Jumat, 28 September 2012

Don't Love Me, Please! (10)


                                  *DON'T LOVE ME, PLEASE! (10)*







          “Sakura, kamu sebenarnya menderita sakit apa?” Suzane mulai mendekatiku.

          “Kakak!! Awas aja kalau kakak membongkar rahasia lebih dari ini lagi!! Sakura benci Kak Edward!!” aku menangis sambil berlari keluar kamar. Aku mengunci kamar yang ku tempati dari luar. Kemudian aku berlari sekuat tenaga untuk keluar dari rumah sakit ini. Aku memanggil taxi dan memberikan alamat villa keluarga Mcfadden pada supirnya untuk jalan sesegera mungkin.









*Di Villa keluarga Mcfadden*
          Aku membayar ongkos pada supir taxi tersebut dan langsung keluar dari taxi tersebut. Aku berlari masuk ke dalam villa.

          Aku berlari dan terus saja berlari mencari Nicky. Bahkan aku pun ‘tak memperdulikan Mark yang berteriak memanggil-manggil namaku saat aku melewati dapur.

          Hari kecilku  membawa langkah kakiku menuju halaman belakang villa.









*Di halaman belakang villa*
          Ternyata hatiku tepat sekali, Nicky ternyata ada disini. Aku berhenti sebentar setelah menutup pintu belakang dapur, lalu entah mengapa tubuhku terus saja mengikuti kehendak hatiku.

          Aku berlari lalu memeluk Nicky dari belakangnya. Nicky yang sedang memberi makan burung-burung merpati yang datang kepadanya, kini Nicky terkejut dengan kedatanganku yang langsung memeluknya.

          “Hmm… Akhirnya Ratu Merpatiku datang kembali… How are you, Sakura?” tebak Nicky dengan tepat. Nicky hanya berdiri diam tanpa bergerak.

          “Nicky, tolong jujur padaku! Kamu tau kan tentang penyakitku? Karena ketika ku periksa, resepku ‘tak ada” air mataku mulai menetes tanpa bisa kukendalikan untuk berhenti.

          “Hmm… Maaf apabila aku lancang. Aku ‘takkan memberitahukan kepada siapa pun tentang penyakitmu itu. I promise!” Nicky berbalik arah padaku.

          Nicky menghapus air mataku yang membasahi kedua pipiku dengan lembut. “Thanks, Nick. Aku pegang janjimu” aku tetap ‘tak bisa menghentikan air mataku yang terus menetes. Nicky hanya tersenyum lembut menatap mataku dalam.

          “What happen, Sakura? May I help you?” Nicky terus saja menghapus air mataku yang ‘tak mau berhenti menetes dikedua pipiku.

          “Kak Edward benar-benar telah membuatku kecewa…” jawabku disela-sela tangisanku. “Kecewa?” tanya Nicky lagi.

          “Ya, Kak Edward membentakku berulang kali dan bahkan hingga keceplosan tentang penyakitku. Ini adalah pertama kalinya Kak Edward membentakku bahkan dengan nada yang begitu kerasnya…” ucapku terisak.

          “Hmm… Kau pasti memaksa melakukan sesuatu yang sangat dilarangnya, iya kan?” Nicky menatap mataku dengan begitu dalamnya.

          “I just want go to meet you, ehh!!” aku menutup mulutku yang keceplosan berbicara dengan kedua tanganku.

          “Menemuiku? Wow! Thank you so much, Sakura! I’m so very happy now!” ucap Nicky seraya tersenyum. Nicky memelukku dengan senangnya.

          Aku hanya terdiam menaham malu. Entah mengapa rasanya kedua pipiku terasa panas. Detak jantungku, kurasakan berdetak begitu cepat dan bahkan senada dengan detak jantung Nicky.

          “Tuhan, apakah aku telah jatuh cinta pada Nicky? Apakah aku sudah berpindah hati dari Bryan, Tuhan? God, tell me it’s love” batinku dalam hati.

          Disaat yang tidak tepat, kepalaku kembali terasa sakit. Namun ‘tak seperti yang biasanya, kali ini dari hidungku keluar darah.

          “Nicky!” badanku gemetar melihat darah ditanganku saat mengelap hidungku dan dijaket bagian bahu sebelah kanan yang dikenakan Nicky saat darah menetes dari hidungku. Sontak saja Nicky melepaskan pelukannya dan melihat apa yang terjadi padaku. Nicky pun langsung terlihat panik ketika melihatku mimisan.

          Badanku makin terasa lemas dan ‘Bruk!!!’ ,aku terjatuh diantara burung-burung merpati. Aku pun hanya mendengar suara Nicky memanggil namaku, mencium harum aroma parfum Nicky didekatku, dan merasakan badanku hangat dan terasa melayang. (Pingsan lagi ~(o.o)~)









*Sekitar 15 jam kemudian…*
          Aku membuka kedua mataku & tersadar. Kulihat jam menunjukkan pukul 03.30 a.m.

          Aku melihat sekelilingku. Disebelah kiriku Nicky dan Bryan tertidur diujung-samping kiri tempat tidurku. Disebelah kanan Kak Edward yang tertidur diujung-samping kanan tempat tidurku. Di sofa panjang yang terletak dibelakang Kak Edward, ku lihat Suzane sedang tertidur pulas. Dan Mark pun tertidur dengan pulasnya di sofa kecil yang bersebrangan dengan sofa panjang yang ditempati Suzane.

          Aku kembali melihat sekelilingku sekali lagi. Aku merasa tempat ini seperti ‘tak asing lagi bagiku. “Inikan kamar Rumah Sakit yang aku tempati sebelumnya juga” aku berhasil mengingat kembali kamar ini.

          “Kira-kira siapa ya yang membawaku kembali ke sini?” tanda tanya besar menyelimuti ruang pikiranku.

          Aku mulai berusaha beranjak dari tempat tidur, namun tanpa sengaja aku membangunkan Kak Edward yang sedang tertidur lelap.

          “Umm… Sakura?!” suara Kak Edward membuat Bryan dan Nicky pun ikut terbangun.

          “Syukurlah, akhirnya kamu sadar juga…” Nicky menghela nafas. “Ya untunglah Nicky segera menggendongmu ke sini” Kak Edward mendatangi Nicky lalu menepuk bahu Nicky.

          “Apa?! Nicky menggendongku?!” ucapku terkaget dalam hati. Aku berusaha menutupi wajahku dan menjadikanku kelihatan salah tingkah.

          Nicky menyenggol lengan Kak Edward. Ku lihat sepertinya pun Nicky ikut tersipu malu. (Np : Westlife-Tell Me It’s Love {sempet dehh jingkrak-jingkrak dulu})

          Entah apa yang membuat Bryan kesal, tiba-tiba saja Bryan beranjak pergi dari ruangan ini dengan membanting pintu cukup kerasnya. Semua yang ada diruangan ini sontak kaget dan bingung dengan tingkah Bryan. (Cemburu cemburu.. eaa :D)

          “Apa yang terjadi?” Suzane terbangun. “Entahlah… Sepertinya Bryan sedang marah” jawab Kak Edward.

          “Biar aku saja yang mengejar Bryan” Suzane berlari keluar.









#BRYAN  VERSION#

          Aku terduduk lesu disalah satu bangku taman Rumah Sakit ini. Aku sengaja memilih tempat yang paling sepi.

          “Kakak!!!” tiba-tiba Suzane datang berlari ke arahku. Aku memalingkan wajah seolah-olah ‘tak tau kedatangannya.

          “Kakak kenapa? Tolong ceritakan pada Suzane, Kak… Pasti ini semua ada hubungannya terhadap Sakura, iya kan?” Suzane duduk disampingku dengan nafas yang terdengar masih tidak beraturan. Tebakan Suzane tepat mengenai sasaran.

         
Aku berdiri lalu berjalan menuju pohon besar yang ada dihadapanku. “Sial! Kenapa setelah Mark harus Nicky?! Kenapa bukan aku saja?! Apa kurangnya diriku?! Aku paling lama mengenal Sakura dibandingkan dengan mereka!” aku memukul pohon besar tersebut. Aku tidak memperdulikan darah yang mengalir di jari-jari tanganku. Rasa sakit yang ada dihati kurasakan jauh lebih perih dari luka dijari-jari tangaku. (Peringatan : Jangan ditiru!)

“Kakak! Sudah, Kak! Cukup! Kalau Sakura melihat Kakak melakukan hal begini, Suzane yakin itu hanya akan Sakura makin kecewa terhadap Kakak dan akan lebih menjauhi Kakak…” Suzane menarik tangan kananku saat aku ingin memukul pohon besar itu lagi.

“Kamu nggak tau rasanya luka dihati Kakak ini yang terasa begitu perihnya! Kamu nggak bisa merasakannya, Suzane! Kamu tidak tau apa-apa!” tanpa sadar aku telah membentak Suzane. Kini Suzane pun mulai berlinang air mata.

“Oh Tuhan, maafkan aku. Aku membuat adikku menangis. Tak sepantasnya aku melampiaskan luapan kekesalanku padanya dengan kata-kata kasar. Dan tidaklah seharusnya aku sebagai seorang kakak membuatnya menangis. Tolong maafkan diriku, Tuhan…” batinku bergetar.

“Maafkan Kakak, Suzane. Please don’t cry again, dear. I’m promise, I’ll never do it again” aku memeluk Suzane. Suzane hanya menangis.









#SAKURA  VERSION#

          “Apakah Bryan baik-baik saja ya?” aku mengkhawatirkan keadaan Bryan. “Sudahlah, Sakura. Bryan itu bukan anak kecil lagi. Bagaimana kalau kita lebih baik jalan-jalan berkeliling disekitar halaman Rumah Sakit ini? Kamu pasti butuh udara segar kan?” Mark mengambil kursi roda.

          “Hmm… Oke, baiklah. Aku memang sedang membutuhkan udara segar” jawabku menerima ajakan Mark.

          ‘Brakk!!’ kursi disamping Nicky jatuh. “Sorry, kakiku licin” Nicky beralasan. (Nicky bohongnya ketahuan dehh --“)

          Mark menuntunku beranjak dari tempat tidur menuju kursi roda. Kak Edward hanya melihat ke arah aku, Mark, dan Nicky secara bergantian. Entah apa yang ada dibenak Kak Edward.

          Mark pun membawaku pergi keluar kamar.







*Taman Rumah Sakit*
          Ketika aku sedang asik bercengkrama dengan Mark, tanpa sengaja aku bertemu dengan Bryan dan Suzane. Ku lihat Suzane dan Bryan melihatku dengan kaget.

          “Sakura, aku ingin berbicara denganmu.” Bryan mendekatiku.

          “Setelah ku pertimbangkan semuanya dengan cukup lama. Aku menjadi sadar. I need you. I always want to be the special one for you. Sakura, do you want to be my girl?” Bryan berlutut dihadapanku. Sontak saja seketika aku dan Mark kaget.

          “No way! Kau curang, Bryan! Mengapa kamu tidak cerita sebelumnya?! Bukankah aku telah menceritakannya padamu?!” Mark mencoba mendatangi Bryan. “Diam ditempat, Mark” aku menghalangi Mark. Mark pun terdiam.

          “Bryan, don’t love me please. You must have had a broken heart to love me the way you do. Must've been so torn apart, I can see it when I look at you. All the meaning that is in your eyes, the love you give will never die. And I knew right from the start, you must've had a broken heart sometimes. Aku sangatlah tak pantas untuk dirimu, Bryan. You’re like a beautiful rainbow, begitu banyak wanita yang ingin memilikimu dan mereka sangatlah lebih pantas untukmu. Sedangkan diriku hanyalah seorang wanita lemah yang berpenyakitan. So don’t Bryan, don’t love me please…” aku menyentuh wajah Bryan.

          “Why? Aku memilih dirimu karena kamu memang sangatlah pantas untuk diriku. Ataukah sudah ada orang lain pengganti diriku yang mengisi relung hatimu?” Bryan memegang kedua tanganku.

          Belum sempat aku menjawab pertanyaan Bryan, Suzane langsung menarik lenganku. “Sakura, ikut aku sebentar!” Suzane membawaku ke tempat yang jauh dari Mark dan Bryan.

          “Ada apa, Suzane? Bisakah lebih pelan sedikit? Dan tolong lepaskan lenganku, kau menggenggam lenganku terlalu kuat” aku berusaha melepaskan lenganku dari genggaman tangan Suzane.

          Suzane berhenti dan melepaskan kedua tanganku dari genggamannya. Namun tiba-tiba… ‘Plakk!!!’ Suzane menampar pipi kiriku menggunakan tangan kanannya dengan kerasnya. (Peringatan : Sekali lagi, Jangan ditiru!)

          “Suzane?” aku memegang pipi kiriku yang terasa sakit sekali dengan tangan kiriku. “Suzane!!! Apa yang kamu lalukan!!” tiba-tiba Bryan datang berlari dari belakang Suzane.

          “Kamu jahat Sakura! Kamu pengkhianat! You’re like a devil! Kamu tega mengambil Mark dariku!” Suzane mendorongku dengan kuatnya hingga aku terjatuh ke tengah jalan yang untungnya jalan itu sangatlah jarang dilalui kendaraan. (Peringatan : Jangan ditiru juga ya!)

          Namun ternyata……… ‘Tinn!! Tinn!!’ tiba-tiba ada sebuah mobil melaju cukup kencang.

          Darah ku pun langsung terasa mengalir begitu cepat. Detak jantungku pun ikut berdetak cepat.

          “Sakura!!!!!!!!!!!!!!!!!” teriak Bryan.

          “Help me!!!!!!!!!!!” teriakku. Aku tak kuasa untuk bangkit untuk pergi menjauh.

         Setiap detik mobil pun semakin dekat denganku. “Kyaaa!!!!!!!!” aku berteriak sekencang-kencangnya dan menutup mataku. Aku pasrah padamu, Tuhan.

          Seketika pun ku rasakan ada seorang malaikat yang menyelamatkanku. ‘Brakk!!’ terdengar suara yang sangat keras terdengar oleh kedua telingaku. Namun aku tak merasakan sedikit pun rasa sakit pada tubuhku.

          Aku pun kemudian mendengar suara mobil telah menjauh. Aku membuka mataku perlahan. Dan ternyata……… “Tidakkk……!!!!!!!!!!!!!!” aku menjerit ketika melihat seseorang yang terbujur kaku bersimbah darah ditengah jalan. (^-^)






#Lanjut next time ya ^-^
#Thank you so much for reading my story (^-^)
#I’m sorry if my story make you feel boring (^-^)v

Tidak ada komentar: