Selasa, 18 Desember 2012

Don't Love Me, Please! (19)



                               *DON'T LOVE ME, PLEASE! (19)*








          “Nicky? Is it you? How can I see your self?” tanyaku. “Hahaha… You’re so funny, Sakura. Yesterday, you said to Kian if I’ll know how to can making you see me. And now, you said how can you see me? Now, you’re a winner and he’s a loser… Hahaha…” tawa Nicky sambil menunjuk seseorang yang baru saja datang.

          “Okay, okay. Sakura, you’re a winner. Aku akan siap menjalani hukumanku, but… Don’t about the horse! I won’t it. If you bring one horse, you’ll make me die.” Ekspresi Kian terlihat ketakutan.

          “Come on, Kian. It’s so fun. Just a little horse??” aku memaksa Kian. “No! No! No! You’ll make me die! Nicky, said to your girl, I won’t a horse. Except, if she wanna kill me” ekspresi Kian yang terlihat serius dan agak ketakutan membuat aku dan Nicky menahan tawa.

          “Okay……… Jika aku mengingatnya…” canda Nicky untuk mengerjai Kian yang memang sangat phobia terhadap kuda. “Hey!!! It’s not funny, okay?!” Kian pergi meninggalkan kami dengan wajah yang memerah. Entah karena menahan malu, atau menahan marah, atau pun menahan ketakutan, kami tidak mengetahuinya. Namun ekspresi wajah Kian itu cukup membuat kami geli. I think, I must say sorry to Kian. I hurt him.

          “Okay, kembali kepermasalahan sebelumnya. Sakura, tonight is my last night in this world.” said Nicky to the point again. “I know. How can I forget it? And I know, you’ll leave me.” Aku berusaha tegar.

          Nicky menghela nafas panjang. “Okay, I’ll show something for you. Just a little surprise.” Ucap Nicky.  Aku mengikuti Nicky dibelakangnya. Aku berulangkali mengatur nafasku. Aku tak ingin air mataku jatuh dihadapan Nicky. Aku tak ingin menambah beban pada pundaknya. Aku harus berusaha kuat. Come on, Sakura! You can do it!

          “A movie?” tanyaku. “Yup, this is our movie. Since you and I was a kid. Kian was helping me to can make it use my brain. I don’t know, how can he does that. Do you want watching that? Walau agak sedikit memalukan. Tenang saja Kian telah mengunci ruangannya dan tak akan ada yang datang.” Ucap Nicky menawarkanku. “Yes, I do” jawabku bersemangat.

          Aku duduk disebuah sofa bersama Nicky. Mungkin ini sangat memalukan bagi Nicky, namun rasanya pun aku ikut deg-deg-an sekaligus merasa penasaran apa yang ada dipikiran Nicky tentangku selama ini.

          Ternyata Nicky pintar bernyanyi dan jari-jemarinya begitu sangatlah lihai memetik gitar dan menekan tuts piano. Aku tidak pernah mengetahuinya. Yang aku ketahui adalah bahwa sejak kecil Nicky sangat pintar dance.

          “Another day without your smile. Another day just passes by. But now I know how much it means for you to stay right here with me. The time we spend apart we make our love go stronger. But it hurt so bad I can’t take it any longer. I wanna grow old with you. I wanna day lying in your arms. I wanna grow old with you, I wanna be looking in your eyes. I wanna be there for you, sharing everyday everything you do. I wanna grow old with you. A thousand miles between us now. It causes me to wonder how.” Alunan lembut suara Nicky membuatku tenang.

          “Entah dimana dirimu berada, hampa terasa hidupku tanpa dirimu. Apakah disana kau rindukan aku seperti diriku yang selalu merindukanmu selalu merindukanmu?” Nicky menyenandungkan syair ini ketika melepaskan kepergianku kembali ke Irlandia.

          “Kemarin, ku lihat awan membentuk wajahmu, desah angin meniupkan namamu, tubuhku terpaku. Semalam, bulan sabit melengkungkan senyummu, tabur bintang serupa kilau auramu, aku pun sadari, ku segera berlari. Cepat pulang, cepat kembali jangan pergi lagi. Firasatku ingin kau tuk cepat pulang, cepat kembali jangan pergi lagi. Airnya bagai sungai yang mendamba samudera. Ku tau pasti kemana kan ku bermuara. Semoga ada waktu, sayangku. Ku percaya alam pun berbahasa, ada makna di balik semua pertanda. Firasat ini rasa rindukah ataukah tanda bahaya? Aku tak perduli ku terus berlari. Cepat pulang, cepat kembali jangan pergi lagi. Firasatku ingin kau tuk cepat pulang, cepat kembali jangan pergi lagi. Dan lihatlah sayang, hujan turun membasahi seolah ku berair mata.” Suara sendu Nicky menyentuh relung kalbu ku.

          “Masih ku ingat indah senyummu yang s’lalu membuatku mengenangmu. Terbawa aku dalam sedihku. Tak sadari kini kau tak disini. Engkau masih yang terindah, indah didalam hatiku. Mengapa kisah kita berakhir yang seperti ini? Apa kini yang kurasa? Menangis pun ku tak mampu. Hanya sisa kenangan terindah dan kesedihanku.” Jari jemari Nicky begitu lihainya menekan tuts demi tuts piano demi menghasilkan nada yang indah yang selaras dengan lagunya.

          “Namaku cinta ketika kita bersama berbagi rasa untuk selamanya. Namaku cinta ketika kita bersama berbagi rasa sepanjang usia. Hingga tiba saatnya aku pun melihat cintaku berkhianat, cintaku berkhianat. Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi. Aku tenggelam dalam lautan luka dalam. Aku tersesat dan tak tau arah jalan pulang. Aku tanpamu, butiran debu.” Nicky menyanyikan lagu sendu ketika ia telah kembali melihatku namun saat itu aku masih bersama Bryan. Aku tau aku telah sangat menyakitinya saat itu.

          “Mungkin kau bertanya-tanya arti perhatianku terhadapmu. Pasti kau menerka-nerka apa yang tersirat dalam benakku. Akulah serpihan kisah masa lalumu yang sekedar ingin tau keadaanmu. Tak pernah aku bermaksud mengusikmu, mengganggu setiap ketentraman hidupmu. Hanya tak mudah bagiku lupakanmu dan pergi menjauh. Beri sedikit waktu agar ku terbiasa bernafas tanpamu. Teruntuk dirimu dengarkanlah…” suara khas sendu Nicky ketika bernyanyi dan dengan diiringi oleh petikan gitarnya sungguh suasana yang sangat sendu.

          “Aku menyanyikannya, ketika Kak Edward membawamu pergi ke rumah sakit. Aku memang diam saat itu karena begitu bodohnya hal yang telah aku lakukan terhadapmu. Aku menyanyikannya dihalaman belakang. Aku sangat tau saat dikebun binatang kau dan Bryan pasti sangat curiga terhadap sikapku yang aneh. Hahaha… Tapi dugaanku benar kan? Pasti ada yang mencurigakan… I can feel something about your feel.” Nicky menatap ke arahku. Dia menceritakan kronologis dibalik lagu yang ia nyanyikan.

“Lihatlah luka ini yang sakitnya abadi, yang terbalut hangatnya bekas pelukmu. Aku tak akan lupa, tak akan pernah bisa, tentang apa yang harus memisahkan kita. Saat ku tertatih tanpa kau disini, kau tetap kunanti demi keyakinan ini. Jika memang dirimulah tulang rusukku, kau akan kembali pada tubuh ini. Ku akan tua dan mati dalam pelukmu. Untukmu s’luruh nafas ini. Kita telah lewati rasa yang pernah mati. Bukan hal baru bila kau tinggalkan aku. Tanpa kita mencari jalan untuk kembali, tapi cinta yang menuntunmu kembali padaku. Disaat ku tertatih tanpa kau disini, kau tetap kunanti demi keyakinan ini. Jika memang kau terlahir hanya untukku, bawalah hatiku dan lekas kembali. Ku nikmati rindu yang datang membunuhku. Untukmu s’luruh nafas ini. Ini yang terakhir, aku menyakitimu. Dan ini yang terakhir, aku meninggalkanmu. Takkan ku sia-siakan hidupmu lagi.” Tak terasa air mataku menetes seketika. Aku cepat-cepat menghapusnya sebelum Nicky melihatnya. Aku tak ingin perpisahan ini berakhir menyedihkan. Nicky telah merencanakan ini semua dengan matang, aku tak boleh merusak suasana ini. Be strong, Sakura!

          “Oke, ku rasa cukup saja. Kau bisa menyimpan kasetnya untuk kau lihat suatu hari nanti, termasuk ke anak-cucu mu ya. Aku ingin mereka mengetahui tentang diriku ini. Hahaha… Aku hanya tak ingin melihatmu meneteskan air mata kembali.” Nicky menekan tombol off pada remote. “Nicky? Kok…” belum selesai aku bertanya, Nicky telah memotong ucapanku, “Yup, aku memperhatikan dirimu dari tadi. Aku sama sekali tak tertarik dengan video ini, malah seperti memalukan menonton diri sendiri.” Jawab Nicky. Oke, ku rasa percuma menyembunyikannya dari Nicky.

          “By the way, kau pasti tidak pernah menyangka bila aku pintar dalam hal mengolah suara kan? Akan ku buktikan padamu sekarang disini. I’ll sing a special song just for you. The last song for you, my love.” Tentu saja ucapan Nicky sanggat membuatku penasaran. Aku menatapnya dan mulai mendengarkan alunan nada lembut yang keluar dari bibirnya.

          Hard to find a way to get through, it's a tragedy. Pulling at me like the stars do, you're like gravity. Even if the wind blows, makes it hard to believe. How you gonna love? How you gonna feel? How you gonna live your life like the dream you have is real? And if you lost your way, I will keep you safe. We'll open up all the world inside, I see it come alive tonight. I will keep you safe. Doesn't even matter to you, to see what I can see. I'm crawling on the floor to reach you, I'm a wreck you see. When you're far from home now, makes it hard to believe. So, how you gonna love? How you gonna feel? How you gonna live your life like the dream you have is real? If you've lost your way, I will keep you safe. We'll open up all your world inside, till you come alive tonight. I will keep you safe. We all fall down. We all feel down. Cause rainy days and summer highs, the more we pray the more we feel alive.” Perlahan bayangan Nicky pun mulai menghilang ditemani oleh suara sendunya yang ikut perlahan mulai menghilang.

          Sekarang semuanya telah berubah. Sekarang tak ada lagi Nicky disampingku. Sekarang tak ada lagi Nicky yang menemani hari-hariku. Tak ada lagi canda tawanya. Tak ada lagi tangan lembutnya yang senantiasa menghapus air mataku. Tak ada lagi lengannya yang senantiasa memelukku erat. Tak ada lagi kehangatan tubuhnya yang biasanya dapat ku rasakan. Takkan pernah terdengar lagi nada suaranya dia yang kini masih terngiang di telingaku. Takkan pernah lagi ku dengar kata-kata romantis nan indah yang keluar dari bibirnya. Kini, semua telah hilang. Semuanya telah lenyap ditelan oleh waktu. Kini… yang ku rasakan hanyalah kehampaan… tak terasa lagi kehangatan cinta yang biasanya terasa didadaku… Now, you leave me alone…

          “I swear, aku akan selalu mengenangmu dihati dan pikiranku. I swear, cinta tulus sejatiku hanyalah untukmu selamanya. I’ll be loving you forever and ever, Nicholas Bernard James Adam Byrne” aku menitikkan air mataku yang mulai membanjiri kedua pipiku.

          “Sakura?” tiba-tiba Kian membuka pintu dan masuk. “Kian! He was leaving…” aku memeluk Kian dengan erat tanpa perduli lagi dengan air mataku yang mengalir deras. “I know… Pasti ada hikmah dibalik semua ini, Sakura. Aku telah berjanji pada Nicky, aku akan menjagamu layaknya Nicky. I’ll be your side everytime and everywhere you want.” Kian mengelus rambutku dengan lembut.

          “Sayangnya kamu itu bukan Nicky, Kian. Kau takkan pernah bisa menggantikan posisi Nicky” ucapku dalam hati.









*Keesokan harinya*
          “Ini resepnya dan sekarang anda boleh rawat jalan, namun perban anda tolong jangan dibuka dulu. Anda tetap bisa melihat walau hanya sebelah kanan saja” dokter menyerahkan kertas resep padaku. “Terima kasih, Dok” ucapku seraya berdiri menuju pintu keluar ruangan ini.

          “Bagaimana? Ayo, kita harus segera pulang. Mom dan Dad telah menyiapkan sarapan dirumah” ucap Kak Edward sambil menjinjing tas yang berisi baju-bajuku. “Ok” jawabku.









*Diperjalanan*
          “Huft! Tuhan, rasanya begitu sangat berat meninggalkan rumah sakit itu. Begitu banyak kenangan bersama Nicky disana. Ya Tuhan, sampai kapan aku harus murung begini? Kuatkan aku, Tuhan. Agar Nicky dapat tidur dengan tenang di alam sana…” keluhku dalam hati.

          “Hey? What happen, sist? Why you so sad?” tanya Kak Edward sambil terus mengemudikan mobil. “Nothing. Hanya langkahku rasanya berat meninggalkan rumah sakit itu, Kak.” Jawabku sedikit berbohong.

          “Hmm.. By the way, apakah kamu ingin mengunjungi makam Nicky?” tanya Kak Edward. “Mungkin lain kali saja kak, tidak untuk sekarang” aku tau jawabanku pasti aneh menurut Kak Edward. Entahlah, rasanya aku tak ingin menambah beban kesedihanku untuk sementara waktu ini.

          “Why? Sakura, are you sick?” Kak Edward berusaha menyentuh keningku, namun sempat ku tepis tangannya. “I’m fine. Sakura hanya kangen dengan suasana dirumah, Kak.” Jawabku berbohong sambil menatap langit mendung diluar kaca mobil. “Hmm.. oke” aku tau Kak Edward pasti masih curiga dengan sikapku yang aneh.









*Home*
          “Welcome back, Angel!!!!!!!!!!” Mom memelukku erat ketika baru ku buka pintu rumah. “Thank you, Mom” ucapku tersenyum kecil.

          “Selamat datang kembali dirumah” Dad memelukku setelah Mom melepas pelukannya. “Thanks, Dad” aku kembali tersenyum tipis.

          “Mom, jangan biarkan Sakura berdiri terlalu lama. Kasihan dia masih kecapekan” ucap Kak Edward. “Oh iya. Come on, dear. Kita sarapan bersama dulu” Mom megandeng lenganku menuju ruang makan.

          “Wow!” aku terkejut melihat makanan-makanan yang telah tersedia diatas meja makan. “Thanks so much, Mom, Dad” aku memeluk Mom dan Dad secara bergantian. “My pleasure, dear. Mom dan Dad sengaja menyiapkan semua makanan kesukaan kamu. Semoga kamu suka” Mom tersenyum. “I like it so much, Mom. Tapi, bagaimana caraku menghabiskan semuanya?” ucapku sedikit bercanda.

          “Sudahlah, ayo kita sarapan aku sudah sangat kelaparan” canda Kak Edward sambil duduk di salah satu kursi makan. “Ayo, Angel.” Dad menyuruhku duduk di kursi lainnya. Aku mengikuti perintah Dad.

          “Mom, Where’s Kate?” tanyaku saat Mom sedang mengambilkan salah satu makanan kesukaanku Potato Sauteed with Shrimp yaitu salah satu makanan khas di Irlandia. Mom hanya terdiam sebentar, lalu kembali meletakkan makanan untukku di piringku. Tak sepatah kata pun keluar dari bibirnya.

          “Mom?” tanyaku. “Dia sudah lama tidak pulang kembali ke rumah ini, mungkin dia tinggal di tempat kos baru atau menginap di salah satu rumah temannya” jawab Dad dengan ekspresi tidak perduli.

          “Sudahlah Sakura, tak perlu kau perdulikan Kate. Sekarang, nikmati saja hidangan special sebagai perayaan kepulanganmu ke rumah lagi” jawab Kak Edward dengan cueknya. “Okay” jawabku tak puas.

          Ada apa ini? Sebenarnya apa yang telah terjadi? Mengapa Kak Kate pergi dari rumah dan tak seorang pun dari kami tau keberadaannya? Apa yang sedang mereka sembunyikan dariku? Aku harus mencari tau semuanya. Tekad ku telah bulat, aku harus mencari Kak Kate. Selesai sarapan aku harus dapat menyelinap keluar rumah tanpa sepengetahuan mereka. Tapi, bagaimana caranya ya? Karena mereka pasti akan menjagaku dengan ketat. Tuhan, permudahkanlah langkahku untuk bertemu Kak Kate… (^-^)











#Lanjut next time ya ^-^
#Thank you so much for reading my story (^-^)
#I’m sorry if my story make you feel boring (^-^)v

2 komentar:

maya mengatakan...

Huaa!! maaf baru komen sekarang :(
hehe ini bener-bener gaya ceritanya liaa banget..
lumayan panjang juga cerita ini, endingnya pun masih mengira-ngira..
bagaimana ya endingnya?
saran saja,
deskripsinya di perjelas namun dibuat semenarik mungkin :)

aku suka cerita galau seperti ini XD
lajut!

Unknown mengatakan...

hehehe.. ok, makasih dek say :)