ucapku terkaget dalam hati. Aku berusaha menutupi wajahku dan menjadikanku kelihatan salah tingkah.

          Nicky menyenggol lengan Kak Edward. Ku lihat sepertinya pun Nicky ikut tersipu malu. (Np : Westlife-Tell Me It’s Love {sempet dehh jingkrak-jingkrak dulu})

          Entah apa yang membuat Bryan kesal, tiba-tiba saja Bryan beranjak pergi dari ruangan ini dengan membanting pintu cukup kerasnya. Semua yang ada diruangan ini sontak kaget dan bingung dengan tingkah Bryan. (Cemburu cemburu.. eaa :D)

          “Apa yang terjadi?” Suzane terbangun. “Entahlah… Sepertinya Bryan sedang marah” jawab Kak Edward.

          “Biar aku saja yang mengejar Bryan” Suzane berlari keluar.









#BRYAN  VERSION#

          Aku terduduk lesu disalah satu bangku taman Rumah Sakit ini. Aku sengaja memilih tempat yang paling sepi.

          “Kakak!!!” tiba-tiba Suzane datang berlari ke arahku. Aku memalingkan wajah seolah-olah ‘tak tau kedatangannya.

          “Kakak kenapa? Tolong ceritakan pada Suzane, Kak… Pasti ini semua ada hubungannya terhadap Sakura, iya kan?” Suzane duduk disampingku dengan nafas yang terdengar masih tidak beraturan. Tebakan Suzane tepat mengenai sasaran.

         
Aku berdiri lalu berjalan menuju pohon besar yang ada dihadapanku. “Sial! Kenapa setelah Mark harus Nicky?! Kenapa bukan aku saja?! Apa kurangnya diriku?! Aku paling lama mengenal Sakura dibandingkan dengan mereka!” aku memukul pohon besar tersebut. Aku tidak memperdulikan darah yang mengalir di jari-jari tanganku. Rasa sakit yang ada dihati kurasakan jauh lebih perih dari luka dijari-jari tangaku. (Peringatan : Jangan ditiru!)

“Kakak! Sudah, Kak! Cukup! Kalau Sakura melihat Kakak melakukan hal begini, Suzane yakin itu hanya akan Sakura makin kecewa terhadap Kakak dan akan lebih menjauhi Kakak…” Suzane menarik tangan kananku saat aku ingin memukul pohon besar itu lagi.

“Kamu nggak tau rasanya luka dihati Kakak ini yang terasa begitu perihnya! Kamu nggak bisa merasakannya, Suzane! Kamu tidak tau apa-apa!” tanpa sadar aku telah membentak Suzane. Kini Suzane pun mulai berlinang air mata.

“Oh Tuhan, maafkan aku. Aku membuat adikku menangis. Tak sepantasnya aku melampiaskan luapan kekesalanku padanya dengan kata-kata kasar. Dan tidaklah seharusnya aku sebagai seorang kakak membuatnya menangis. Tolong maafkan diriku, Tuhan…” batinku bergetar.

“Maafkan Kakak, Suzane. Please don’t cry again, dear. I’m promise, I’ll never do it again” aku memeluk Suzane. Suzane hanya menangis.









#SAKURA  VERSION#

          “Apakah Bryan baik-baik saja ya?” aku mengkhawatirkan keadaan Bryan. “Sudahlah, Sakura. Bryan itu bukan anak kecil lagi. Bagaimana kalau kita lebih baik jalan-jalan berkeliling disekitar halaman Rumah Sakit ini? Kamu pasti butuh udara segar kan?” Mark mengambil kursi roda.

          “Hmm… Oke, baiklah. Aku memang sedang membutuhkan udara segar” jawabku menerima ajakan Mark.

          ‘Brakk!!’ kursi disamping Nicky jatuh. “Sorry, kakiku licin” Nicky beralasan. (Nicky bohongnya ketahuan dehh --“)

          Mark menuntunku beranjak dari tempat tidur menuju kursi roda. Kak Edward hanya melihat ke arah aku, Mark, dan Nicky secara bergantian. Entah apa yang ada dibenak Kak Edward.

          Mark pun membawaku pergi keluar kamar.







*Taman Rumah Sakit*
          Ketika aku sedang asik bercengkrama dengan Mark, tanpa sengaja aku bertemu dengan Bryan dan Suzane. Ku lihat Suzane dan Bryan melihatku dengan kaget.

          “Sakura, aku ingin berbicara denganmu.” Bryan mendekatiku.

          “Setelah ku pertimbangkan semuanya dengan cukup lama. Aku menjadi sadar. I need you. I always want to be the special one for you. Sakura, do you want to be my girl?” Bryan berlutut dihadapanku. Sontak saja seketika aku dan Mark kaget.

          “No way! Kau curang, Bryan! Mengapa kamu tidak cerita sebelumnya?! Bukankah aku telah menceritakannya padamu?!” Mark mencoba mendatangi Bryan. “Diam ditempat, Mark” aku menghalangi Mark. Mark pun terdiam.

          “Bryan, don’t love me please. You must have had a broken heart to love me the way you do. Must've been so torn apart, I can see it when I look at you. All the meaning that is in your eyes, the love you give will never die. And I knew right from the start, you must've had a broken heart sometimes. Aku sangatlah tak pantas untuk dirimu, Bryan. You’re like a beautiful rainbow, begitu banyak wanita yang ingin memilikimu dan mereka sangatlah lebih pantas untukmu. Sedangkan diriku hanyalah seorang wanita lemah yang berpenyakitan. So don’t Bryan, don’t love me please…” aku menyentuh wajah Bryan.

          “Why? Aku memilih dirimu karena kamu memang sangatlah pantas untuk diriku. Ataukah sudah ada orang lain pengganti diriku yang mengisi relung hatimu?” Bryan memegang kedua tanganku.

          Belum sempat aku menjawab pertanyaan Bryan, Suzane langsung menarik lenganku. “Sakura, ikut aku sebentar!” Suzane membawaku ke tempat yang jauh dari Mark dan Bryan.

          “Ada apa, Suzane? Bisakah lebih pelan sedikit? Dan tolong lepaskan lenganku, kau menggenggam lenganku terlalu kuat” aku berusaha melepaskan lenganku dari genggaman tangan Suzane.

          Suzane berhenti dan melepaskan kedua tanganku dari genggamannya. Namun tiba-tiba… ‘Plakk!!!’ Suzane menampar pipi kiriku menggunakan tangan kanannya dengan kerasnya. (Peringatan : Sekali lagi, Jangan ditiru!)

          “Suzane?” aku memegang pipi kiriku yang terasa sakit sekali dengan tangan kiriku. “Suzane!!! Apa yang kamu lalukan!!” tiba-tiba Bryan datang berlari dari belakang Suzane.

          “Kamu jahat Sakura! Kamu pengkhianat! You’re like a devil! Kamu tega mengambil Mark dariku!” Suzane mendorongku dengan kuatnya hingga aku terjatuh ke tengah jalan yang untungnya jalan itu sangatlah jarang dilalui kendaraan. (Peringatan : Jangan ditiru juga ya!)

          Namun ternyata……… ‘Tinn!! Tinn!!’ tiba-tiba ada sebuah mobil melaju cukup kencang.

          Darah ku pun langsung terasa mengalir begitu cepat. Detak jantungku pun ikut berdetak cepat.

          “Sakura!!!!!!!!!!!!!!!!!” teriak Bryan.

          “Help me!!!!!!!!!!!” teriakku. Aku tak kuasa untuk bangkit untuk pergi menjauh.

         Setiap detik mobil pun semakin dekat denganku. “Kyaaa!!!!!!!!” aku berteriak sekencang-kencangnya dan menutup mataku. Aku pasrah padamu, Tuhan.

          Seketika pun ku rasakan ada seorang malaikat yang menyelamatkanku. ‘Brakk!!’ terdengar suara yang sangat keras terdengar oleh kedua telingaku. Namun aku tak merasakan sedikit pun rasa sakit pada tubuhku.

          Aku pun kemudian mendengar suara mobil telah menjauh. Aku membuka mataku perlahan. Dan ternyata……… “Tidakkk……!!!!!!!!!!!!!!” aku menjerit ketika melihat seseorang yang terbujur kaku bersimbah darah ditengah jalan. (^-^)






#Lanjut next time ya ^-^
#Thank you so much for reading my story (^-^)
#I’m sorry if my story make you feel boring (^-^)v

Minggu, 09 September 2012

Don't Love Me, Please! (9)


          *DON’T LOVE ME, PLEASE! (9)*              








*Diperjalanan*
          Disepanjang perjalanan Nicky terus menerus memperhatikanku dari jarak dekat maupun dari jarak jauh. Sikap Nicky tersebut membuatku merasa ‘tak tenang.

          “Nicky, ku perhatikan kamu daritadi selalu saja mencari kesempatan untuk memperhatikan Sakura disetiap saat. Ada apa?” tanya Bryan yang tidak sengaja terdengar oleh telingaku.

          Nicky tidak mengeluarkan sepatah kata pun dari bibirnya untuk menjawab pertanyaan dari Bryan. Nicky ternyata lebih memilih beranjak pergi untuk menghindari Bryan. Nicky meninggalkan Bryan yang masih terdiam bingung pada sikap Nicky. Aku pun juga hanya diam membisu seribu bahasa.

          Hari terlihat sudah mulai menjelang malam. Seperti rencana yang telah kami buat sebelumnya, kami menunggangi kuda menuju ke sebuah pantai untuk melihat panorama alam matahari terbenam ke ufuk barat. (Ya iyalah, kalau terbenamnya ke ufuk timur berarti kiamat dong -_-“)

          Tiba-tiba saat perjalanan menuju pantai sudah dekat sekali, namun efek dari aku ‘tak mengkonsumsi obat-obatku pun kini sudah mulai terasa dibadanku. Pandanganku mulai berkunang-kunang kembali, kepalaku terasa berat, keseimbanganku pun sudah mulai goyah.

          Aku ‘tak lagi kuat menahan berat tubuhku dan sakit yang terasa luar biasa dikepalaku. Kudaku berhenti seketika saat aku melepaskan pegangan tali di lehernya. Dan kemudian… ‘Bruk!!!!!’ aku terjatuh dari atas kuda yang sedang ku tunggangi.

          Aku ‘tak bisa merasakan kekuatan dalam tubuhku lagi. Aku pun hanya bisa mendengar suara langkah kaki dari kuda-kuda yang menuju ke arahku dan suara-suara panggilan-panggilan namaku yang agak samar-samar. (Pingsan lagi dehh ~(o.o)~)










*Sekitar 6 jam kemudian*
          Aku membuka kedua mataku dan tersadar. Aku merasakan kepalaku masih terasa agak berat.

          “Sakura!” Kak Edward berlari datang menuju kearahku.

          “Where are we? Why are you in here with me?” tanyaku. “We’re in hospital. Bryan was call me and tell about your condition” jawab Kak Edward.

          “So, where are they now? Apa mereka sudah mengetahui tentang penyakit sebenarnya yang ku derita?” tanyaku menarik lengan Kak Edward.

          “Tenang, Sakura. They don’t know a thing. And they don’t know about this hospital” Kak Edward berusaha menenangkanku.

          “Really?” tanyaku sekali lagi untuk memastikan. “Yup, Sakura. By the way, now you must tell me what happen? You was promise to me you will drink your medicine!” tanya Kak Edward balik padaku.

          “Umm… I’m sorry… Sebenarnya Nicky telah menyembunyikan obat-obatku setelah tanpa sengaja melihatku sedang mengkonsumsi obat-obat tersebut sebelumnya. Aku sudah berusaha beralasan padanya dengan mengatakan itu hanyalah beberapa vitamin, namun sepertinya ia ‘tak mempercayai kata-kataku. Dia pun penasaran dan kemudian menyembunyikan obat-obatku saat aku dan Suzane tengah tertidur lelap dimalam hari. Esoknya pun Nicky menantangku seberapa kuat aku jika tanpa mongkonsumsi obat-obat itu dalam sehari” ceritaku kepada Kak Edward dengan sejelas-jelasnya.

          “Nicky?” tanya Kak Edward kembali. “Dia cowok cool dengan tampang paling manis, karena wajahnya imut seperti bayi, dia lebih pendek dari Bryan, namun style rambutnya seperti Bryan, model rambut paku berwarna pirang” aku menjelaskan ciri-ciri Nicky sambil mengingat-ingatnya.

          “Oh, cowok itu. Ok, kakak ingat. Dia yang duduk dengan hanya diam di sofa ruang tamu ketika kakak menggengongmu menuju mobil.” ucap Kak Edward sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

          “Apa dia mengembalikan obat-obatku yang dia sembunyikan pada kakak?” tanyaku penasaran. “Umm… Tidak. Dia hanya duduk terdiam melihat kakak menggendongmu keluar…” jawab Kak Edward seraya mengingat-ingat.

          “Umm… Sakura, kamu tunggu sebentar disini ya! Don’t go anywhere!” perintah Kak Edward.

          “Kakak mau pergi kemana?” tanyaku menahan Kak Edward. “Kakak akan mencari Nicky sebentar” jawab Kak Edward melepaskan genggaman tangan kananku dari lengannya.

          “Kakak jangan bongkar rahasia kita yaa kak, ku mohon……” pintaku ke Kak Edward. “Tenang saja Sakura. Kak Edward kan pintar dalam berakting” Kak Edward tersenyum padaku lalu berlari pergi.

          “Tuhan, ku harap kak Edward benar-benar akan menjaga rahasia ini…” doaku dalam hati.










*Sekitar 2 jam kemudian*
          Aku menunggu kedatangan Kak Edward dengan perasaan yang tidak menentu dihati.

          Sesaat kemudian Kak Edward pun akhirnya datang kembali.

          Kak Edward langsung memberikan padaku obat-obatku yang disembunyikan oleh Nicky. “Bagaimana bisa kakak mendapatkannya?” tanyaku dipenuhi tanda-tanya dalam hati. “Hahaha… Edward gitu… Garis keturunannya Airurando pula…” ucap Kak Edward membanggakan dirinya.

          “Tapi, kakak tetap menjaga rahasia kan?” tanyaku lagi. “Sip!” jawab Kak Edward mengacungkan jempolnya padaku dan tersenyum.

          Mendengar jawaban Kak Edward tersebut barulah aku dapat bernafas dengan leganya.










*Keesokan harinya*
          Kak Edward mendatangiku.

          “Maaf, kakak dengan sangat terpaksa memberitahukan mereka rumah sakit tempat dimana kamu dirawat ini. Maafkan kakak yaa Sakura” ucap Kak Edward menyesal.

          “No problem. Siapa tau bila ada mereka disini, Sakura tidak kesepian lagi walau ditinggal kakak” aku mencoba menenangkan Kak Edward dengan tersenyum.

          “Thanks, Sakura. You’re really really an angel for me, tetapi mengapa kamu merasakan penderitaan karena penyakitmu itu?” raut wajah Kak Edward seketika berubah menjadi muram.

          “Sshhh!!! Siapa yang menderita sih kak? Ini semua takdir dari Tuhan. Tuhan hanya ingin membuat Sakura menjadi orang yang tegar” aku mengelus-elus wajah Kak Edward dengan lembut seraya tersenyum padanya.

          ‘Tak berapa lama kemudian pun Bryan, Suzane, dan Shane datang menjengukku.

          “Sakura, are you ok?” tanya Suzane. “Are you fine, Sakura?” tanya Bryan. “Bagaimana keadaanmu sekarang?” tanya Shane. (Intinya yang ditanya itu sama aja -_-)

          “Thank you so much all. But, I’m ok now” jawabku seraya tersenyum pada mereka.

          “Where’s Nicky, Mark, and Kian?” tanyaku ketika melihat disekelilingku ‘tak nampak kehadiran mereka.

          “Nicky mengurung diri dikamar. Sedangkan Kian sedang sakit setelah membersihkan kandang kuda kemarin, jadi Mark harus menjaga Kian di villa” jawab Bryan. (Hahaha.. kasihan Kian yang phobia Kuda :o)

          “Hmm… Get well soon yaa buat Kian. By the way, mengapa Nicky mengurung dirinya dikamar?” aku mengkhawatirkan keadaan Kian dan Nicky.

          “Entahlah. Semenjak pulang dari jalan-jalan waktu itu, dia langsung terlihat murung tiba-tiba hingga sekarang” jawab Shane.

          “Ini pasti ada hubungannya dengan diriku” batinku. “Aku harus menemui Nicky sekarang…” aku beranjak dari tempat tidurku. “Jangan! Keadaanmu masih belum stabil!” Kak Edward melarangku.

          “Tapi Kak, I’m fine. Ada hal penting yang harus Sakura bicarakan pada Nicky…” aku memohon kepada Kak Edward.

          “Hal penting apa? Hal yang lebih penting itu adalah menjaga kondisi badanmu yang belum stabil ini!” Kak Edward tetap melarangku bahkan lebih terdengar menentang permintaanku.

          “Kak, Sakura mohon… Tolong izinkan Sakura untuk menemui Nicky, Kak… Hal ini sungguh sangat penting…” aku tetap teguh pada pendirianku.

          Bryan, Suzane, dan Shane hanya diam mematung melihat aku dan Kak Edward bertengkar. Mereka ‘tak berani ikut campur dalam permasalahan ini.

          “Cukup! Sudah cukup, Sakura! Jangan membantah, Sakura! Apabila kamu terus-menerus memaksakan dirimu, itu hanya membuat kondisi badanmu semakin down! Kamu harus lebih banyak istirahat sekarang! Apa kamu lupa kalau 3 jam lagi kamu harus dikemotherapi?!” Kak Edward pun bersikeras melarangku. Kekeras kepalaan Kak Edward membuat dirinya lupa akan rahasia yang dijaganya. (Ketahuan ½ dehh.. ~(-.-)~)

          Mendengar perkataan Kak Edward tersebut Bryan, Suzane, dan Shane langsung tebelalak kaget. “Kemotherapi??!!” Bryan, Suzane, dan Shane tanpa disengaja mengucapkannya secara bersamaan dengan nada yang sama-sama terkejut. (^-^)






 #Lanjut next time ya ^-^
#Thank you so much for reading my story (^-^)
#I’m sorry if my story make you feel boring (^-^)v

Don't Love Me, Please! (8)


                                *DON’T LOVE ME, PLEASE! (8)*









*Seminggu kemudian*
          Seperti biasanya dan seperti janjiku pada Kak Edward, aku mengknsumsi obatku disetiap pagi setelah selesai sarapan dan disetiap malam menjelang tidur.

          Setelah aku selesai meneguk obatku dan meminum beberapa tegukan air putih, tiba-tiba Nicky masuk ke dalam kamarku dan menahan lenganku saat aku ingin menaruh kembali gelas ke atas meja berlaci disamping tempat tidurku.

          “Nicky?!” aku sangat terkejut dengan kedatangannya. “Sakura, tell me now what is it?!” Nicky menunjuk obat-obat yang ada disampingku.

          “Nothing, it’s just some vitamins” jawabku beralasan sambil menyembunyikan obat-obat tersebut dibalik punggung.

          “Umm… Oke, kali ini aku akan percaya pada ucapanmu tersebut”  ucap nicky sambil melepaskan lenganku dari genggamannya lalu ia pun pergi dari kamarku.

          “Haahhh…” aku bernafas lega. Aku langsung meletakkan gelas yang masih ku genggam sedari tadi, aku meletakkan gelas minumku diatas meja berlaci disampingku. Aku pun juga langsung menaruh obat-obatku ke dalam tas tanganku sebelum ada yang melihatnya lagi.










*Keesokan paginya*
          Setelah selesai sarapan, aku langsung menuju kamar terlebih dahulu saat yang lainnya mengajakku untuk berjalan-jalan mengunjungi beberapa tempat yang asik untuk dikunjungi dengan menunggangi kuda.

          Aku beralasan ingin ke kamar mandi sebentar pada mereka. Aku pun juga sempat melihat kearah Nicky yang menatap kearahku dengan pandangan yang cukup tajam.










*Dikamar*
          Aku terus membongkar tas tanganku hingga didasarnya, namun ‘tak ku temukan satu tablet pil pun obatku. Aku langsung membongkar laci mejaku, namun ‘tak ku dapatkan pula satu tablet pil obatku disana.

          Aku terus mencari ke seluruh sudut tempat dikamar, namun hasil yang ku peroleh tetap saja nihil.

          “Sakura, what are you doing? Kami telah lama menunggumu sedari tadi… Let’s go!” Suzane tiba-tiba membuka pintu kamar. “Hmm… Ok” jawabku seraya mengangguk.

          Aku pun langsung mengikuti Suzane dibelakang dirinya. Aku pasrah dengan bagaimana kondisi badanku bila tanpa mengkonsumsi obat-obat tersebut.

          “Tuhan, tolong selalu kuatkan aku” doaku sebanyak-banyaknya dan berulang-ulang dalam hatiku.










*Dihalaman Belakang*
          Aku melihat sekelilingku, aku merasakan kejanggalan dalam hatiku. Sepertinya ada yang terasa kurang.

          “Where’s Kian?” tanyaku pada yang lainnya. Iya, ku perhatikan dari tadi disekelilingku ‘tak nampak ada Kian.

          “Dia sangat phobia tehadap kuda. Jadi, Kian lebih memilih membersihkan kandang kuda selagi kuda-kudanya ini kita bawa untuk kita tunggangi seharian” jawab Bryan.

          “Hahaha… Kian ada-ada aja dehh… Kian kok bisa takut sama kuda sih? Tapi, kasihan juga yaa dia” ucapku seraya tertawa.

          “Hmm… Tawa darimu yang seperti inilah yang aku mau. Rasanya seperti sudah lama sekali yaa aku ‘tak melihatmu tertawa dengan sangat lepasnya dan terlihat natural seperti ini” Mark mendatangiku dan memegang wajahku lembut dengan kedua tangannya.

          Bryan yang melihat sikap Mark padaku, langsung menunggangi kudanya dan berbalik arah seperti sudah bersiap untuk pergi.

          “Sudahlah cukup, Mark. Sekarang bukanlah saat atau pun waktu yang tepat untuk seperti ini” ucapku seraya melepaskan kedua tangan Mark dari wajahku. Aku pun langsung berpaling dari Mark dan menaiki kuda berwarna putih yang biasanya ku tunggangi.

          Kemudian tiba-tiba… “Kita akan lihat nanti seberapa butuhnya dan seberapa bergantungnya kamu terhadap obat-obat ini” Nicky berbisik padakku ketika ia menunggangi kudanya melewati aku dan kuda yang ku tunggangi.

          “Nicky!! Jadi, obat-obatku itu sebenarnya tidak hilang melainkan Nicky yang dengan sengaja menyembunyikannya dariku. Ternyata dia masih penasaran pada obat-obatku tersebut.” aku dengan sekita langsung tersentak dengan kagetnya seraya berkata dalam hati.

          “Tuhan, bantulah aku untuk bisa menjadi kuat” doaku dalam hati.

          “Kak Edward, kali ini aku sangat membutuhkan kakak…” hatiku merasakan kegelisahan yang luar biasa hebatnya.

          Aku ingin menghubungi Kak Edward dan meminta bantuan darinya, namun aku menepis keinginanku tersebut dan kembali meletakkan ponselku ke dalam saku celanaku.

          Aku takut apabila Kak Edward datang dan makin membuat Nicky semkin yakin akan sangat bergantungnya tubuhku ini pada obat-obat tersebut, hal itu pun mungkin akan membuat yang lain makin tambah penasaran.

          “Aku harus bisa kuat walau tanpa bantuan dari Kak Edward dan walau tanpa mengkonsumsi obat-obat tersebut untuk hari ini saja. Aku harus bisa berjuang walau sendirian. Aku yakin Tuhan akan selalu bersamaku. Aku ‘tak boleh menyusahkan Kak Edward terus-menerus!” ucapku dalam hati untuk berusaha meyakinkan diriku sendiri.

          Aku mengikuti arah yang lain pergi. Aku mengikuti Bryan dibelakang kudanya. (^-^)







#Lanjut next time ya ^-^
#Thank you so much for reading my story (^-^)
#I’m sorry if my story make you feel boring (^-^)v