*BEST FRIEND OR LOVE (6)*
{Maaf ya, dipending lebih lama vol.6-nya v(^-^)v}
{Maaf ya, dipending lebih lama vol.6-nya v(^-^)v}
“Emma?!
Shane?! Kalian kenapa bisa berduaan?! Emma, apa maksud semua ini? Kamu bilang
Kian yang menjemputmu, tapi kenapa Shane? Emma, kamu berbohong padaku?!!” Bella
bertanya dengan nada penasaran dan kesal.
Aku
saling bertatapan dengan Shane. Kami bingung mencari alasan yang dapat Bella
percayai.
“Aku
yang meminta Shane menjemput Emma.” tiba-tiba Mark datang bersama Kian. “Aku
sedang meminta bantuan Kian, jadi Shane yang ku minta menjemput Emma. Benar kan
Kian?” Mark menoleh ke arah Kian. “Aww.. Eh, iya benar itu.” Kian tadi agak
terlihat meringis kesakitan. Ku lihat Mark menginjak kaki Kian, pantas saja
Kian kesakitan. (Mark pintar.. ^-^)
“Oh,
kalau begitu kejadiannya aku minta maaf karena telah negative thinking. Maaf ya
Shane, Emma.” Bella meminta maaf. “Ah, nggak perlu kok. Kamu nggak salah, yang
salah itu aku. Maaf permisi dulu ya semuanya, aku mau ke WC sebentar.” aku
menghindar pergi dari yang lainnya. Terakhir ku lihat, mereka melihatku pergi
dengan heran.
*Ditaman rumah Mark*
Yang lain sedang asik berpesta didalam, sedangkan aku menyendiri di taman. Aku menangis sendiri meratapi kebodohanku yang memilih cinta menyakitkan.
*Ditaman rumah Mark*
Yang lain sedang asik berpesta didalam, sedangkan aku menyendiri di taman. Aku menangis sendiri meratapi kebodohanku yang memilih cinta menyakitkan.
“Emma!
Kalau kamu menangis terus, nanti cantiknya hilang lohh..” tiba-tiba seseorang
datang menghampiriku. Kulihat Mark duduk disampingku dan melihatku lalu
tersenyum.
“Sudahlah,
Emma. Nggak ada yang perlu kamu sesali. Semua ini sudah rencana Tuhan.” Mark
memelukku dan mencoba menenangkanku. “Tapi, Mark. Seharusnya dari awal aku
menolak ajakan Shane. Aku ingin mengakhiri semuanya, Mark. Aku sudah nggak
sanggup. Semua ini salahku, seharusnya aku nggak ada disini. Mungkin lebih baik
aku kembali ke Indonesia.” aku mencurahkan isi hati dan pikiranku kepada Mark.
“Nggak.
Emma, kamu nggak salah sama sekali. Kamu jangan pergi ke Indonesia. Itu pasti
akan membuat Shane terpuruk dan Bella akan tau semuanya.” Mark mencoba
menenangkanku yang masih menangis.
“Tapi,
Mark..” aku ingin beralasan. “Emma. Listen to me and hear what I say! Semua ini
sudah terjadi, nggak ada gunanya kamu menyesal dan menangisi semuanya seperti
ini. Lebih baik kamu hapus air matamu dan tunjukkan pada dunia kamu itu wanita
yang tegar dan kamu bisa menghadapinya. Tenang saja, ada aku yang akan selalu
membantumu. Percayalah kamu nggak sendirian.” Mark menyela perkataanku dan
memotivasiku dengan memegang kedua bahuku dan menatap mataku yang menunjukkan
dia benar-benar berjanji akan selalu ada untukku.
Aku
mencoba menghapus air mataku dan menenangkan perasaanku yang sangat kacau. Mark
tetap memelukku dan terus mencoba berbagai cara menenangkan diriku.
‘Dhuakk!!!!
Brukkk!!!!!!!’ “Aaaduuuhhh!!!!!!!!!!!!” tiba-tiba ada suara aneh dibalik
semak-semak dibelakang kami. Aku dan Mark yang kaget langsung berdiri. Aku
bersembunyi dipunggung Mark. Mark menghampiri asal suara itu.
Ternyata
Kian yang terjatuh direrumputan. Kian terlihat kesakitan sambil memegang
kepalanya. “Kian?!” Mark ternyata juga kaget melihat Kian. Aku melihat pohon
besar didepan Kian. “Hahaha… Kian, Kian.. Kamu kok bisa nabrak pohon yang
besarnya kayak gitu…?! Hahaha” aku semakin tertawa ketika melihat raut wajah
Kian yang memerah.
“Aku
kesal melihatmu dipeluk Mark. Jadi, mana kelihatan pohonnya.” jawab Kian malu. “Eh,
maksudmu Kian??” aku penasaran maksud dari perkataan Kian barusan. “Eh, berarti
kamu nguping dan ngintip kejadian tadi ya?! Aduhh, Kian!!!! Awas kalau kamu
ember ke Shane, ku doain tambah besar benjol dikepalamu” Mark ngomel-ngomel. “Iich..
Nggak bakalan ku kasih tau Shane juga. Nggak usah nyumpahin orang segala dehh..”
Kian ikut ngomel-ngomel.
Kian
yang terlihat kesal, langsung berdiri dan ingin pergi. Tapi, kemudian ‘Dhuakk!!!
Gubrakkk!!!’ .Kian nabrak pohon dan terjatuh lagi. Kian makin meringis
kesakitan.
“Hahaha…
Kian, Kian.. Kok bisa sampai dua kali kena sihh? Ayo, aku obatin benjolmu itu.”
Aku tertawa, lalu membantunya berdiri. “Mark, tolong ambilkan kotak P3K
punyamu. Aku tunggu didapur, ya. Ayo, Kian” aku pergi menuju dapur bersama
Kian. Aku menengok kebelakang, raut wajah Mark terlihat kesal.
*Didapur*
“Nih kotak P3K-nya” Mark memberikan kotak P3K kepadaku. “Thanks,
Mark” ucapku sepontan.
“Aduh!!” Kian meringis kesakitan saat ku berikan obat
merah. “Maaf, Kian. Sakit, ya?” aku meminta maaf karena mungkin aku kurang
pelan-pelan mengobati kepala Kian yang bejol gara-gara nabrak pohon besar
sampai dua kali. (Kian hobby nabrak pohon ^-^)
“Kian itu cuman alasan aja. Sini!” Mark mengambil kapas
yang sudah ku teteskan obat merah dan kemudian… “Aduh!!!!!!!!!! Sakit banget
tau, Mark!!!! Aku tau kamu cemburu, kan??!!! Tapi, kalau mau cemburu itu
liat-liat keadaan dong, masa kepalaku yang jadi korban!!! Sakit tau!!!! Kalau
waktu Shane jemput Emma, kamu ngamuk seperti di kamar tadi sampai kamu lempar
barang kesana-sini itu nggak apa!!” Kian berteriak kesakitan. “Eh, Kian.
Maksudnya Mark cemburu itu apa? Mark, apa maksud dari ucapan Kian tadi?” aku
kaget dengan ucapan Kian.(^-^)
#Anggep aja lagi pake bing hehehe.. ^-^
#Dilanjut Next Time lagi yaa.. (^-^)
#Maaf, kalau ceritanya bikin boring.. (^-^)v
#Maaf, dipending lama yaa.. v(^-^)v
#Anggep aja lagi pake bing hehehe.. ^-^
#Dilanjut Next Time lagi yaa.. (^-^)
#Maaf, kalau ceritanya bikin boring.. (^-^)v
#Maaf, dipending lama yaa.. v(^-^)v
Tidak ada komentar:
Posting Komentar