Selasa, 18 Desember 2012

Don't Love Me, Please! (19)



                               *DON'T LOVE ME, PLEASE! (19)*








          “Nicky? Is it you? How can I see your self?” tanyaku. “Hahaha… You’re so funny, Sakura. Yesterday, you said to Kian if I’ll know how to can making you see me. And now, you said how can you see me? Now, you’re a winner and he’s a loser… Hahaha…” tawa Nicky sambil menunjuk seseorang yang baru saja datang.

          “Okay, okay. Sakura, you’re a winner. Aku akan siap menjalani hukumanku, but… Don’t about the horse! I won’t it. If you bring one horse, you’ll make me die.” Ekspresi Kian terlihat ketakutan.

          “Come on, Kian. It’s so fun. Just a little horse??” aku memaksa Kian. “No! No! No! You’ll make me die! Nicky, said to your girl, I won’t a horse. Except, if she wanna kill me” ekspresi Kian yang terlihat serius dan agak ketakutan membuat aku dan Nicky menahan tawa.

          “Okay……… Jika aku mengingatnya…” canda Nicky untuk mengerjai Kian yang memang sangat phobia terhadap kuda. “Hey!!! It’s not funny, okay?!” Kian pergi meninggalkan kami dengan wajah yang memerah. Entah karena menahan malu, atau menahan marah, atau pun menahan ketakutan, kami tidak mengetahuinya. Namun ekspresi wajah Kian itu cukup membuat kami geli. I think, I must say sorry to Kian. I hurt him.

          “Okay, kembali kepermasalahan sebelumnya. Sakura, tonight is my last night in this world.” said Nicky to the point again. “I know. How can I forget it? And I know, you’ll leave me.” Aku berusaha tegar.

          Nicky menghela nafas panjang. “Okay, I’ll show something for you. Just a little surprise.” Ucap Nicky.  Aku mengikuti Nicky dibelakangnya. Aku berulangkali mengatur nafasku. Aku tak ingin air mataku jatuh dihadapan Nicky. Aku tak ingin menambah beban pada pundaknya. Aku harus berusaha kuat. Come on, Sakura! You can do it!

          “A movie?” tanyaku. “Yup, this is our movie. Since you and I was a kid. Kian was helping me to can make it use my brain. I don’t know, how can he does that. Do you want watching that? Walau agak sedikit memalukan. Tenang saja Kian telah mengunci ruangannya dan tak akan ada yang datang.” Ucap Nicky menawarkanku. “Yes, I do” jawabku bersemangat.

          Aku duduk disebuah sofa bersama Nicky. Mungkin ini sangat memalukan bagi Nicky, namun rasanya pun aku ikut deg-deg-an sekaligus merasa penasaran apa yang ada dipikiran Nicky tentangku selama ini.

          Ternyata Nicky pintar bernyanyi dan jari-jemarinya begitu sangatlah lihai memetik gitar dan menekan tuts piano. Aku tidak pernah mengetahuinya. Yang aku ketahui adalah bahwa sejak kecil Nicky sangat pintar dance.

          “Another day without your smile. Another day just passes by. But now I know how much it means for you to stay right here with me. The time we spend apart we make our love go stronger. But it hurt so bad I can’t take it any longer. I wanna grow old with you. I wanna day lying in your arms. I wanna grow old with you, I wanna be looking in your eyes. I wanna be there for you, sharing everyday everything you do. I wanna grow old with you. A thousand miles between us now. It causes me to wonder how.” Alunan lembut suara Nicky membuatku tenang.

          “Entah dimana dirimu berada, hampa terasa hidupku tanpa dirimu. Apakah disana kau rindukan aku seperti diriku yang selalu merindukanmu selalu merindukanmu?” Nicky menyenandungkan syair ini ketika melepaskan kepergianku kembali ke Irlandia.

          “Kemarin, ku lihat awan membentuk wajahmu, desah angin meniupkan namamu, tubuhku terpaku. Semalam, bulan sabit melengkungkan senyummu, tabur bintang serupa kilau auramu, aku pun sadari, ku segera berlari. Cepat pulang, cepat kembali jangan pergi lagi. Firasatku ingin kau tuk cepat pulang, cepat kembali jangan pergi lagi. Airnya bagai sungai yang mendamba samudera. Ku tau pasti kemana kan ku bermuara. Semoga ada waktu, sayangku. Ku percaya alam pun berbahasa, ada makna di balik semua pertanda. Firasat ini rasa rindukah ataukah tanda bahaya? Aku tak perduli ku terus berlari. Cepat pulang, cepat kembali jangan pergi lagi. Firasatku ingin kau tuk cepat pulang, cepat kembali jangan pergi lagi. Dan lihatlah sayang, hujan turun membasahi seolah ku berair mata.” Suara sendu Nicky menyentuh relung kalbu ku.

          “Masih ku ingat indah senyummu yang s’lalu membuatku mengenangmu. Terbawa aku dalam sedihku. Tak sadari kini kau tak disini. Engkau masih yang terindah, indah didalam hatiku. Mengapa kisah kita berakhir yang seperti ini? Apa kini yang kurasa? Menangis pun ku tak mampu. Hanya sisa kenangan terindah dan kesedihanku.” Jari jemari Nicky begitu lihainya menekan tuts demi tuts piano demi menghasilkan nada yang indah yang selaras dengan lagunya.

          “Namaku cinta ketika kita bersama berbagi rasa untuk selamanya. Namaku cinta ketika kita bersama berbagi rasa sepanjang usia. Hingga tiba saatnya aku pun melihat cintaku berkhianat, cintaku berkhianat. Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi. Aku tenggelam dalam lautan luka dalam. Aku tersesat dan tak tau arah jalan pulang. Aku tanpamu, butiran debu.” Nicky menyanyikan lagu sendu ketika ia telah kembali melihatku namun saat itu aku masih bersama Bryan. Aku tau aku telah sangat menyakitinya saat itu.

          “Mungkin kau bertanya-tanya arti perhatianku terhadapmu. Pasti kau menerka-nerka apa yang tersirat dalam benakku. Akulah serpihan kisah masa lalumu yang sekedar ingin tau keadaanmu. Tak pernah aku bermaksud mengusikmu, mengganggu setiap ketentraman hidupmu. Hanya tak mudah bagiku lupakanmu dan pergi menjauh. Beri sedikit waktu agar ku terbiasa bernafas tanpamu. Teruntuk dirimu dengarkanlah…” suara khas sendu Nicky ketika bernyanyi dan dengan diiringi oleh petikan gitarnya sungguh suasana yang sangat sendu.

          “Aku menyanyikannya, ketika Kak Edward membawamu pergi ke rumah sakit. Aku memang diam saat itu karena begitu bodohnya hal yang telah aku lakukan terhadapmu. Aku menyanyikannya dihalaman belakang. Aku sangat tau saat dikebun binatang kau dan Bryan pasti sangat curiga terhadap sikapku yang aneh. Hahaha… Tapi dugaanku benar kan? Pasti ada yang mencurigakan… I can feel something about your feel.” Nicky menatap ke arahku. Dia menceritakan kronologis dibalik lagu yang ia nyanyikan.

“Lihatlah luka ini yang sakitnya abadi, yang terbalut hangatnya bekas pelukmu. Aku tak akan lupa, tak akan pernah bisa, tentang apa yang harus memisahkan kita. Saat ku tertatih tanpa kau disini, kau tetap kunanti demi keyakinan ini. Jika memang dirimulah tulang rusukku, kau akan kembali pada tubuh ini. Ku akan tua dan mati dalam pelukmu. Untukmu s’luruh nafas ini. Kita telah lewati rasa yang pernah mati. Bukan hal baru bila kau tinggalkan aku. Tanpa kita mencari jalan untuk kembali, tapi cinta yang menuntunmu kembali padaku. Disaat ku tertatih tanpa kau disini, kau tetap kunanti demi keyakinan ini. Jika memang kau terlahir hanya untukku, bawalah hatiku dan lekas kembali. Ku nikmati rindu yang datang membunuhku. Untukmu s’luruh nafas ini. Ini yang terakhir, aku menyakitimu. Dan ini yang terakhir, aku meninggalkanmu. Takkan ku sia-siakan hidupmu lagi.” Tak terasa air mataku menetes seketika. Aku cepat-cepat menghapusnya sebelum Nicky melihatnya. Aku tak ingin perpisahan ini berakhir menyedihkan. Nicky telah merencanakan ini semua dengan matang, aku tak boleh merusak suasana ini. Be strong, Sakura!

          “Oke, ku rasa cukup saja. Kau bisa menyimpan kasetnya untuk kau lihat suatu hari nanti, termasuk ke anak-cucu mu ya. Aku ingin mereka mengetahui tentang diriku ini. Hahaha… Aku hanya tak ingin melihatmu meneteskan air mata kembali.” Nicky menekan tombol off pada remote. “Nicky? Kok…” belum selesai aku bertanya, Nicky telah memotong ucapanku, “Yup, aku memperhatikan dirimu dari tadi. Aku sama sekali tak tertarik dengan video ini, malah seperti memalukan menonton diri sendiri.” Jawab Nicky. Oke, ku rasa percuma menyembunyikannya dari Nicky.

          “By the way, kau pasti tidak pernah menyangka bila aku pintar dalam hal mengolah suara kan? Akan ku buktikan padamu sekarang disini. I’ll sing a special song just for you. The last song for you, my love.” Tentu saja ucapan Nicky sanggat membuatku penasaran. Aku menatapnya dan mulai mendengarkan alunan nada lembut yang keluar dari bibirnya.

          Hard to find a way to get through, it's a tragedy. Pulling at me like the stars do, you're like gravity. Even if the wind blows, makes it hard to believe. How you gonna love? How you gonna feel? How you gonna live your life like the dream you have is real? And if you lost your way, I will keep you safe. We'll open up all the world inside, I see it come alive tonight. I will keep you safe. Doesn't even matter to you, to see what I can see. I'm crawling on the floor to reach you, I'm a wreck you see. When you're far from home now, makes it hard to believe. So, how you gonna love? How you gonna feel? How you gonna live your life like the dream you have is real? If you've lost your way, I will keep you safe. We'll open up all your world inside, till you come alive tonight. I will keep you safe. We all fall down. We all feel down. Cause rainy days and summer highs, the more we pray the more we feel alive.” Perlahan bayangan Nicky pun mulai menghilang ditemani oleh suara sendunya yang ikut perlahan mulai menghilang.

          Sekarang semuanya telah berubah. Sekarang tak ada lagi Nicky disampingku. Sekarang tak ada lagi Nicky yang menemani hari-hariku. Tak ada lagi canda tawanya. Tak ada lagi tangan lembutnya yang senantiasa menghapus air mataku. Tak ada lagi lengannya yang senantiasa memelukku erat. Tak ada lagi kehangatan tubuhnya yang biasanya dapat ku rasakan. Takkan pernah terdengar lagi nada suaranya dia yang kini masih terngiang di telingaku. Takkan pernah lagi ku dengar kata-kata romantis nan indah yang keluar dari bibirnya. Kini, semua telah hilang. Semuanya telah lenyap ditelan oleh waktu. Kini… yang ku rasakan hanyalah kehampaan… tak terasa lagi kehangatan cinta yang biasanya terasa didadaku… Now, you leave me alone…

          “I swear, aku akan selalu mengenangmu dihati dan pikiranku. I swear, cinta tulus sejatiku hanyalah untukmu selamanya. I’ll be loving you forever and ever, Nicholas Bernard James Adam Byrne” aku menitikkan air mataku yang mulai membanjiri kedua pipiku.

          “Sakura?” tiba-tiba Kian membuka pintu dan masuk. “Kian! He was leaving…” aku memeluk Kian dengan erat tanpa perduli lagi dengan air mataku yang mengalir deras. “I know… Pasti ada hikmah dibalik semua ini, Sakura. Aku telah berjanji pada Nicky, aku akan menjagamu layaknya Nicky. I’ll be your side everytime and everywhere you want.” Kian mengelus rambutku dengan lembut.

          “Sayangnya kamu itu bukan Nicky, Kian. Kau takkan pernah bisa menggantikan posisi Nicky” ucapku dalam hati.









*Keesokan harinya*
          “Ini resepnya dan sekarang anda boleh rawat jalan, namun perban anda tolong jangan dibuka dulu. Anda tetap bisa melihat walau hanya sebelah kanan saja” dokter menyerahkan kertas resep padaku. “Terima kasih, Dok” ucapku seraya berdiri menuju pintu keluar ruangan ini.

          “Bagaimana? Ayo, kita harus segera pulang. Mom dan Dad telah menyiapkan sarapan dirumah” ucap Kak Edward sambil menjinjing tas yang berisi baju-bajuku. “Ok” jawabku.









*Diperjalanan*
          “Huft! Tuhan, rasanya begitu sangat berat meninggalkan rumah sakit itu. Begitu banyak kenangan bersama Nicky disana. Ya Tuhan, sampai kapan aku harus murung begini? Kuatkan aku, Tuhan. Agar Nicky dapat tidur dengan tenang di alam sana…” keluhku dalam hati.

          “Hey? What happen, sist? Why you so sad?” tanya Kak Edward sambil terus mengemudikan mobil. “Nothing. Hanya langkahku rasanya berat meninggalkan rumah sakit itu, Kak.” Jawabku sedikit berbohong.

          “Hmm.. By the way, apakah kamu ingin mengunjungi makam Nicky?” tanya Kak Edward. “Mungkin lain kali saja kak, tidak untuk sekarang” aku tau jawabanku pasti aneh menurut Kak Edward. Entahlah, rasanya aku tak ingin menambah beban kesedihanku untuk sementara waktu ini.

          “Why? Sakura, are you sick?” Kak Edward berusaha menyentuh keningku, namun sempat ku tepis tangannya. “I’m fine. Sakura hanya kangen dengan suasana dirumah, Kak.” Jawabku berbohong sambil menatap langit mendung diluar kaca mobil. “Hmm.. oke” aku tau Kak Edward pasti masih curiga dengan sikapku yang aneh.









*Home*
          “Welcome back, Angel!!!!!!!!!!” Mom memelukku erat ketika baru ku buka pintu rumah. “Thank you, Mom” ucapku tersenyum kecil.

          “Selamat datang kembali dirumah” Dad memelukku setelah Mom melepas pelukannya. “Thanks, Dad” aku kembali tersenyum tipis.

          “Mom, jangan biarkan Sakura berdiri terlalu lama. Kasihan dia masih kecapekan” ucap Kak Edward. “Oh iya. Come on, dear. Kita sarapan bersama dulu” Mom megandeng lenganku menuju ruang makan.

          “Wow!” aku terkejut melihat makanan-makanan yang telah tersedia diatas meja makan. “Thanks so much, Mom, Dad” aku memeluk Mom dan Dad secara bergantian. “My pleasure, dear. Mom dan Dad sengaja menyiapkan semua makanan kesukaan kamu. Semoga kamu suka” Mom tersenyum. “I like it so much, Mom. Tapi, bagaimana caraku menghabiskan semuanya?” ucapku sedikit bercanda.

          “Sudahlah, ayo kita sarapan aku sudah sangat kelaparan” canda Kak Edward sambil duduk di salah satu kursi makan. “Ayo, Angel.” Dad menyuruhku duduk di kursi lainnya. Aku mengikuti perintah Dad.

          “Mom, Where’s Kate?” tanyaku saat Mom sedang mengambilkan salah satu makanan kesukaanku Potato Sauteed with Shrimp yaitu salah satu makanan khas di Irlandia. Mom hanya terdiam sebentar, lalu kembali meletakkan makanan untukku di piringku. Tak sepatah kata pun keluar dari bibirnya.

          “Mom?” tanyaku. “Dia sudah lama tidak pulang kembali ke rumah ini, mungkin dia tinggal di tempat kos baru atau menginap di salah satu rumah temannya” jawab Dad dengan ekspresi tidak perduli.

          “Sudahlah Sakura, tak perlu kau perdulikan Kate. Sekarang, nikmati saja hidangan special sebagai perayaan kepulanganmu ke rumah lagi” jawab Kak Edward dengan cueknya. “Okay” jawabku tak puas.

          Ada apa ini? Sebenarnya apa yang telah terjadi? Mengapa Kak Kate pergi dari rumah dan tak seorang pun dari kami tau keberadaannya? Apa yang sedang mereka sembunyikan dariku? Aku harus mencari tau semuanya. Tekad ku telah bulat, aku harus mencari Kak Kate. Selesai sarapan aku harus dapat menyelinap keluar rumah tanpa sepengetahuan mereka. Tapi, bagaimana caranya ya? Karena mereka pasti akan menjagaku dengan ketat. Tuhan, permudahkanlah langkahku untuk bertemu Kak Kate… (^-^)











#Lanjut next time ya ^-^
#Thank you so much for reading my story (^-^)
#I’m sorry if my story make you feel boring (^-^)v

Selasa, 04 Desember 2012

Don't Love Me, Please! (18)



                               *DON'T LOVE ME, PLEASE! (18)*







*Keesokan paginya*
          “Kak Edward?” aku menggerakkan tanganku mencari Kak Edward. “Ugh.. Ada apa Sakura?” tanya Kak Edward. Aku langsung teringat dengan kejadian tadi malam. Aku langsung memegang kedua mataku dan ternyata mataku masih diperban. Lalu bagaimana bisa aku melihat Kak Edward masih tertidur dan melihat roh Nicky?

          Aku yakin itu hanya mimpi saja. Nicky tak mungkin benar-benar akan meninggalkanku. Aku percaya itu.

          “Sakura?” tanya Kak Edward mengagetkanku serta membuyarkan lamunanku. “Ada apa?” tanyanya lagi. “Tidak, aku hanya ingin bertemu Kian, Kak. Boleh?” tanyaku.

          “Baiklah, tunggu sebentar ya. Kakak akan telpon Kian dulu” terdengar suara langkah kaki menjauh serta suara gesekan antara pintu dengan lantai.

          Beberapa menit kemudian terdengar suara pintu terbuka dan langkah kaki mendekat. “Kian akan segera datang. Sabar ya” Kak Edward membelai rambutku dengan lembut. Aku hanya tersenyum kecil. Aku masih bingung akan kejadian yang tadi malam.

          Tak berselang lama kemudian terdengar suara kaki berlari tergopoh-gopoh. “Ada apa?” tiba-tiba terdengar sebuah suara disertai dengan suara pintu terbuka. “Sakura ingin berbicara denganmu. Sepertinya penting. Namun karena dia masih belum diperbolehkan banyak berbicara. Aku telah siapkan buku kosong beserta sebuah pena yang bisa kau pergunakan. Jika memang terlalu bersifat privacy, kau dapat mencobeknya lalu membuangnya atau membakarnya agar tak ada orang yang tau. Aku akan mencari roti untuk sarapanku dulu.” Jawab Kak Edward. Suara kaki mulai menjauh pun terdengar dan dengan disertai suara gesekan pintu beberapa detik kemudian.

          “What happen, Sakura?” tanya Kian sembari memberikan padaku buku dan pena. Aku pun langsung menceritakan semuanya pada Kian secara detail. Setelah selesai ku tulis, aku langsung menyerahkannya pada Kian untuk dibaca.

          Sesaat kemudian Kian menyerahkan kembali buku tersebut. “Ku rasa bagian yang terakhir itu bukan hanya sekedar mimpi saja. Apa kah kamu masih ingat saat rohmu masih terpisah dengan tubuhmu? Saat itu jika kau menginginkan sesuatu untuk dapat disentuh, maka kamu dapat menyentuhnya walau terlihat sulit dan gerakannya terlihat semu. Sangat dimungkinkan bahwa Nicky sempat melepaskan perbanmu dan kembali memasangkannya pada saat kau tengah tertidur pulas.” Jawab Kian dengan pasti dan detail.

          “I won’t Nicky leave me alone… But, he won’t my self…” aku mengeluarkan suaraku beserta air mataku. “Don’t crying, Sakura. Nicky always want you, he love you. You’re the first and the last his love. He can’t find another girl likes you. Believe me! I promise, I’ll protect you likes Nicky do!” Kian mengelus rambutku dengan lembut.

          “Ikhlaskan dia! Aku yakin suatu saat pasti ada hal indah lainnya yang akan kau temui…” ucap Kian kembali. “Oke, I will. Thank you so much, Kian.” Kian memelukku dengan erat.

          “Kan ku penuhi semua janjiku pada Nicky untuk menjagamu” bisik Kian.








*5 jam kemudian (02.20 p.m)*
          Cukup banyak yang ku bicarakan dengan Kian. Mulai dari yang awalnya tangisan kini berubah menjadi candaan. Kian memang malaikat yang tepat yang telah dikirimkan Nicky untuk menemaniku didunia. But, I can’t forgetting you with easy way. I’ll be loving you forever and ever, Nicky.

          Tiba-tiba suara pintu terbuka terdengar. “Maaf, ini jam untuk pemeriksaan kondisi Sakura. Bisakah anda tolong tunggu diluar” ucap seorang perawat. “Baiklah, Sus. Permisi, Dok” ucap Kian seraya keluar dari ruanganku.










#KIAN VERSION#
          Aku berjalan menuju sebuah ruangan yang biasanya ku gunakan untuk bertemu Sakura saat masih menjadi roh dan juga Nicky. Aku tau Nicky sedang mengikutiku dengan ekspresi yang menyedihkan.









*Empty room*
          “Nicky, kau begitu nekat! Untung saja dia tiddak mengalami amnesia! Kalau dia mengalaminya, bagaimana aku harus menjelaskan?” ucapku kesal. Untung saja ruangan ini terisolasi, jadi tak ada orang yang dapat mendengarnya.

          “Maaf, aku hanya kangen nada suaranya ketika memanggil namaku. Aku sangat merindukan dirinya. Hahh!!!!!!!! Begitu bodohnya diriku!!!!!! Aku harus bisa bersikap dewasa, bukannya malah labil seperti ini!!!!! Aku hanya belum siap meninggalkan Sakura. Namun, waktuku didunia kini hanya tinggal hitungan hari saja…” jawab Nicky makin murung.

          “I’m sorry, Nick. I promise, I’ll helping you to make the last fantastic surprise for her…” ucapku memotivasi Nicky. “Thank you, Kian. You’re the best of all my best friend!” jawab Nicky tersenyum kecil. Aku tau pasti berat rasanya meninggalkan orang yang begitu kita cintai. Nicky dan Sakura adalah orang-orang terhebat yang pernah ku temui. Mereka berdua begitu berusaha untuk selalu tabah dan tegar menghadapi semua rintangan yang tengah melanda mereka. Jika aku menjadi salah satu dari mereka, aku jamin aku pasti takkan bisa menjadi seperti mereka. Ku yakin Tuhan memiliki rencana yang sangat indah dari semua penderitaan pahit yang tengah kalian berdua lewati.












#SAKURA VERSION#
          “Perkembanganmu cukup drastis, Sakura. Kau wanita hebat. Kau boleh berbicara kembali dengan sesuka hatimu, namun kamu masih dilarang untuk berteriak atau berbicara dengan keras karena dapat merusak kembali pita suaramu tersebut. Dan menurut hasil pemeriksaan kami sepertinya kornea matamu yang sebelah kanan mengalami kerusakan sehingga kamu membutuhkan kornea mata baru agar kau dapat melihat. Jika tidak, maka kau terancam mengalami kebutaan. Namun anda tetap harus di kemotherapi, jika tidak maka Kanker anda dapat meregut nyawa anda” Ucap Dokter itu setelah memeriksa kondisiku.

          “Baiklah, Dok. Terima kasih banyak. Nanti akan saya bicarakan dengan keluarga saya.” Jawabku ketika para suster kembali memperban mataku. “Baiklah, kalau begitu saya mohon permisi” terdengar suara langkah kaki Dokter itu keluar dari ruanganku beserta para suster yang telah selesai memperban mataku.

          “Bagaimana keadaanmu menurut dokter, Sakura?” tiba-tiba terdengar bunyi gesekan pintu terbuka. “Kornea mataku rusak kak. Aku membutuhkan donor mata. Jika tidak, maka aku terancam mengalami kebutaan. Namun aku juga harus tetap menjalani kemotherapi secara rutin” jawabku dengan singkat dan jelas.

          “Baiklah, tunggu disini sebentar ya Sakura” terdengar suara pintu kembali terbuka diseritai dengan suara langkah kaki menjauh. Apa yang akan dilakukan Kak Edward?








*Keesokan harinya*
          “Hai sayang?” tiba-tiba terdengar suara Mom berlari lalu memelukku. “Maaf ya kemarin Mom tidak dapat menemanimu seharian, Dad melarang Mom untuk datang kemari” Mom memegang tangan kanan ku dengan erat. “Kemarin kondisi Mom sempat down karena kelelahan, jadi Dad terpaksa melarangnya untuk datang kemari. Maafkan Dad ya?” Dad memegang tangan kiriku.

          “Ya ampun, Mom, Dad. Kalian jangan memaksakan untuk kemari. Disini kan sudah ada Kak Edward yang akan senantiasa menjaga Sakura” ucapku. “Iya, Mom tau. Mom hanya kangen mendengar suaramu sayang” jawab Mom.

          “Mom, Dad, ada yang harus Edward bicarakan. Hal ini sangat penting sekali” Kak Edward menyela pembicaraan dengan tiba-tiba. “Baiklah, ayo Mom” ajak Dad. “Ok, tunggu sebentar ya sayang” Mom mengelus rambutku sebelum pergi.











#EDWARD VERSION#
          “Ada apa, Edward?” tanya Dad padaku. “Sakura terancam mengalami kebutaan. Kornea matanya rusak, ia membutuhkan donor mata. Namun, kemarin setelah diperiksa ternyata kornea mata Edward tidak cocok untuk Sakura” jawabku lemas.

          “Apa? Tidak mungkin. Dad kita juga harus memeriksa kornea mata kita untuk menolong Sakura” Mom menarik tangan Dad dengan paksa lalu pergi menuju ruang dokter yang menangani kondisi Sakura.

          “Huft! Begitu tidak bergunanya aku menjadi kakak dari Sakura. I can’t do anything for her! Kau lebih pantas disebut adiknya Sakura daripada kakaknya Sakura, Edward!!” Aku memukulkan tanganku yang belum pulih 100% ke dinding kembali.









#NICKY VERSION#
          “Sepinya hari yang ku lewati tanpa ada dirimu menemani. Sunyi ku rasa dalam hatiku tak sadar kini kau tak disini. Engkau masih yang terindah, indah didalam hatiku. Mengapa kisah kita berakhir yang seperti ini? Apa kini yang kurasa? Menangis pun ku tak mampu. Hanya sisa kenangan terindah dan kesedihanku” aku menyanyikan suara hatiku di villa keluarga McFadden tempatku memiliki banyak kenangan dapat mengobrol kembali dengannya.

          Aku merindukan matanya. Aku merindukan belaian tangannya. Aku merindukan suaranya saat memanggil namaku. Aku merindukan senyum dan tawanya. Aku merindukan pelukannya. Aku merindukan saat-saat bersamanya. Aku merindukan lembut rambut panjangnya. Aku merindukan semua ekspresinya. Aku merindukan semua yang ada pada dirinya. Aku sungguh-sungguh tak mampu meninggalkannya. Aku tak sanggup membohongi perasaanku sendiri.

          “I’ve died everyday waiting for you. Darling, don’t be afraid I have love you for a thousand years. I love you for a thousand more.” aku tak sanggup lagi menyanyikan lagu sedih. Aku duduk terdiam diantara rumput ilalang di Hokkaido. Aku dan Sakura sering bermain disini ketika kami masih kecil.

          Aku memutar kembali memoriku saat bersama Sakura. I’ve make the last big fantastic surprise for her. Oh God, I’m really really love her so much. How can I do?










#SAKURA VERSION#
          Kak Edward kok lama banget ya? Aku mulai menunggu dengan bosan. Karena feeling ku mengatakan ada yang tidak beres, maka aku pun tak dapat tidur dengan nyenyak. Aku gelisah menunggu mereka.

          Beberapa jam kemudian terdengar suara pintu terbuka. “Kak? Mom? Dad?” tanyaku. “Sorry, Sakura. It’s me, Kian” terdengar suara langkah kaki mendekat. Aku percaya bahwa yang datang itu adalah Kian karena dari suara khasnya dan juga suara langkah kakinya yang terdengar berbeda dari yang lainnya.

          “What are you doing in here, Kian?” tanyaku. “Haha… Tentu saja untuk menjengukmu, Sakura. Lagipula ada yang ingin ku bicarakan denganmu. Tadi diluar aku telah memita ijin dengan Edward.” Jawab Kian.

          “Okay, langsung saja.  What you want say?” tanyaku lagi. “Huft.. Aku mendengar dari Nicky, maaf… Apa benar kornea matamu rusak?” Kian balik bertanya. “Ya, begitulah…” jawabku berusaha tegar.

          “I’m sorry to hear that” ucap Kian dengan nada bergetar. “No ploblem. I’m a strong woman” jawabku dengan sedikit candaan.

          “But, how to can show you? Nicky was make the last surprise for you” jawab Kian. “I’ll can see it. Nicky will know how to can make me see that. I believe it.” Jawabku meyakinkan Kian. “I doubt it” balas Kian dengan nada yang meragu. “Oh yeah? But, I believe it. Kita akan lihat siapa yang benar?” ucapku menantang Kian. “Ok, I do” jawab Kian pasti.

          Kemudian kembali terdengar suara pintu terbuka. “Kian?” terdengar suara Mom. “Good evening, Ma’am. Saya kesini hanya ingin melihat keadaan Sakura saja. Kalau begitu, saya permisi dulu om, tante, Edward. Ada tugas kuliah yang harus saya selesaikan hari ini.” Langkah kaki Kian terdengar mulai menjauh. “Baiklah, hati-hati ya dijalan” jawab Daddy dengan ramah. “Terima kasih, om” Kian menutup pintu.

          “Maaf sayang, ternyata kornea mata Mom dan Dad tidak cocok untuk diberikan kepadamu. Karena kamu tau sendirikan Dad memakai kaca mata lensa plus dan Mom memakai kaca mata lemsa minus. Kami lupa memikirkannya sebelumnya. Tapi Mom dan Dad janji, kami akan mencari 1 donor kornea mata untukmu walau pun sulit, sayang” Mom menggenggam tanganku dengan erat.

          “Sudahlah Mom, jangan dipaksakan. Lagi pula Sakura masih bisa kok pakai mata yang sebelah kiri.” Jawabku membelas genggaman Mom.

          “Maafkan Mom, sayang. Mom belum bisa membahagiakanmu sejak kamu kecil” Mom memelukku dengan tangisan terisak. “Mom? Untuk apa Mom minta maaf? Mom udah terlalu banyak berjuang serta berkorban untuk membahagiakan Sakura. Seharusnya Sakura yang minta maaf, karena Sakura selalu menyusahkan semuanya termasuk Mom, Dad, dan Kak Edward. Sebagai seorang anak, seharusnya Sakura bisa membahagiakan Mom dan Dad. Tapi, bukannya membahagiakan, Sakura hanya bisa bikin kalian repot. Tidak ada orang tua yang menginginkan anak seperti Sakura. Sakura telah berduhaka.” Tak terasa air mataku pun ikut menetes.

          “Tidak, Sakura. Kami justru sangat bangga telah memiliki anak sepertimu.” Jawab Dad. “Iya, sayang. Benar apa yang dikatakan Dad. Kita semua bangga memilikimu” Mom memelukku makin erat. “Iya, kakak juga bangga memiliki adik yang begitu kuat dan sabar sepertimu, Sakura” ucap Kak Edward.

          Tidak denganku, Mom, Dad, Kak. Aku benar-benar merasa tidak berguna untuk kalian. Sakura merasa bagaikan sebuah parasit untuk kalian. Sakura hanya menjadi beban untuk kalian. Itu sebabnya Sakura menahan diri untuk melepas kangen disetiap saat bersama kalian. Walau Sakura tau, dimata kalian Kak Kate lah yang terbaik karena semua prestasi yang telah Sakura dapatkan semuanya diakui Kak Kate atas nama dirinya. Sakura gak mau jadi anak manja, makanya Sakura selalu berusaha berfikiran dewasa. Kan Sakura buat semuanya berakhir dengan bahagia sebelum Sakura menghembuskan nafas terakhir. Akan Sakura perbaiki semua kesalahan-kesalahan yang telah Sakura lakukan. I’m never can do the best, but I’ll make it clear.








*Keesokan malamnya*
          “Baiklah Sakura, kau bisa melihat dengan menggunakan mata kirimu untuk sementara waktu sambil menunggu donor kornea mata yang cocok untukmu” ucap Dokter. “Baiklah, Dok. Terima kasih.” Jawabku. “Baiklah, kalau begitu kami permisi dulu” ucap Dokter itu seraya pergi disusul oleh para perawat yang ikut pergi.

          Kini aku dapat kembali melihat keindahan dunia walau hanya dengan sebelah mata. Aku masih terancam kebutaan pada mata kananku. Aku masih membutuhkan pendonor yang matanya cocok denganku. Ruangan terasa sangat sunyi. Mom dan Dad pulang ke rumah setelah seharian merawatku. Sedangkan Kak Edward tadi sempat menelpon Mom, katanya ia akan telat menjagaku karena kesibukan pekerjaan.

          “Sakura………” tiba-tiba terdengar suara lembut disertai dengan hembusan angin yang lembut. Aku terdiam membisu. “Sakura……… Follow my voice………” perintah suara lembut itu dengan masih disertai dengan hembusan angin yang lembut membelai rambutku. Dengan rasa penasaran, aku pun akhirnya memutuskan untuk mengikuti asal suara tersebut. And then……………… (^-^)










#Lanjut next time ya ^-^
#Thank you so much for reading my story (^-^)
#I’m sorry if my story make you feel boring (^-^)v