Senin, 03 September 2012

Don't Love Me, Please! (6)


                                  *DON’T LOVE ME, PLEASE! (6)*











*1 jam kemudian – Dikamar*
          Aku membuka mataku. Kulihat semuanya terlihat sangat khawatir. Suzane yang tertidur di samping tempat tidurku terbangun ketika aku menyentuhnya. “Sakura! Kamu sudah sadar?!” dia berteriak girang. Aku hanya tersenyum tipis. Mark, Bryan, Nicky dan Kian yang mendengar teriakan Suzane langsung menoleh kearahku.

          Mark buru-buru mendatangiku. “Tenang saja, dokter sebentar lagi akan datang untuk memeriksamu” ucap Mark. “What?! A doctor?! No, I didn’t need a doctor… I’m fine… I’m not sick…” jawabku mengelak.

          “Sakura… But…” belum selesai Suzane bicara, “I won’t a doctor come!” pintaku memotong pembicaraan Suzane.

          Suzane, Bryan, Nicky, Kian, Mark, dan Shane terheran-heran mendengar jawabanku. “Oke…” jawab Mark seraya mengambil ponsel dari saku celananya.

          “I just need times to can rest. Would you mind leave me alone, please?” pintaku ke mereka. “Ok, kami akan membiarkanmu beristirahat dan menenangkan diri” ucap Bryan pasrah.

          Mereka pun keluar dari kamarku. Setelah mereka menutup pintu, aku mengambil tas tanganku. Aku mengambil obat-obat dari tas tanganku dan meneguknya dengan segelas air putih yang ada diatas meja berlaci ku. Aku lupa mengkonsumsi obat-obat ini tadi pagi, makanya kesehatanku tiba-tiba menurun. (Keras kepala ~(-_-)~)













*Esok paginya*
          “Morning!” aku menyapa Bryan, Suzane, Mark, Shane, Nicky, dan Kian yang tengah menikmati sarapan pagi ini.

          “Maaf ya atas kejadian tadi malam, hal itu ‘takkan terulang kembali kok” aku tersenyum kepada mereka. “Are you really fine now?” tanya Mark khawatir. “Yup” jawabku singkat.

          Aku menuju kursi dimeja makan yang kosong untuk menyantap sarapan ku.













*Selesai sarapan*
          “Sakura, kita main kuda lagi yok!” ajak Suzane padaku. Saat aku ingin berdiri dari kursi meja makan, aku merasakan sakit dikepala dan rasa mual. “Kamu duluan saja, aku akan menyusul” aku kembali duduk di kursi meja makan. “Oke! Tolong cepat yaa..” Suzane berlari keluar.

          Sakit dikepalaku terasa berat. Penglihatanku mulai buram. Aku mncoba berlari ke arah kamar walau beberapa kali terjatuh. (Hayoo sebenarnya Sakura sakit apaan?? :D)













*Dikamar*
          Dengan bersusah payah aku mencapai kamarku. Aku membuka laci dan mengambil tas tanganku yang berisi obat-obatanku. Aku meneguknya dengan air minum yang tersisa tadi malam.

          Aku merasakan sakit dikepalaku terasa mulai reda. Rasa mual pun hilang begitu saja. “Akhirnya… Thanks, God” ucapku bersyukur.

          Setelah ku rasa sakit dikepalaku sudah pulih, aku beranjak dan berjalan menuju halaman belakang.













*Dihalaman Belakang*
          “Sakura, kamu kok lama banget sih? Kamu ngapain aja?” tanya Suzane to the point.

          Belum sempat aku menjawab pertanyaan Suzane, tiba-tiba… “Sakura! Are you ok?” tanya Bryan berlari memelukku. “Bryan, apa-apaan sih! Lepaskan!” elakku. (Kakak Vogue dipnjam bentar yaa ^-^)

          “Maaf, tadi aku mendengar suara pot pecah. Aku takut aku terluka. Untungnya pot tersebut tidak melukaimu” Bryan melepaskan pelukannya dariku.

          “Pot pecah? Pasti itu pot yang tidak sengaja tersenggol olehku ketika aku menuju kamar dengan oleng” tebakku dalam hati.

          “Sudahlah… Kita kan mau nunggang kuda. Ayo!” ajak Suzane. “Ku harap mereka tidak menyadari gelagatku yang aneh” doa-ku dalam hati.













*Malamnya*
          “Ayo! Mereka sudah nunggu di ruang tengah.” Suzane menarik tanganku. “Baiklah duluan saja” pintaku. “Oke, aku tunggu dibawah yaa” Suzane memnutup pintu kamar dan pergi ke lantai bawah menuju ruang tengah.

          Mala mini kami ingin menonton film action berseri. Tapi sebelum turun kebawah, aku harus meneguk obat-obat ku. Aku ‘tak ingin kejadian seperti kemarin malam terjadi lagi mala mini.

          Setelah meneguk obat-obat ku, aku menghela nafas dan turun menuju ke ruang tengah dimana mereka telah menungguku.













*Diruang tengah*
          “Sakura?! Ayo sini! Film nya udah mulai nih!” Suzane memintaku duduk disamping Bryan. Dengan menghela nafas dalam-dalam aku terpaksa mengikuti perintah Suzane.

          “Hay, Sakura?” sapa Bryan. Aku hanya diam menatap layar tv seolah terfokus menonton film.

          “Kamu masih marah padaku ya? Oke, aku akan pindah” Bryan mulai ingin beranjak. Segera ku cegah dia, aku menggenggam lengannya saat dia mau berdiri beranjak pergi.

          “Tetaplah disini, disampingku.” aku tetap menatap layar tv. Entah mengapa hati dan otakku bertindak bersamaan. Dan entah mengapa aku menginginkan dirinya disampingku.

          Bryan kembali duduk disampingku. “Thanks” ucapnya.

          “Kau yakin Mark tidak akan cemburu?” tanya Bryan. Aku menoleh kearah Mark, kulihat ia sangat terfokus sekali pada layar tv. Aku tau film ini adalah film kesukaan Mark.

          “Itu bukan urusanmu” jawabku agak cuek. “Hmm… Ok” jawab Bryan.

          “Don’t you know, I don’t care about Mark. I just still love you. If you know, I need you.” tangisku dalam hati.

          “Sakura, bisakah aku bicara 5 menit saja hanya denganmu. Aku ingin bicara empat mata, face to face” pinta Bryan berbisik. Ternyata Suzane mendengar bisikan Bryan. “Sudah sana, selagi mereka bertiga fokus banget sama film ini. Nanti biar aku yang cari alasan” kata Suzane.

          Bryan menarik tanganku keluar dari ruang tengah. Bryan menarikku menuju ruang tamu.

          “Mengapa kamu menghindariku? Do you hate me? Tell me what’s my wrong, Sakura” pinta Bryan. Bryan menatap mataku dalam-dalam, seakan mengisyaratkan bahawa dirinya sangat serius. (^-^)










#Lanjut next time ya ^-^
#Thank you so much for reading my story (^-^)
#I’m sorry if my story make you feel boring (^-^)v

Tidak ada komentar: