Minggu, 01 Juli 2012

Best Friend or Love (6)


*BEST FRIEND OR LOVE (6)*
{Maaf ya, dipending lebih lama vol.6-nya v(^-^)v}






“Emma?! Shane?! Kalian kenapa bisa berduaan?! Emma, apa maksud semua ini? Kamu bilang Kian yang menjemputmu, tapi kenapa Shane? Emma, kamu berbohong padaku?!!” Bella bertanya dengan nada penasaran dan kesal.

Aku saling bertatapan dengan Shane. Kami bingung mencari alasan yang dapat Bella percayai.

“Aku yang meminta Shane menjemput Emma.” tiba-tiba Mark datang bersama Kian. “Aku sedang meminta bantuan Kian, jadi Shane yang ku minta menjemput Emma. Benar kan Kian?” Mark menoleh ke arah Kian. “Aww.. Eh, iya benar itu.” Kian tadi agak terlihat meringis kesakitan. Ku lihat Mark menginjak kaki Kian, pantas saja Kian kesakitan. (Mark pintar.. ^-^)

“Oh, kalau begitu kejadiannya aku minta maaf karena telah negative thinking. Maaf ya Shane, Emma.” Bella meminta maaf. “Ah, nggak perlu kok. Kamu nggak salah, yang salah itu aku. Maaf permisi dulu ya semuanya, aku mau ke WC sebentar.” aku menghindar pergi dari yang lainnya. Terakhir ku lihat, mereka melihatku pergi dengan heran.






*Ditaman rumah Mark*
          Yang lain sedang asik berpesta didalam, sedangkan aku menyendiri di taman. Aku menangis sendiri meratapi kebodohanku yang memilih cinta menyakitkan.

“Emma! Kalau kamu menangis terus, nanti cantiknya hilang lohh..” tiba-tiba seseorang datang menghampiriku. Kulihat Mark duduk disampingku dan melihatku lalu tersenyum.

“Sudahlah, Emma. Nggak ada yang perlu kamu sesali. Semua ini sudah rencana Tuhan.” Mark memelukku dan mencoba menenangkanku. “Tapi, Mark. Seharusnya dari awal aku menolak ajakan Shane. Aku ingin mengakhiri semuanya, Mark. Aku sudah nggak sanggup. Semua ini salahku, seharusnya aku nggak ada disini. Mungkin lebih baik aku kembali ke Indonesia.” aku mencurahkan isi hati dan pikiranku kepada Mark.

“Nggak. Emma, kamu nggak salah sama sekali. Kamu jangan pergi ke Indonesia. Itu pasti akan membuat Shane terpuruk dan Bella akan tau semuanya.” Mark mencoba menenangkanku yang masih menangis.

“Tapi, Mark..” aku ingin beralasan. “Emma. Listen to me and hear what I say! Semua ini sudah terjadi, nggak ada gunanya kamu menyesal dan menangisi semuanya seperti ini. Lebih baik kamu hapus air matamu dan tunjukkan pada dunia kamu itu wanita yang tegar dan kamu bisa menghadapinya. Tenang saja, ada aku yang akan selalu membantumu. Percayalah kamu nggak sendirian.” Mark menyela perkataanku dan memotivasiku dengan memegang kedua bahuku dan menatap mataku yang menunjukkan dia benar-benar berjanji akan selalu ada untukku.

Aku mencoba menghapus air mataku dan menenangkan perasaanku yang sangat kacau. Mark tetap memelukku dan terus mencoba berbagai cara menenangkan diriku.

‘Dhuakk!!!! Brukkk!!!!!!!’ “Aaaduuuhhh!!!!!!!!!!!!” tiba-tiba ada suara aneh dibalik semak-semak dibelakang kami. Aku dan Mark yang kaget langsung berdiri. Aku bersembunyi dipunggung Mark. Mark menghampiri asal suara itu.

Ternyata Kian yang terjatuh direrumputan. Kian terlihat kesakitan sambil memegang kepalanya. “Kian?!” Mark ternyata juga kaget melihat Kian. Aku melihat pohon besar didepan Kian. “Hahaha… Kian, Kian.. Kamu kok bisa nabrak pohon yang besarnya kayak gitu…?! Hahaha” aku semakin tertawa ketika melihat raut wajah Kian yang memerah.

“Aku kesal melihatmu dipeluk Mark. Jadi, mana kelihatan pohonnya.” jawab Kian malu. “Eh, maksudmu Kian??” aku penasaran maksud dari perkataan Kian barusan. “Eh, berarti kamu nguping dan ngintip kejadian tadi ya?! Aduhh, Kian!!!! Awas kalau kamu ember ke Shane, ku doain tambah besar benjol dikepalamu” Mark ngomel-ngomel. “Iich.. Nggak bakalan ku kasih tau Shane juga. Nggak usah nyumpahin orang segala dehh..” Kian ikut ngomel-ngomel.

Kian yang terlihat kesal, langsung berdiri dan ingin pergi. Tapi, kemudian ‘Dhuakk!!! Gubrakkk!!!’ .Kian nabrak pohon dan terjatuh lagi. Kian makin meringis kesakitan.

“Hahaha… Kian, Kian.. Kok bisa sampai dua kali kena sihh? Ayo, aku obatin benjolmu itu.” Aku tertawa, lalu membantunya berdiri. “Mark, tolong ambilkan kotak P3K punyamu. Aku tunggu didapur, ya. Ayo, Kian” aku pergi menuju dapur bersama Kian. Aku menengok kebelakang, raut wajah Mark terlihat kesal.






*Didapur*
          “Nih kotak P3K-nya” Mark memberikan kotak P3K kepadaku. “Thanks, Mark” ucapku sepontan.

          “Aduh!!” Kian meringis kesakitan saat ku berikan obat merah. “Maaf, Kian. Sakit, ya?” aku meminta maaf karena mungkin aku kurang pelan-pelan mengobati kepala Kian yang bejol gara-gara nabrak pohon besar sampai dua kali. (Kian hobby nabrak pohon ^-^)

          “Kian itu cuman alasan aja. Sini!” Mark mengambil kapas yang sudah ku teteskan obat merah dan kemudian… “Aduh!!!!!!!!!! Sakit banget tau, Mark!!!! Aku tau kamu cemburu, kan??!!! Tapi, kalau mau cemburu itu liat-liat keadaan dong, masa kepalaku yang jadi korban!!! Sakit tau!!!! Kalau waktu Shane jemput Emma, kamu ngamuk seperti di kamar tadi sampai kamu lempar barang kesana-sini itu nggak apa!!” Kian berteriak kesakitan. “Eh, Kian. Maksudnya Mark cemburu itu apa? Mark, apa maksud dari ucapan Kian tadi?” aku kaget dengan ucapan Kian.(^-^)





#Anggep aja lagi pake bing hehehe.. ^-^
#Dilanjut Next Time lagi yaa.. (^-^)
#Maaf, kalau ceritanya bikin boring.. (^-^)v
#Maaf, dipending lama yaa.. v(^-^)v

Tidak ada komentar: