Selasa, 04 Desember 2012

Don't Love Me, Please! (18)



                               *DON'T LOVE ME, PLEASE! (18)*







*Keesokan paginya*
          “Kak Edward?” aku menggerakkan tanganku mencari Kak Edward. “Ugh.. Ada apa Sakura?” tanya Kak Edward. Aku langsung teringat dengan kejadian tadi malam. Aku langsung memegang kedua mataku dan ternyata mataku masih diperban. Lalu bagaimana bisa aku melihat Kak Edward masih tertidur dan melihat roh Nicky?

          Aku yakin itu hanya mimpi saja. Nicky tak mungkin benar-benar akan meninggalkanku. Aku percaya itu.

          “Sakura?” tanya Kak Edward mengagetkanku serta membuyarkan lamunanku. “Ada apa?” tanyanya lagi. “Tidak, aku hanya ingin bertemu Kian, Kak. Boleh?” tanyaku.

          “Baiklah, tunggu sebentar ya. Kakak akan telpon Kian dulu” terdengar suara langkah kaki menjauh serta suara gesekan antara pintu dengan lantai.

          Beberapa menit kemudian terdengar suara pintu terbuka dan langkah kaki mendekat. “Kian akan segera datang. Sabar ya” Kak Edward membelai rambutku dengan lembut. Aku hanya tersenyum kecil. Aku masih bingung akan kejadian yang tadi malam.

          Tak berselang lama kemudian terdengar suara kaki berlari tergopoh-gopoh. “Ada apa?” tiba-tiba terdengar sebuah suara disertai dengan suara pintu terbuka. “Sakura ingin berbicara denganmu. Sepertinya penting. Namun karena dia masih belum diperbolehkan banyak berbicara. Aku telah siapkan buku kosong beserta sebuah pena yang bisa kau pergunakan. Jika memang terlalu bersifat privacy, kau dapat mencobeknya lalu membuangnya atau membakarnya agar tak ada orang yang tau. Aku akan mencari roti untuk sarapanku dulu.” Jawab Kak Edward. Suara kaki mulai menjauh pun terdengar dan dengan disertai suara gesekan pintu beberapa detik kemudian.

          “What happen, Sakura?” tanya Kian sembari memberikan padaku buku dan pena. Aku pun langsung menceritakan semuanya pada Kian secara detail. Setelah selesai ku tulis, aku langsung menyerahkannya pada Kian untuk dibaca.

          Sesaat kemudian Kian menyerahkan kembali buku tersebut. “Ku rasa bagian yang terakhir itu bukan hanya sekedar mimpi saja. Apa kah kamu masih ingat saat rohmu masih terpisah dengan tubuhmu? Saat itu jika kau menginginkan sesuatu untuk dapat disentuh, maka kamu dapat menyentuhnya walau terlihat sulit dan gerakannya terlihat semu. Sangat dimungkinkan bahwa Nicky sempat melepaskan perbanmu dan kembali memasangkannya pada saat kau tengah tertidur pulas.” Jawab Kian dengan pasti dan detail.

          “I won’t Nicky leave me alone… But, he won’t my self…” aku mengeluarkan suaraku beserta air mataku. “Don’t crying, Sakura. Nicky always want you, he love you. You’re the first and the last his love. He can’t find another girl likes you. Believe me! I promise, I’ll protect you likes Nicky do!” Kian mengelus rambutku dengan lembut.

          “Ikhlaskan dia! Aku yakin suatu saat pasti ada hal indah lainnya yang akan kau temui…” ucap Kian kembali. “Oke, I will. Thank you so much, Kian.” Kian memelukku dengan erat.

          “Kan ku penuhi semua janjiku pada Nicky untuk menjagamu” bisik Kian.








*5 jam kemudian (02.20 p.m)*
          Cukup banyak yang ku bicarakan dengan Kian. Mulai dari yang awalnya tangisan kini berubah menjadi candaan. Kian memang malaikat yang tepat yang telah dikirimkan Nicky untuk menemaniku didunia. But, I can’t forgetting you with easy way. I’ll be loving you forever and ever, Nicky.

          Tiba-tiba suara pintu terbuka terdengar. “Maaf, ini jam untuk pemeriksaan kondisi Sakura. Bisakah anda tolong tunggu diluar” ucap seorang perawat. “Baiklah, Sus. Permisi, Dok” ucap Kian seraya keluar dari ruanganku.










#KIAN VERSION#
          Aku berjalan menuju sebuah ruangan yang biasanya ku gunakan untuk bertemu Sakura saat masih menjadi roh dan juga Nicky. Aku tau Nicky sedang mengikutiku dengan ekspresi yang menyedihkan.









*Empty room*
          “Nicky, kau begitu nekat! Untung saja dia tiddak mengalami amnesia! Kalau dia mengalaminya, bagaimana aku harus menjelaskan?” ucapku kesal. Untung saja ruangan ini terisolasi, jadi tak ada orang yang dapat mendengarnya.

          “Maaf, aku hanya kangen nada suaranya ketika memanggil namaku. Aku sangat merindukan dirinya. Hahh!!!!!!!! Begitu bodohnya diriku!!!!!! Aku harus bisa bersikap dewasa, bukannya malah labil seperti ini!!!!! Aku hanya belum siap meninggalkan Sakura. Namun, waktuku didunia kini hanya tinggal hitungan hari saja…” jawab Nicky makin murung.

          “I’m sorry, Nick. I promise, I’ll helping you to make the last fantastic surprise for her…” ucapku memotivasi Nicky. “Thank you, Kian. You’re the best of all my best friend!” jawab Nicky tersenyum kecil. Aku tau pasti berat rasanya meninggalkan orang yang begitu kita cintai. Nicky dan Sakura adalah orang-orang terhebat yang pernah ku temui. Mereka berdua begitu berusaha untuk selalu tabah dan tegar menghadapi semua rintangan yang tengah melanda mereka. Jika aku menjadi salah satu dari mereka, aku jamin aku pasti takkan bisa menjadi seperti mereka. Ku yakin Tuhan memiliki rencana yang sangat indah dari semua penderitaan pahit yang tengah kalian berdua lewati.












#SAKURA VERSION#
          “Perkembanganmu cukup drastis, Sakura. Kau wanita hebat. Kau boleh berbicara kembali dengan sesuka hatimu, namun kamu masih dilarang untuk berteriak atau berbicara dengan keras karena dapat merusak kembali pita suaramu tersebut. Dan menurut hasil pemeriksaan kami sepertinya kornea matamu yang sebelah kanan mengalami kerusakan sehingga kamu membutuhkan kornea mata baru agar kau dapat melihat. Jika tidak, maka kau terancam mengalami kebutaan. Namun anda tetap harus di kemotherapi, jika tidak maka Kanker anda dapat meregut nyawa anda” Ucap Dokter itu setelah memeriksa kondisiku.

          “Baiklah, Dok. Terima kasih banyak. Nanti akan saya bicarakan dengan keluarga saya.” Jawabku ketika para suster kembali memperban mataku. “Baiklah, kalau begitu saya mohon permisi” terdengar suara langkah kaki Dokter itu keluar dari ruanganku beserta para suster yang telah selesai memperban mataku.

          “Bagaimana keadaanmu menurut dokter, Sakura?” tiba-tiba terdengar bunyi gesekan pintu terbuka. “Kornea mataku rusak kak. Aku membutuhkan donor mata. Jika tidak, maka aku terancam mengalami kebutaan. Namun aku juga harus tetap menjalani kemotherapi secara rutin” jawabku dengan singkat dan jelas.

          “Baiklah, tunggu disini sebentar ya Sakura” terdengar suara pintu kembali terbuka diseritai dengan suara langkah kaki menjauh. Apa yang akan dilakukan Kak Edward?








*Keesokan harinya*
          “Hai sayang?” tiba-tiba terdengar suara Mom berlari lalu memelukku. “Maaf ya kemarin Mom tidak dapat menemanimu seharian, Dad melarang Mom untuk datang kemari” Mom memegang tangan kanan ku dengan erat. “Kemarin kondisi Mom sempat down karena kelelahan, jadi Dad terpaksa melarangnya untuk datang kemari. Maafkan Dad ya?” Dad memegang tangan kiriku.

          “Ya ampun, Mom, Dad. Kalian jangan memaksakan untuk kemari. Disini kan sudah ada Kak Edward yang akan senantiasa menjaga Sakura” ucapku. “Iya, Mom tau. Mom hanya kangen mendengar suaramu sayang” jawab Mom.

          “Mom, Dad, ada yang harus Edward bicarakan. Hal ini sangat penting sekali” Kak Edward menyela pembicaraan dengan tiba-tiba. “Baiklah, ayo Mom” ajak Dad. “Ok, tunggu sebentar ya sayang” Mom mengelus rambutku sebelum pergi.











#EDWARD VERSION#
          “Ada apa, Edward?” tanya Dad padaku. “Sakura terancam mengalami kebutaan. Kornea matanya rusak, ia membutuhkan donor mata. Namun, kemarin setelah diperiksa ternyata kornea mata Edward tidak cocok untuk Sakura” jawabku lemas.

          “Apa? Tidak mungkin. Dad kita juga harus memeriksa kornea mata kita untuk menolong Sakura” Mom menarik tangan Dad dengan paksa lalu pergi menuju ruang dokter yang menangani kondisi Sakura.

          “Huft! Begitu tidak bergunanya aku menjadi kakak dari Sakura. I can’t do anything for her! Kau lebih pantas disebut adiknya Sakura daripada kakaknya Sakura, Edward!!” Aku memukulkan tanganku yang belum pulih 100% ke dinding kembali.









#NICKY VERSION#
          “Sepinya hari yang ku lewati tanpa ada dirimu menemani. Sunyi ku rasa dalam hatiku tak sadar kini kau tak disini. Engkau masih yang terindah, indah didalam hatiku. Mengapa kisah kita berakhir yang seperti ini? Apa kini yang kurasa? Menangis pun ku tak mampu. Hanya sisa kenangan terindah dan kesedihanku” aku menyanyikan suara hatiku di villa keluarga McFadden tempatku memiliki banyak kenangan dapat mengobrol kembali dengannya.

          Aku merindukan matanya. Aku merindukan belaian tangannya. Aku merindukan suaranya saat memanggil namaku. Aku merindukan senyum dan tawanya. Aku merindukan pelukannya. Aku merindukan saat-saat bersamanya. Aku merindukan lembut rambut panjangnya. Aku merindukan semua ekspresinya. Aku merindukan semua yang ada pada dirinya. Aku sungguh-sungguh tak mampu meninggalkannya. Aku tak sanggup membohongi perasaanku sendiri.

          “I’ve died everyday waiting for you. Darling, don’t be afraid I have love you for a thousand years. I love you for a thousand more.” aku tak sanggup lagi menyanyikan lagu sedih. Aku duduk terdiam diantara rumput ilalang di Hokkaido. Aku dan Sakura sering bermain disini ketika kami masih kecil.

          Aku memutar kembali memoriku saat bersama Sakura. I’ve make the last big fantastic surprise for her. Oh God, I’m really really love her so much. How can I do?










#SAKURA VERSION#
          Kak Edward kok lama banget ya? Aku mulai menunggu dengan bosan. Karena feeling ku mengatakan ada yang tidak beres, maka aku pun tak dapat tidur dengan nyenyak. Aku gelisah menunggu mereka.

          Beberapa jam kemudian terdengar suara pintu terbuka. “Kak? Mom? Dad?” tanyaku. “Sorry, Sakura. It’s me, Kian” terdengar suara langkah kaki mendekat. Aku percaya bahwa yang datang itu adalah Kian karena dari suara khasnya dan juga suara langkah kakinya yang terdengar berbeda dari yang lainnya.

          “What are you doing in here, Kian?” tanyaku. “Haha… Tentu saja untuk menjengukmu, Sakura. Lagipula ada yang ingin ku bicarakan denganmu. Tadi diluar aku telah memita ijin dengan Edward.” Jawab Kian.

          “Okay, langsung saja.  What you want say?” tanyaku lagi. “Huft.. Aku mendengar dari Nicky, maaf… Apa benar kornea matamu rusak?” Kian balik bertanya. “Ya, begitulah…” jawabku berusaha tegar.

          “I’m sorry to hear that” ucap Kian dengan nada bergetar. “No ploblem. I’m a strong woman” jawabku dengan sedikit candaan.

          “But, how to can show you? Nicky was make the last surprise for you” jawab Kian. “I’ll can see it. Nicky will know how to can make me see that. I believe it.” Jawabku meyakinkan Kian. “I doubt it” balas Kian dengan nada yang meragu. “Oh yeah? But, I believe it. Kita akan lihat siapa yang benar?” ucapku menantang Kian. “Ok, I do” jawab Kian pasti.

          Kemudian kembali terdengar suara pintu terbuka. “Kian?” terdengar suara Mom. “Good evening, Ma’am. Saya kesini hanya ingin melihat keadaan Sakura saja. Kalau begitu, saya permisi dulu om, tante, Edward. Ada tugas kuliah yang harus saya selesaikan hari ini.” Langkah kaki Kian terdengar mulai menjauh. “Baiklah, hati-hati ya dijalan” jawab Daddy dengan ramah. “Terima kasih, om” Kian menutup pintu.

          “Maaf sayang, ternyata kornea mata Mom dan Dad tidak cocok untuk diberikan kepadamu. Karena kamu tau sendirikan Dad memakai kaca mata lensa plus dan Mom memakai kaca mata lemsa minus. Kami lupa memikirkannya sebelumnya. Tapi Mom dan Dad janji, kami akan mencari 1 donor kornea mata untukmu walau pun sulit, sayang” Mom menggenggam tanganku dengan erat.

          “Sudahlah Mom, jangan dipaksakan. Lagi pula Sakura masih bisa kok pakai mata yang sebelah kiri.” Jawabku membelas genggaman Mom.

          “Maafkan Mom, sayang. Mom belum bisa membahagiakanmu sejak kamu kecil” Mom memelukku dengan tangisan terisak. “Mom? Untuk apa Mom minta maaf? Mom udah terlalu banyak berjuang serta berkorban untuk membahagiakan Sakura. Seharusnya Sakura yang minta maaf, karena Sakura selalu menyusahkan semuanya termasuk Mom, Dad, dan Kak Edward. Sebagai seorang anak, seharusnya Sakura bisa membahagiakan Mom dan Dad. Tapi, bukannya membahagiakan, Sakura hanya bisa bikin kalian repot. Tidak ada orang tua yang menginginkan anak seperti Sakura. Sakura telah berduhaka.” Tak terasa air mataku pun ikut menetes.

          “Tidak, Sakura. Kami justru sangat bangga telah memiliki anak sepertimu.” Jawab Dad. “Iya, sayang. Benar apa yang dikatakan Dad. Kita semua bangga memilikimu” Mom memelukku makin erat. “Iya, kakak juga bangga memiliki adik yang begitu kuat dan sabar sepertimu, Sakura” ucap Kak Edward.

          Tidak denganku, Mom, Dad, Kak. Aku benar-benar merasa tidak berguna untuk kalian. Sakura merasa bagaikan sebuah parasit untuk kalian. Sakura hanya menjadi beban untuk kalian. Itu sebabnya Sakura menahan diri untuk melepas kangen disetiap saat bersama kalian. Walau Sakura tau, dimata kalian Kak Kate lah yang terbaik karena semua prestasi yang telah Sakura dapatkan semuanya diakui Kak Kate atas nama dirinya. Sakura gak mau jadi anak manja, makanya Sakura selalu berusaha berfikiran dewasa. Kan Sakura buat semuanya berakhir dengan bahagia sebelum Sakura menghembuskan nafas terakhir. Akan Sakura perbaiki semua kesalahan-kesalahan yang telah Sakura lakukan. I’m never can do the best, but I’ll make it clear.








*Keesokan malamnya*
          “Baiklah Sakura, kau bisa melihat dengan menggunakan mata kirimu untuk sementara waktu sambil menunggu donor kornea mata yang cocok untukmu” ucap Dokter. “Baiklah, Dok. Terima kasih.” Jawabku. “Baiklah, kalau begitu kami permisi dulu” ucap Dokter itu seraya pergi disusul oleh para perawat yang ikut pergi.

          Kini aku dapat kembali melihat keindahan dunia walau hanya dengan sebelah mata. Aku masih terancam kebutaan pada mata kananku. Aku masih membutuhkan pendonor yang matanya cocok denganku. Ruangan terasa sangat sunyi. Mom dan Dad pulang ke rumah setelah seharian merawatku. Sedangkan Kak Edward tadi sempat menelpon Mom, katanya ia akan telat menjagaku karena kesibukan pekerjaan.

          “Sakura………” tiba-tiba terdengar suara lembut disertai dengan hembusan angin yang lembut. Aku terdiam membisu. “Sakura……… Follow my voice………” perintah suara lembut itu dengan masih disertai dengan hembusan angin yang lembut membelai rambutku. Dengan rasa penasaran, aku pun akhirnya memutuskan untuk mengikuti asal suara tersebut. And then……………… (^-^)










#Lanjut next time ya ^-^
#Thank you so much for reading my story (^-^)
#I’m sorry if my story make you feel boring (^-^)v

Tidak ada komentar: