*BEST FRIEND OR LOVE (10)*
“Hmm..
Emma, sebenarnya sudah sejak lama aku…” Kian mulai bicara dengan nada nervous.
“Emma!”
tiba-tiba Mark berlari datang menghampiriku dan memotong pembicaraan Kian. “Emma,
Mr. Nightwater sudah menunggumu di parkiran. Sebaiknya kamu cepat-cepat
menemuinya, karena dia terlihat buru-buru.” pinta Mark.
“Hmm..
Ok. Thanks, Mark. Sorry Kian, mungkin bisa kita bicarakan dilain waktu. Bye
Kian. Bye Mark. See you tomorrow all.” aku berlari menuju tempat parkir mobil
Daddy. (Kasihan Kian.. ckckck ~(--“)~)
*Didalam Mobil*
Aku menutup pintu mobil dan lalu memasang sabuk pengaman.
(Supaya kita aman.. #Gaya_Ala_Dora ^o^).
“Ok. I’m ready, Daddy.” aku menoleh ke Daddy. “Hmm..
terlalu bersemangat sekali kamu, Emma. Hahaha” Daddy tertawa kecil.
*Di perjalanan*
“Daddy nungguin aku terlalu lama, ya? Sorry.” aku menunduk.
“Hahaha.. Tidak kok. Ketika Daddy baru menyalakan mesin mobil, kamu sudah masuk
ke dalam mobil dengan tergesa-gesa.” Daddy menjawab pertanyaanku walau
pandangannya masih fokus ke jalan.
“Loh! Jadi, Daddy tidak meminta bantuan dari Mark?”
pandanganku langsung ku arahkan ke Daddy. “Tidak. Bertemu dengannya saja
seharian ini juga tidak ada. Ada apa?” Daddy balik bertanya padaku. “Emm..
Nothing..” jawabku.
“Jadi, kalau Daddy tidak meminta bantuan Mark berarti Mark
berbohong padaku?!” tanyaku dalam hati. (Mark kalau jealous nggak liat keadaan
~(u.u)~)
*Keesokan harinya*
“Emma! Emma! Wait!” Bryan tiba-tiba muncul dan menghalangi
jalanku. “Ada apa, sih?” tanyaku heran.
“Emma, ini gawat banget. Kamu sekarang harus ikut aku
sekarang. Ada hal penting banget yang mau aku tunjukkan padamu. Ini penting!”
Bryan terlihat tergesa-gesa. “Hal penting? Apa itu?” tanyaku makin penasaran.
“Nanti kamu bakalan tau juga kok. Ayo..!” Brian menarik
tanganku menuju tempat parkir mobil. (Bukan ditarik paksa yang kasar lohh yaa…
^-*)
*Didalam mobil milik Bryan
yang sedang dalam perjalanan*
“Bryan, kita mau ke mana? Ada hal penting apa sih? Jelasin
dong, aku bingung banget nihh..” pintaku ke Bryan yang terlihat gelisah.
Bryan menepikan mobilnya. “Emma, coba kamu dengarkan ini
baik-baik” Bryan memberikan sebuah tape recorder padaku. “Apa isinya ini”
tanyaku sambil mengambil tape recorder dari Bryan. (Emang Bakpao yang pakai isi
-_-)
“Coba kamu dengarkan saja dulu” Bryan memintaku memutar
rekaman suara yang ada dibenda ini. Aku menekan tombol ‘Play’. Dan mulai
terdengar suara langkah kaki berlari menjauh.
“Hey! Kian kamu mau berkhianat rupanya ya?! Kamu pasti
ingin menyatakan cinta kan ke Emma?!” aku terlonjak kaget dengan kata-kata
suara seorang pemuda yang mirip suara Mark.
“Hey, Mark! Bukankah kamu juga seorang pengkhianat?! Kamu
mengkhianati Shane kan?! Iya, ku akui aku memang suka pada Emma.” jawab Kian, aku
menyimpulkan itu suara Kian selain mirip tapi sebelumnya namanya juga disebut.
Dan yang membuatku kaget adalah percakapan itu antara Kian dan Mark yang
menyangkut pautkan aku dan Shane dengan penuh emosi.
“Hey, Kian! Seharusnya kamu bisa jaga konsistensi antara
kita dong! Aku memang juga menyukai Emma, tapi aku masih bisa menahannya demi
menjaga perasaan Shane! Kamu sama aja jadi pengkhianat dengan cara menusuk
Shane dan aku dari belakang seperti ini!” marah Mark terdengar makin meluap.
“Aku sudah nggak perduli! Selama ini aku selalu mengalah
dari kalian berdua. Kalian juga nggak pernah perduli denganku. And now, aku
ingin merebut hak-ku sekali ini!” jawab Kian yang juga terdengar kesal.
“Jadi, kamu pikir kami yang bersikap egois?!” Mark bertanya
kesal. “Sekarang aku tanya balik, kapan kamu mau mengalah dariku?! Never!” Kian
bertanya balik dengan nada yang masih penuh emosi.
“Tapi, aku tidak pernah sekalipun menusukmu dari belakang
dengan sengaja seperti ini!” jawab Mark ‘tak mau kalah. “Lebih baik, kita
selesaikan ini dengan keputusan yang gentle aja! Kita ketemu di studio besok
pagi! Kita lihat siapa yang bisa mendapatkan Emma!” Kian semakin meluap penuh
emosi dan kata-kata yang diucapkannya membuatku semakin kaget. “Ok! Deal!” Mark
menjawab tantangan Kian dengan masih terdengar emosi. Rekamannya pun selesai. (Jadi pengen liat kalau Mark sama Kian bertengkar.. LOL.. ~.~)
“Bryan, ini beneran. Please, tell me it’s just a lie.” aku menitikkan
air mata kesedihan sekaligus kekecewaan. Bryan memelukku dengan hangat. “Sudahlah,
Emma. Yang penting sekarang kita menuju studio dan menghentikan mereka sebelum
terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan” Bryan berusaha menenangkanku. Aku
melepas pelukan Bryan dan hanya mengangguk.
Bryan menghela nafas. Kemudian Bryan menghidupkan mesin
mobilnya dan kembali mengendarainya menuju studio tempat Mark dan Kian akan
bertemu. “God, semoga masih ada waktu..” doa-ku dalam hati. (^-^)
#Anggap aja lagi ngomong pake b.ing ^-^
#Lanjut next time (^-^)
#Sorry, kalau boring (^-^)v