Minggu, 09 September 2012

Don't Love Me, Please! (8)


                                *DON’T LOVE ME, PLEASE! (8)*









*Seminggu kemudian*
          Seperti biasanya dan seperti janjiku pada Kak Edward, aku mengknsumsi obatku disetiap pagi setelah selesai sarapan dan disetiap malam menjelang tidur.

          Setelah aku selesai meneguk obatku dan meminum beberapa tegukan air putih, tiba-tiba Nicky masuk ke dalam kamarku dan menahan lenganku saat aku ingin menaruh kembali gelas ke atas meja berlaci disamping tempat tidurku.

          “Nicky?!” aku sangat terkejut dengan kedatangannya. “Sakura, tell me now what is it?!” Nicky menunjuk obat-obat yang ada disampingku.

          “Nothing, it’s just some vitamins” jawabku beralasan sambil menyembunyikan obat-obat tersebut dibalik punggung.

          “Umm… Oke, kali ini aku akan percaya pada ucapanmu tersebut”  ucap nicky sambil melepaskan lenganku dari genggamannya lalu ia pun pergi dari kamarku.

          “Haahhh…” aku bernafas lega. Aku langsung meletakkan gelas yang masih ku genggam sedari tadi, aku meletakkan gelas minumku diatas meja berlaci disampingku. Aku pun juga langsung menaruh obat-obatku ke dalam tas tanganku sebelum ada yang melihatnya lagi.










*Keesokan paginya*
          Setelah selesai sarapan, aku langsung menuju kamar terlebih dahulu saat yang lainnya mengajakku untuk berjalan-jalan mengunjungi beberapa tempat yang asik untuk dikunjungi dengan menunggangi kuda.

          Aku beralasan ingin ke kamar mandi sebentar pada mereka. Aku pun juga sempat melihat kearah Nicky yang menatap kearahku dengan pandangan yang cukup tajam.










*Dikamar*
          Aku terus membongkar tas tanganku hingga didasarnya, namun ‘tak ku temukan satu tablet pil pun obatku. Aku langsung membongkar laci mejaku, namun ‘tak ku dapatkan pula satu tablet pil obatku disana.

          Aku terus mencari ke seluruh sudut tempat dikamar, namun hasil yang ku peroleh tetap saja nihil.

          “Sakura, what are you doing? Kami telah lama menunggumu sedari tadi… Let’s go!” Suzane tiba-tiba membuka pintu kamar. “Hmm… Ok” jawabku seraya mengangguk.

          Aku pun langsung mengikuti Suzane dibelakang dirinya. Aku pasrah dengan bagaimana kondisi badanku bila tanpa mengkonsumsi obat-obat tersebut.

          “Tuhan, tolong selalu kuatkan aku” doaku sebanyak-banyaknya dan berulang-ulang dalam hatiku.










*Dihalaman Belakang*
          Aku melihat sekelilingku, aku merasakan kejanggalan dalam hatiku. Sepertinya ada yang terasa kurang.

          “Where’s Kian?” tanyaku pada yang lainnya. Iya, ku perhatikan dari tadi disekelilingku ‘tak nampak ada Kian.

          “Dia sangat phobia tehadap kuda. Jadi, Kian lebih memilih membersihkan kandang kuda selagi kuda-kudanya ini kita bawa untuk kita tunggangi seharian” jawab Bryan.

          “Hahaha… Kian ada-ada aja dehh… Kian kok bisa takut sama kuda sih? Tapi, kasihan juga yaa dia” ucapku seraya tertawa.

          “Hmm… Tawa darimu yang seperti inilah yang aku mau. Rasanya seperti sudah lama sekali yaa aku ‘tak melihatmu tertawa dengan sangat lepasnya dan terlihat natural seperti ini” Mark mendatangiku dan memegang wajahku lembut dengan kedua tangannya.

          Bryan yang melihat sikap Mark padaku, langsung menunggangi kudanya dan berbalik arah seperti sudah bersiap untuk pergi.

          “Sudahlah cukup, Mark. Sekarang bukanlah saat atau pun waktu yang tepat untuk seperti ini” ucapku seraya melepaskan kedua tangan Mark dari wajahku. Aku pun langsung berpaling dari Mark dan menaiki kuda berwarna putih yang biasanya ku tunggangi.

          Kemudian tiba-tiba… “Kita akan lihat nanti seberapa butuhnya dan seberapa bergantungnya kamu terhadap obat-obat ini” Nicky berbisik padakku ketika ia menunggangi kudanya melewati aku dan kuda yang ku tunggangi.

          “Nicky!! Jadi, obat-obatku itu sebenarnya tidak hilang melainkan Nicky yang dengan sengaja menyembunyikannya dariku. Ternyata dia masih penasaran pada obat-obatku tersebut.” aku dengan sekita langsung tersentak dengan kagetnya seraya berkata dalam hati.

          “Tuhan, bantulah aku untuk bisa menjadi kuat” doaku dalam hati.

          “Kak Edward, kali ini aku sangat membutuhkan kakak…” hatiku merasakan kegelisahan yang luar biasa hebatnya.

          Aku ingin menghubungi Kak Edward dan meminta bantuan darinya, namun aku menepis keinginanku tersebut dan kembali meletakkan ponselku ke dalam saku celanaku.

          Aku takut apabila Kak Edward datang dan makin membuat Nicky semkin yakin akan sangat bergantungnya tubuhku ini pada obat-obat tersebut, hal itu pun mungkin akan membuat yang lain makin tambah penasaran.

          “Aku harus bisa kuat walau tanpa bantuan dari Kak Edward dan walau tanpa mengkonsumsi obat-obat tersebut untuk hari ini saja. Aku harus bisa berjuang walau sendirian. Aku yakin Tuhan akan selalu bersamaku. Aku ‘tak boleh menyusahkan Kak Edward terus-menerus!” ucapku dalam hati untuk berusaha meyakinkan diriku sendiri.

          Aku mengikuti arah yang lain pergi. Aku mengikuti Bryan dibelakang kudanya. (^-^)







#Lanjut next time ya ^-^
#Thank you so much for reading my story (^-^)
#I’m sorry if my story make you feel boring (^-^)v

Tidak ada komentar: