*DON’T LOVE ME, PLEASE! (3)*
“Sakura!!!!” tiba-tiba seseorang mengagetkanku dari
belakang. “Iiihhh… Bryan!!! Apaan sih? Untung makanannya nggak ku lempar ke
wajahmu… Kakak dan adek ini sama saja sifatnya!” keluhku.
“Hahaha… Sudah lama banget sih aku nggak lihat ekspresimu
yang begini nih!” Bryan mencubit kedua pipiku. Aku balik mencubit kedua
pipinya. “Aduh! Sakit juga ya…” Bryan melepaskan tangannya dari pipiku dan
langsung memegang kedua pipinya.
“Hahaha… Makanya jangan cubit-cubit dong” ejekku. “Sudah
minggir dulu, aku mau mengantarkan makanan ini ke meja makan!” aku mengambil
nampan yang telah siap dengan 3 piring hidangan makan malam. Bryan langsung
minggir memberi jalan dan aku pun langsung membawanya ke meja makan.
*Di meja makan*
Aku memberikan kepada mereka masing-masing satu hidangan
makanan. “Hey, girl! What’s your name?” tanya seorang lelaki tampan bermata
biru dan berambut coklat-kehitaman dengan model rambut paku.
“My name is Sakura Airurando.” jawabku tersenyum. “Wow!
Kamu orang Jepang?” tanya dia makin penasaran. “Hahaha.. No, no, no… Aku 100%
asli orang Irlandia” jawabku tertawa kecil.
“Ha??!!!” mereka bertiga terkejut keheranan mendengar
jawabanku tadi. “Ok. I’ll go back to kitchen. See you” aku berbalik arah menuju
dapur.
*Didapur*
Ketika aku baru masuk ke dapur, Bryan sudah menghadangku
secara tiba-tiba. “What?” tanyaku.
“Kamu cepat akrab dengan mereka ya?!” Bryan memasang wajah
kecewa. Aku ‘tak tau mengapa Bryan berekspresi wajah seperti itu. “Karena kamu
telah mengajariku kan untuk selalu ramah?” tanyaku balik.
“Tapi, sepertinya Mark menyukaimu” Bryan menatapku dengan
ekspresi yang tidak dapat ku mengerti. “So what? I don’t care. Aku pun ‘tak tau
yang mana Mark. Sudahlah Bryan…” aku menyentuh pundak Bryan lalu pergi ke
kamar.
“Tolong jangan buat aku berharap lagi padamu, Bryan. Jangan
bersikap dan berekspresi wajah seperti itu lagi terutama dihadapanku. Hatiku
jadi sakit bila mengingat bahwa aku harus meninggalkanmu.” tangisku dalam hati
sambil masih berlari menuju kamar dengan menahan air mata.
*Dikamar*
Aku masih menahan air mataku. Aku ‘tak ingin orang lain
melihatku menangis. Cukup aku saja yang tau kalau aku sedang sedih sekali.
Cukup ku pendam sendiri saja perasaan hati yang pedih ini.
“I cry silently, I cry inside of me, I cry hopelessly,
‘cause I know I’ll never breathe your love again…” aku bernyanyi dengan nada rendah
menyenandungkan isi hatiku.
“Sakura?!” tiba-tiba Suzane datang.
“Aku mencarimu kemana-mana, ternyata kamu melanjutkan
skripsi-mu. Ayo, teman Kak Bryan mengajak kita naik kuda” Suzane menutup
labtop-ku, lalu menarikku ke luar. (Itu udah di save atau belum ya?? -_-‘)
*Dihalaman belakang Villa*
Halaman belakang Villa memang sangat luas, sekitar 3x lipat
lapangan sepak bola. Disekitar halaman juga masih tertata rapi
pepohonan-pepohonan yang hijau, membuat udara makin terasa sejuk.
“Sakura, aku main duluan ya?” Suzane menaiki seekor kuda
berwarna coklat. Aku hanya tersenyum.
“Kamu bisa naik kuda?” tanya lelaki yang tadi malam mengintrogasiku
di meja makan. (Introgasi?? O.o)
“Kalau naik mungkin aku bisa, tapi kalau mengendalikan kuda
aku nggak bisa sama sekali deh…” jawabku.
“Hahaha… Ayo, naiklah! Biar ku ajarkan padamu cara
mengendalikan kudanya. Tenang saja, aku bisa menahan diri kok” lelaki itu
mengulurkan tangannya dam memintaku naik ke kuda berwarna putih ini yang sedang
dia tunggangi. (Menahan diri?? o.O)
“Oke” aku mencoba menaiki kuda putih ini.
Lelaki ini mengajariku cara menunggangi kuda sampai cara
mengendalikannya. Dia orang yang sangat baik. Aku merasa senang dapat
menunggangi kuda untuk pertama kalinya. Dan pada akhirnya pun aku bisa
mengendalikan kuda walau masih grogi.
“By the way, what’s your name?” tanyaku pada lelaki bermata
biru indah itu. “My name is Mark Feehily, but please call me Mark” jawabnya
tersenyum indah. Aku menyukai lesung pipi yang dimilikinya yang membuatmu makin
terlihat menawan.
“Thanks ya, Mark. You’re a good teacher” aku dan Mark turun
dari kuda. “My pleasure, honey” Mark pergi membawa kuda putih tersebut.
(Honey??!! o.O?!) (#TeamFeehily yang nyiapin golok)
“Mark memanggilku ‘honey’? Apa benar yang dikatakan Bryan
bahwa Mark menyukaiku. Hah, sudahlah itu tidak penting. Mungkin Mark hanya
mencoba akrab denganku” gumamku dalam hati.
Saat aku berbalik arah tiba-tiba… “Sudah ku duga. Aku mohon
kamu jaga jarak dengan Mark ya…” pinta seseorang memohon padaku dengan
tiba-tiba. (^-^)
#Lanjut next time ya ^-^
#Thank you so much for reading my story (^-^)
#I’m sorry if my story make you feel boring (^-^)v
#Thank you so much for reading my story (^-^)
#I’m sorry if my story make you feel boring (^-^)v