Kamis, 12 Juli 2012

Best Friend or Love (10)


*BEST FRIEND OR LOVE (10)*








“Hmm.. Emma, sebenarnya sudah sejak lama aku…” Kian mulai bicara dengan nada nervous.

“Emma!” tiba-tiba Mark berlari datang menghampiriku dan memotong pembicaraan Kian. “Emma, Mr. Nightwater sudah menunggumu di parkiran. Sebaiknya kamu cepat-cepat menemuinya, karena dia terlihat buru-buru.” pinta Mark.

“Hmm.. Ok. Thanks, Mark. Sorry Kian, mungkin bisa kita bicarakan dilain waktu. Bye Kian. Bye Mark. See you tomorrow all.” aku berlari menuju tempat parkir mobil Daddy. (Kasihan Kian.. ckckck ~(--“)~)







*Didalam Mobil*
          Aku menutup pintu mobil dan lalu memasang sabuk pengaman. (Supaya kita aman.. #Gaya_Ala_Dora ^o^).

          “Ok. I’m ready, Daddy.” aku menoleh ke Daddy. “Hmm.. terlalu bersemangat sekali kamu, Emma. Hahaha” Daddy tertawa kecil.






*Di perjalanan*
          “Daddy nungguin aku terlalu lama, ya? Sorry.” aku menunduk. “Hahaha.. Tidak kok. Ketika Daddy baru menyalakan mesin mobil, kamu sudah masuk ke dalam mobil dengan tergesa-gesa.” Daddy menjawab pertanyaanku walau pandangannya masih fokus ke jalan.

          “Loh! Jadi, Daddy tidak meminta bantuan dari Mark?” pandanganku langsung ku arahkan ke Daddy. “Tidak. Bertemu dengannya saja seharian ini juga tidak ada. Ada apa?” Daddy balik bertanya padaku. “Emm.. Nothing..” jawabku.

          “Jadi, kalau Daddy tidak meminta bantuan Mark berarti Mark berbohong padaku?!” tanyaku dalam hati. (Mark kalau jealous nggak liat keadaan ~(u.u)~)







*Keesokan harinya*
          “Emma! Emma! Wait!” Bryan tiba-tiba muncul dan menghalangi jalanku. “Ada apa, sih?” tanyaku heran.

          “Emma, ini gawat banget. Kamu sekarang harus ikut aku sekarang. Ada hal penting banget yang mau aku tunjukkan padamu. Ini penting!” Bryan terlihat tergesa-gesa. “Hal penting? Apa itu?” tanyaku makin penasaran.

          “Nanti kamu bakalan tau juga kok. Ayo..!” Brian menarik tanganku menuju tempat parkir mobil. (Bukan ditarik paksa yang kasar lohh yaa… ^-*)








*Didalam mobil milik Bryan yang sedang dalam perjalanan*
          “Bryan, kita mau ke mana? Ada hal penting apa sih? Jelasin dong, aku bingung banget nihh..” pintaku ke Bryan yang terlihat gelisah.

          Bryan menepikan mobilnya. “Emma, coba kamu dengarkan ini baik-baik” Bryan memberikan sebuah tape recorder padaku. “Apa isinya ini” tanyaku sambil mengambil tape recorder dari Bryan. (Emang Bakpao yang pakai isi -_-)

          “Coba kamu dengarkan saja dulu” Bryan memintaku memutar rekaman suara yang ada dibenda ini. Aku menekan tombol ‘Play’. Dan mulai terdengar suara langkah kaki berlari menjauh.

          “Hey! Kian kamu mau berkhianat rupanya ya?! Kamu pasti ingin menyatakan cinta kan ke Emma?!” aku terlonjak kaget dengan kata-kata suara seorang pemuda yang mirip suara Mark.

          “Hey, Mark! Bukankah kamu juga seorang pengkhianat?! Kamu mengkhianati Shane kan?! Iya, ku akui aku memang suka pada Emma.” jawab Kian, aku menyimpulkan itu suara Kian selain mirip tapi sebelumnya namanya juga disebut. Dan yang membuatku kaget adalah percakapan itu antara Kian dan Mark yang menyangkut pautkan aku dan Shane dengan penuh emosi.

          “Hey, Kian! Seharusnya kamu bisa jaga konsistensi antara kita dong! Aku memang juga menyukai Emma, tapi aku masih bisa menahannya demi menjaga perasaan Shane! Kamu sama aja jadi pengkhianat dengan cara menusuk Shane dan aku dari belakang seperti ini!” marah Mark terdengar makin meluap.

          “Aku sudah nggak perduli! Selama ini aku selalu mengalah dari kalian berdua. Kalian juga nggak pernah perduli denganku. And now, aku ingin merebut hak-ku sekali ini!” jawab Kian yang juga terdengar kesal.

          “Jadi, kamu pikir kami yang bersikap egois?!” Mark bertanya kesal. “Sekarang aku tanya balik, kapan kamu mau mengalah dariku?! Never!” Kian bertanya balik dengan nada yang masih penuh emosi.

          “Tapi, aku tidak pernah sekalipun menusukmu dari belakang dengan sengaja seperti ini!” jawab Mark ‘tak mau kalah. “Lebih baik, kita selesaikan ini dengan keputusan yang gentle aja! Kita ketemu di studio besok pagi! Kita lihat siapa yang bisa mendapatkan Emma!” Kian semakin meluap penuh emosi dan kata-kata yang diucapkannya membuatku semakin kaget. “Ok! Deal!” Mark menjawab tantangan Kian dengan masih terdengar emosi. Rekamannya pun selesai. (Jadi pengen liat kalau Mark sama Kian bertengkar.. LOL.. ~.~)

          “Bryan, ini beneran. Please, tell me it’s just a lie.” aku menitikkan air mata kesedihan sekaligus kekecewaan. Bryan memelukku dengan hangat. “Sudahlah, Emma. Yang penting sekarang kita menuju studio dan menghentikan mereka sebelum terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan” Bryan berusaha menenangkanku. Aku melepas pelukan Bryan dan hanya mengangguk.

          Bryan menghela nafas. Kemudian Bryan menghidupkan mesin mobilnya dan kembali mengendarainya menuju studio tempat Mark dan Kian akan bertemu. “God, semoga masih ada waktu..” doa-ku dalam hati. (^-^)







#Anggap aja lagi ngomong pake b.ing  ^-^
#Lanjut next time (^-^)
#Sorry, kalau boring (^-^)v

Jumat, 06 Juli 2012

Best Friend or Love (9)


*BEST FRIEND OR LOVE (9)*









‘Tin tinn’ tiba-tiba suara klakson mobil berbunyi. Pengemudinya keluar dari mobil. “Emma!!” dia berteriak memanggil namaku dengan nada kaget.

“Suzane!! How are you?” aku bertanya kepada adik dari Bryan itu dan memeluknya. “I’m fine. I’m so very happy when I see you now, Emma. I really miss you.” Suzane memelukku dengan erat. (Berpelukkan ^o^ hehehe)

“Eh, What happen, Emma? Kenapa Bryan seperti itu?” Suzane melepaskan pelukannya ketika melihat kakaknya. “Nothing. Kamu seperti ‘tak kenal kakakmu. Aku dan Nicky terpaksa menutup mulutnya dan mengikat tangannya. Sorry, I know it’s not fair.” aku menjawab pertanyaan Suzane.

“Hahaha.. No problem, Emma. It’s fair. Sometimes, aku juga rasanya ingin melakukan apa yang kamu dan Nico lakukan terhadap kakak-ku.” Suzane tertawa dan berjalan mendekati Nicky dan Bryan.

“Nih, kunci mobilnya. Tapi, antar aku pulang dulu ya. Tugasku numpuk dirumah.” Suzane memberikan kunci mobil ke Nicky. “OK. Thanks. Ayo Mark, Kian, Shane, Bryan.” Nicky mengajak mereka ke mobil. “Nicky, kasihan Bryan nihh.” aku melihat Bryan yang seperti tahanan penjara. “Oh iya. Sorry, Bryan. Aku melupakanmu. Hehehe..” Nicky melepaskan selotip dimulut dan tangan Bryan. (Kasihan Bryan ^-^)

Mereka masuk ke mobil. Nicky menghidupkan mesin mobil. Aku hanya melambaikan tanganku ke mereka lalu pergi menemui Daddy di tempat parkir mobil.




*Keesokan harinya*
          “Emma!!” seseorang mengagetkanku dari belakang. “Ada apa, Kian?” tanyaku yang berbalik. “Hmm.. Mau bareng ke kelas?” Kian bertanya balik padaku. “Hmm.. Boleh” aku menjawab singkat. Kami pun berjalan menuju kelas.

          “Hey! Jadi kamu, Nicky, dan Bryan itu teman sejak kecil?” Kian membuka pembicaraan. “Lebih tepatnya sahabat, sih. Kenapa? Tumben kamu bertanya tentang masa laluku.” aku menoleh ke arah Kian yang termenung.

          “Hmm.. Nggak, aku cuman penasaran aja. Tapi, pernah nggak diantara kalian ada prasaan yang berbeda gitu?” Kian bertanya dan menatap mataku serius.

“Hah?! Nggak mungkin lah. Bagiku persahabatan diantara kami ini dari kecil bentuk dan warnanya tidak akan berubah, termasuk perasaan. Pertanyaanmu kok aneh banget? Ada apa sih?” aku kemudian balik bertanya ke Kian.

“Nothing. Aku cuman nanya aja. Sorry, kalau pertanyaanku memang aneh. Tapi, jujur kemarin kalian bertiga terlihat memiliki dunia tersendiri yang nggak akan pernah ada yang bisa masuk ke dunia khusus milik kalian itu.” Kian merenung. “Hah?! Kamu terlalu berlebihan, Kian. Tapi, kamu memang bukan orang pertama yang berkata seperti itu. Bahkan orang tua kami pun juga sering mengatakannya.” Sekejap aku kembali menatap Kian yang raut wajahnya terlihat aneh. (Aneh?! -.-)




*Dikelas*
          “Emma, kamu kok tumben banget bareng Kian? Ada apa nih? Hahaha..” tanya Bella ketika aku baru duduk di tempatku. “Iihh.. Apaan sih? Any problem?” tanyaku balik. “Nothing, sih. Tapi, ini pertama kalinya kamu datang bareng Kian.” Bella menjawab dengan penasaran. “Hmm.. Entahlah.” jawabku.





*Bel tanda mata kuliah selesai telah berbunyi*
          Aku bersiap keluar dari ruang kelas. “Emma!” tiba-tiba Kian mengagetkanku. Sebenarnya April Mop itu berakhirnya kapan sih?! Kesal banget. (April Mop sehari doang -_-“).

          Aku hanya menoleh ke arah Kian. “Hmm.. Emma ada yang mau ku omongin. Ini penting banget. Lebih penting dari segala hal lainnya yang kamu anggap penting.” Kian berkata dengan gugup.

          “Apa sih? Ngomong aja, nggak usah pakai bahasa yang ribet juga.” aku bertanya. “Umm.. Ngomongnya jangan disini. Ikut aku ke taman sebentar, ya? Please..” Kian memohon. (“MEMOHON” loh yaa, bukan “MEMPOHON”! Remember! LOL)

          Aku berpikir sejenak. “Ok. Tapi, jangan lama ya. ‘Cause, aku takut Daddy marah karena menungguku lama. Apalagi sore ini Mom dan Daddy mengajakku berpiknik. Aku hanya punya waktu 15 menit.” jawabku. Raut wajah Kian terlihat gembira. “Ok. Aku janji ini nggak bakal lama. Ayo!” Kian menarik tanganku lembut. (Untung nggak diseret.. LOL)




*Ditaman*
          “Ok. Apa yang mau kamu bicarakan, Kian?” tanyaku langsung. “Hmm.. Tapi, kamu janji jangan marah ya?” minta Kian.

          “Ok. I’ll promise. Please, tell me now.” jawabku. “Umm.. Sebenarnya ada satu hal penting yang sudah lama ingin ku sampaikan padamu.” Kian terdiam. “Apa itu, Kian? Please, waktuku nggak banyak.” tanyaku gelisah.

          Kian mulai berkata, “Hmm.. Emma, sebenarnya sudah sejak lama aku…”. (^-^)






 

#Anggap lagi ngomong pakai English ^-^ 
#Lanjut Next Time aja lagi yaa (^-^)
#Sorry, kalau boring (^-^)v

Rabu, 04 Juli 2012

Best Friend or Love (8)


*BEST FRIEND OR LOVE (8)*






“Dorrr… hayoo ngapain bengong sendirian disini? Hehehe…” seseorang mengagetkanku dari belakang.

“Nicky!! Bryan!!” aku kaget dengan kedatangan Nicky & Bryan. Aku langsung memeluk mereka dan menangis haru. Mereka pun memelukku dengan hangat.

“Cup cup cup… Kakak jadi sedih lohh, kalau melihat adik-nya nangis… Hehehe… I really really miss you, Emma” Brian menenangkanku. “Hahaha.. We miss you like crazy, Emma… Kenapa kamu ‘tak beri kabar kalau sudah kembali ke Irlandia??” Nicky bertanya padaku.

“Hahaha.. Kalian ini dari kecil nggak pernah berubah, ya.. Dewasa dikit dong…” tawaku pecah gara-gara mereka. “Ceritanya panjang banget, Nic. Aku juga pindah ke Sligo bukan kembali ke Dublin. Maaf, yaa..” Aku menjawab pertanyaan Nicky.

“Masa sihh kamu nggak kangen kami? Padahal aku kangen banget sampai tiap hari memikirkanmu…” tanya Bryan dengan ekspresi wajah anak kecil. “Hahaha… I miss you so much, much, much…” jawabku geli yang disambut tawaan kami bertiga. Aku benar-benar merasa bahagia jika bersama mereka. Mereka berdua adalah orang-orang yang ‘tak pernah sekali pun menyakitiku sejak kecil.

“By the way, kalian kok bisa disini?” tanyaku ke Bryan & Nicky. “Our dream comes true, baby!!!” jawab Nicky & Bryan secara bersamaan. (Nicky & Bryan kompak ^o^)

“Mimpi? Ceritakan yang jelas dong. Aku bingung dan penasaran.” tanyaku lagi kepada mereka berdua. Mendengar pertanyaanku, mereka malah main siun, permainan yang menggunakan jadi kelingking, jempol, dan telunjuk yang biasa dimainkan anak-anak. (Masa kecil terlalu bahagia… ckckck… ~(-o-)~)

“Yeyy!!! Aku menang, jadi kamu yang jelaskan Mr.Nico… Hehehe” Bryan bersorak kegirangan bahkan bisa dibilang heboh. (Benar-benar anak kecil -.-)

“Huft!! Jadi begini, Emma. Kami sudah menjadi anggota Boyband dan member-nya berkuliah disini. Kami mengikuti audisi mereka. Kami sekarang sudah cukup terkenal lohh.” cerita Nicky. “Keren kan?! Keren kan?! Keren dong… Itu semua berkat kegantenganku… Hahaha…” Bryan mulai terlihat heboh sendiri lagi dan kata-katanya seperti biasa, selalu menyombongkan wajahnya yang memang tampan. (Anak kecil tampan.. LOL)

“Hahaha.. Oh iya nama Boyband disini yang aku tau, kalau nggak salah namanya ‘IOU’. Kalian bergabung dengan mereka? Berarti anggotanya ada 8 orang?” tanyaku ke Nicky. Karena rasanya bakal sia-sia kalau bertanya kepada Bryan. (memang terlihat Impossible bisa dijawab serius oleh Bryan -_-)

“Hmm.. Itu nama Boyband mereka yang dulu, sekarang semenjak audisi namanya sudah diganti menjadi ‘Westside’. Dan personilnya hanya 5 orang yaitu aku, Shane, Kian, Mark, dan teman kita yang paling heboh sendiri dari tadi tuhh.” Nicky menunjuk ke arah Bryan yang masih heboh. Aku dan Nicky hanya tertawa geli melihat tingkah Bryan. (kayaknya Bryan agak gimana gitu otaknya -_-)




*2 jam berlalu*
Aku dan Nicky masih tertawa dengan candaan Bryan yang konyol dan membuat kami berdua sampai sakit perut. Tiba-tiba… “Hey! Bryan?! Nicky?! Kalian sudah datang? Kenapa ‘tak menghubungi kami, kami baru saja ingin menjemput kalian. Emma?! Kamu kok terlihat begitu akrab dengan Bryan dan Nicky?” Shane memberikan pertanyaan bertumpuk pada kami.

“Aku bingung… Nanya satu-satu dong…” Bryan mengeluh. “Hahaha… Biar aku yang menjelaskannya kepada Shane. Bryan lola sihh… hahaha…” aku menengahi pembicaraan Brian dan Shane.

“Hmm… Jadi, sebenarnya aku, Nicky Byrne, dan Bryan Mcfadden adalah sahabat sejak kami masih kecil. Aku dulu bertetangga dengan mereka di Dublin. Tapi ketika lulus dari tingkat Senior High School, aku pindah ke Indonesia.” Aku menceritakan kepada semuanya. Tentu saja Shane, Kian, Mark, dan Bella kaget mendengar ceritaku. (Gantian yang buat April Mop… hehehe… ^o^)

“Waahhh… Adik-ku ternyata sudah tambah pintar. Peluk kakak dong…” Bryan memelukku yang dianggapnya anak kecil. “Iihh… Bryan apaan sih?! Lepasin dong! Sesak nafas aku nih! Nicky tolongin aku, Bryan nakal nihh!” aku mencoba melepaskan diri dari Bryan dan meminta bantuan Nicky. (Bryan benar-benar kelebihan masa kecil -.-)

“Hahaha… Bryan sudah dong. Kasihan Emma. Sudah lepasin.” Nicky membantuku melepaskan diri dari Bryan. “Iya iya dehh.” Bryan akhirnya melepaskanku. Aku, Nicky, dan Bryan kemudian tertawa bersama. Setelah puas tertawa kami melihat Shane, Mark, Kian, dan Bella bengong melihat kami. Dan ekspresi mereka yang terlihat aneh itu membuat aku, Nicky, dan Bryan kembali tertawa.

Setelah puas tertawa, aku dan Nicky menutup mulut Bryan dan mengikat tangannya dengan selotip agar ‘tak berbuat ulah lagi, lalu kami menyuruh Bryan untuk duduk di kursi taman disebelah kami. (Ngapain bawa selotip ke Universitas?? -.-)

“OK. Nicky silahkan ngomong.” setelah menyelesaikan persoalan Brian aku mempersilahkan Nicky ngomong. “Hmm… Emma, kamu ikut kami ya ke studio?” Nicky bertanya padaku. “Sorry, Nico. Aku nggak bisa, Daddy nanti marah. Sebentar lagi Daddy pasti keluar. Sorry.” aku menolak ajakan Nicky dengan lembut.

‘Tin tinn’ tiba-tiba suara klakson mobil berbunyi. Pengemudinya keluar dari mobil. “Emma!!” dia berteriak memanggil namaku dengan nada kaget. (^-^)






 


#Anggap aja lagi ngomong pakai b.ing.. hehehe ^-^
# Lanjut Next Time lagi yaa... (^-^)
#Maaf, kalau boring (^-^)v

Selasa, 03 Juli 2012

Best Friend or Love (7)


*BEST FRIEND OR LOVE (7)*








“Eh, Kian. Maksudnya Mark cemburu itu apa? Mark, apa maksud dari ucapan Kian tadi?” aku kaget dengan ucapan Kian.

“Kian! Maksud kata-katamu tadi apa?! Mark benarkah yang dikatakan Kian tadi?!” Shane tiba-tiba datang bersama Bella. Mark dan Kian hanya terdiam dan kaget dengan kedatangan Shane. “Kenapa kalian berdua diam?! Jawab pertanyaanku!!!” bentak Shane marah.

“Umm.. Shane, Kian tadi cuma bercanda aja. Jangan di masukkan ke dalam hati. Mana mungkin mengambil Emma dari kamu. Believe me!” Mark akhirnya membuka mulut. “Umm.. Iya, Shane. Aku tadi hanya bercanda saja, kok. Forget it!” Kian ikut menjelaskan.

“Umm.. Shane, Kian, Mark, Emma.. Jadi benar kalau Shane dan Emma sudah jadian?” tiba-tiba Bella bertanya. Pertanyaan Bella semakin membuatku pusing. Tiba-tiba kepalaku semakin pusing dan rasanya penglihatanku buram. Aku terjatuh, rasanya badanku lemas dan kepalaku berat. Yang ku dengar hanyalah suara mereka yang memanggil namaku dengan khawatir. (pingsan dehh ~(-.-)~)




*3 jam kemudian*
          Aku membuka mata. Aku heran dengan tempat ini. Aku merasa tadi masih didappur, tapi kenapa sekarang ada di kamar mewah ini. “Uhh.. Aku dimana ini?” tanyaku heran. “Kamu dikamar tamu rumah-ku. Kamu jangan banyak bergerak dulu. Lebih baik kamu istirahat saja. Aku akan membiarkanmu bicara berdua dengan Bella.” Mark kemudian pergi dan menutup pintu kamar.

          “Emma, kamu tau nggak kenapa aku menceritakan tentang Shane padamu?” Bella membuka percakapan dengan sebuah pertanyaan yang membuat jantungku berdebar. “Enggak” jawabku singkat. (Padat & Jelas.. LOL)

          “Emma, sebenarnya aku dan Shane itu sudah berteman sejak kecil. Tapi, aku tidak pernah bisa akrab dengannya. Dan bahkan teman-teman disekelilingnya pun selalu mengejekku dan membuat Shane ‘tak pernah ingin mengundangku ke pesta. Dan jika teman-temannya mulai mengejekku, Shane memang selalu membelaku tapi kemudian dia pasti pergi bersama teman-temannya itu. Sebenarnya, tiap membaca sebuah cerita kisah romantic aku selalu ingin bisa akrab dengannya dan pergi bersamanya. But now, I think it’s very impossible. Apa lagi semejak kedatanganmu dipesta itu sudah membuatku resah. Tapi, maaf aku tetap ‘tak bisa merestui hubunganmu dengan Shane, Emma” Bella bercerita dengan nada getir. Aku tau dia tersenyum padaku, tapi yang kurasakan adalah ketakutan akan kehilangan Shane.

          “Hmm.. Bella, kamu nggak perlu merestuinya. Aku akan mengakhiri hubunganku dengan Shane. Aku lebih memilih menjadi sahabatmu daripada melukai hatimu. Aku selalu memilihmu daripada Shane. Aku bisa mencari orang lain kok.” aku bangun dari tempat tidur dan memeluk Bella. (Berpelukkan.. hehehe.. #Gaya_Teletubies ^o^)

          “Kau yakin, Emma? Kamu dan Shane kan pasangan yang serasi.” tanya Bella. “Iya. I’m sure. I choose you, my friend” jawabku. “Thanks, Emma.” tangis Bella pecah.




*Keesokan harinya*
          “Shane!” aku menemui Shane yang sedang berjalan sendirian dari tempat parkir mobil. “Emma, ada apa?” Shane kaget dengan kedatanganku. “Emm.. Shane, aku mau bicara denganmu. Ini penting.” jawabku. “Hmm.. Baiklah” Shane bergumam.





*Di taman Universitas*
          “Apa yang mau kamu bicarakan, Emma?” Shane bertanya padaku. “Umm.. Shane, mungkin ini memang nggak adil untukmu. Tapi, kurasa hubungan kita cukup sampai disini aja. Aku sudah nggak mau melukai Bella. Aku sayang sama kamu, tapi aku ‘tak ingin ada yang tersakiti. Maaf, Shane..” aku akhirnya mengatakan juga pada Shane.

          “Tapi, Emma… Emma, kita sudah pernah membicarakan ini sebelumnya. Dan sekarang kenapa jadi seperti ini, Emma? Emma!” Shane mencoba mempertahankan hubungan kami. Aku pergi meninggalkan Shane dan menahan tangisanku. Keputusanku juga sudah bulat.






*Setahun kemudian*
          Sudah 1 tahun aku selalu menjaga jarak dari Shane, Mark dan Kian. Aku mencoba melupakan semuanya. Tapi, kenyataannya aku sangat kangen terhadap mereka semua. Yang membuatku kangen adalah kekonyolan Kian, kehangatan Mark, dan kelembutan Shane. Aku sangat merindukan mereka.

          “Emma! Emma!” Bella mengaburkan lamunanku. “Emma, aku tahu kamu kangen dengan mereka. Aku sudah nggak apa kok. Aku lebih sedih melihatmu selalu melamun. Aku akan bicarakan ini dengan Shane, kamu tunggu disini!” Bella berdiri dan menuju tempat Shane, Kian, dan Mark berkumpul. “Eh, Bella! Bella!” aku ingin mencegahnya.

          Bella  ‘tak menghiraukanku dan mulai mengobrol dengan Shane. Aku langsung mengambil tas-ku dan pergi dari kantin. (Dikacangin.. ckckck.. -.-)




*Di taman Universitas*
          “Aduhh!!! Bella ada-ada aja sihh… Kenapa harus bilang-bilang ke Shane, Mark, dan Kian. Bikin malu aja, dehh… Huft…” aku mengeluh dan menghela nafas. Tiba-tiba… “Dorrr… hayoo ngapain bengong sendirian disini? Hehehe…” seseorang mengagetkanku dari belakang.(^-^)





#Anggap aja lagi ngomong pakai b.ing ^-^
#Dilanjut Next Time yaa, guys (^-^)
#Maaf kalau ceritanya boring.. (^-^)v

Minggu, 01 Juli 2012

Best Friend or Love (6)


*BEST FRIEND OR LOVE (6)*
{Maaf ya, dipending lebih lama vol.6-nya v(^-^)v}






“Emma?! Shane?! Kalian kenapa bisa berduaan?! Emma, apa maksud semua ini? Kamu bilang Kian yang menjemputmu, tapi kenapa Shane? Emma, kamu berbohong padaku?!!” Bella bertanya dengan nada penasaran dan kesal.

Aku saling bertatapan dengan Shane. Kami bingung mencari alasan yang dapat Bella percayai.

“Aku yang meminta Shane menjemput Emma.” tiba-tiba Mark datang bersama Kian. “Aku sedang meminta bantuan Kian, jadi Shane yang ku minta menjemput Emma. Benar kan Kian?” Mark menoleh ke arah Kian. “Aww.. Eh, iya benar itu.” Kian tadi agak terlihat meringis kesakitan. Ku lihat Mark menginjak kaki Kian, pantas saja Kian kesakitan. (Mark pintar.. ^-^)

“Oh, kalau begitu kejadiannya aku minta maaf karena telah negative thinking. Maaf ya Shane, Emma.” Bella meminta maaf. “Ah, nggak perlu kok. Kamu nggak salah, yang salah itu aku. Maaf permisi dulu ya semuanya, aku mau ke WC sebentar.” aku menghindar pergi dari yang lainnya. Terakhir ku lihat, mereka melihatku pergi dengan heran.






*Ditaman rumah Mark*
          Yang lain sedang asik berpesta didalam, sedangkan aku menyendiri di taman. Aku menangis sendiri meratapi kebodohanku yang memilih cinta menyakitkan.

“Emma! Kalau kamu menangis terus, nanti cantiknya hilang lohh..” tiba-tiba seseorang datang menghampiriku. Kulihat Mark duduk disampingku dan melihatku lalu tersenyum.

“Sudahlah, Emma. Nggak ada yang perlu kamu sesali. Semua ini sudah rencana Tuhan.” Mark memelukku dan mencoba menenangkanku. “Tapi, Mark. Seharusnya dari awal aku menolak ajakan Shane. Aku ingin mengakhiri semuanya, Mark. Aku sudah nggak sanggup. Semua ini salahku, seharusnya aku nggak ada disini. Mungkin lebih baik aku kembali ke Indonesia.” aku mencurahkan isi hati dan pikiranku kepada Mark.

“Nggak. Emma, kamu nggak salah sama sekali. Kamu jangan pergi ke Indonesia. Itu pasti akan membuat Shane terpuruk dan Bella akan tau semuanya.” Mark mencoba menenangkanku yang masih menangis.

“Tapi, Mark..” aku ingin beralasan. “Emma. Listen to me and hear what I say! Semua ini sudah terjadi, nggak ada gunanya kamu menyesal dan menangisi semuanya seperti ini. Lebih baik kamu hapus air matamu dan tunjukkan pada dunia kamu itu wanita yang tegar dan kamu bisa menghadapinya. Tenang saja, ada aku yang akan selalu membantumu. Percayalah kamu nggak sendirian.” Mark menyela perkataanku dan memotivasiku dengan memegang kedua bahuku dan menatap mataku yang menunjukkan dia benar-benar berjanji akan selalu ada untukku.

Aku mencoba menghapus air mataku dan menenangkan perasaanku yang sangat kacau. Mark tetap memelukku dan terus mencoba berbagai cara menenangkan diriku.

‘Dhuakk!!!! Brukkk!!!!!!!’ “Aaaduuuhhh!!!!!!!!!!!!” tiba-tiba ada suara aneh dibalik semak-semak dibelakang kami. Aku dan Mark yang kaget langsung berdiri. Aku bersembunyi dipunggung Mark. Mark menghampiri asal suara itu.

Ternyata Kian yang terjatuh direrumputan. Kian terlihat kesakitan sambil memegang kepalanya. “Kian?!” Mark ternyata juga kaget melihat Kian. Aku melihat pohon besar didepan Kian. “Hahaha… Kian, Kian.. Kamu kok bisa nabrak pohon yang besarnya kayak gitu…?! Hahaha” aku semakin tertawa ketika melihat raut wajah Kian yang memerah.

“Aku kesal melihatmu dipeluk Mark. Jadi, mana kelihatan pohonnya.” jawab Kian malu. “Eh, maksudmu Kian??” aku penasaran maksud dari perkataan Kian barusan. “Eh, berarti kamu nguping dan ngintip kejadian tadi ya?! Aduhh, Kian!!!! Awas kalau kamu ember ke Shane, ku doain tambah besar benjol dikepalamu” Mark ngomel-ngomel. “Iich.. Nggak bakalan ku kasih tau Shane juga. Nggak usah nyumpahin orang segala dehh..” Kian ikut ngomel-ngomel.

Kian yang terlihat kesal, langsung berdiri dan ingin pergi. Tapi, kemudian ‘Dhuakk!!! Gubrakkk!!!’ .Kian nabrak pohon dan terjatuh lagi. Kian makin meringis kesakitan.

“Hahaha… Kian, Kian.. Kok bisa sampai dua kali kena sihh? Ayo, aku obatin benjolmu itu.” Aku tertawa, lalu membantunya berdiri. “Mark, tolong ambilkan kotak P3K punyamu. Aku tunggu didapur, ya. Ayo, Kian” aku pergi menuju dapur bersama Kian. Aku menengok kebelakang, raut wajah Mark terlihat kesal.






*Didapur*
          “Nih kotak P3K-nya” Mark memberikan kotak P3K kepadaku. “Thanks, Mark” ucapku sepontan.

          “Aduh!!” Kian meringis kesakitan saat ku berikan obat merah. “Maaf, Kian. Sakit, ya?” aku meminta maaf karena mungkin aku kurang pelan-pelan mengobati kepala Kian yang bejol gara-gara nabrak pohon besar sampai dua kali. (Kian hobby nabrak pohon ^-^)

          “Kian itu cuman alasan aja. Sini!” Mark mengambil kapas yang sudah ku teteskan obat merah dan kemudian… “Aduh!!!!!!!!!! Sakit banget tau, Mark!!!! Aku tau kamu cemburu, kan??!!! Tapi, kalau mau cemburu itu liat-liat keadaan dong, masa kepalaku yang jadi korban!!! Sakit tau!!!! Kalau waktu Shane jemput Emma, kamu ngamuk seperti di kamar tadi sampai kamu lempar barang kesana-sini itu nggak apa!!” Kian berteriak kesakitan. “Eh, Kian. Maksudnya Mark cemburu itu apa? Mark, apa maksud dari ucapan Kian tadi?” aku kaget dengan ucapan Kian.(^-^)





#Anggep aja lagi pake bing hehehe.. ^-^
#Dilanjut Next Time lagi yaa.. (^-^)
#Maaf, kalau ceritanya bikin boring.. (^-^)v
#Maaf, dipending lama yaa.. v(^-^)v