Kamis, 11 Oktober 2012

Don't Love Me, Please! (11)



                                      *DON'T LOVE ME, PLEASE! (11)*







“Tidakkk……!!!!!!!!!!!!!!” aku menjerit melihat seseorang yang terbujur kaku bersimbah darah.

          “Nicky!!!!!!!!!!!” aku berlari kearah Nicky yang tergeletak ditengah jalan. Ternyata Nicky yang mendorongku ke pinggir jalan, Nicky lah malaikat penyelamatku.

          “Nicky!! Nicky sadarlah!! Nicky bangun!! Nicky… Kumohon…” aku memeluk Nicky yang bersimbah darah.

          “Ya Tuhan! Nicky! Bryan, panggil suster cepat!” teriak Kak Edward meminta tolong pada Bryan yang sama-sama terkejut. Bryan pun segera berlari menuruti perintah dari Kak Edward.

          “Ugh… Sakura.. Berbahagialah… I’ll see you again… Aku akan selalu bersamamu dimana pun… Walau pun dunia kita berbeda… I love you so much, Sakura… Ugh… I.. I will.. I will keep your safe...” Nicky tersenyum untuk terakhir kalinya.

          “Thank you so much, Nicky. Terima kasih telah menyelamatkan adikku. Semoga kamu tenang di alam sana.” Kak Edward menutup mata Nicky.

          “Enggak!! Nicky nggak boleh pergi!! Nicky, don’t leave me!! I need you so much, Nicky!! I need you beside me!! Nicky!! Nicky, jangan pergi!! Nicky, please ku mohon!! Nicky!!” aku berteriak sambil mendekap Nicky. Air mataku membanjiri kedua pipiku. Darah Nicky pun berceceran di pakaian yang sedang ku gunakan.

          Kak Edward berusaha menjauhkanku dari Nicky agar dapat menenangkanku. Namun aku mengelak dan tetap mendekap Nicky.

          “Enggak, Kak. Sakura nggak mau jauh dari Nicky. Sakura mau selalu disini bersama Nicky aja, Kak.” ucapku berusaha tetap mengelak.

          “Sudahlah, Sakura. Sekarang Nicky sudah tenang disisi Tuhan. Relakanlah dia bersama Tuhan…” Kak Edward menarikku lembut menjauh dari jasad Nicky yang terbujur kaku bersimbah darah.

          Kak Edward memelukku dengan erat. Sedangkan aku hanya bisa menangis berurai air mata.

          “Tell me it’s not true, please… I can’t believe it… It’s no real… Tell me it’s just my bad dream…” aku menangis terisak dipelukan Kak Edward.

          “Mengapa? Mengapa harus Nicky? Mengapa bukan aku saja, Tuhan? It’s not fair, God. Aku, akulah yang lebih pantas Kau ambil, Tuhan. Akulah yang memiliki penyakit Kanker Otak, jadi ambil sajalah aku, Tuhan. Atau bawalah diriku bersama Nicky. Tolong cabut nyawaku juga, Tuhan” ucapku dalam hati.

          Sakit dikepalaku pun kembali terasa. ‘Brukk!!’ aku terjatuh ditengah suara gaduh para perawat yang datang melihat kondisi jasad Nicky.









*Keesokan Paginya*
          Pagi ini adalah hari pemakaman Nicky. Hujan ‘tak henti-hentinya turun dari tadi malam. Langit pun menjadi begitu gelapnya oleh awan-awan pembawa hujan.

          Seperti hujan yang ‘tak juga reda, air mataku pun ‘tak dapat ku hentikan. Seolah-olah alam pun ikut menangis dan merasakan kesediahanku.

          Kak Edward senantiasa berusaha menenangkanku. Kak Edward pun setia memelukku dan memayungiku agar ‘tak kena hujan.

          Upacara pemakaman pun telah selesai. Orang-orang yang datang pun mulai pulang. Keluarga Nicky pun telah pulang.

          “Sakura, ayo kita juga harus pulang.” Kak Edward merangkulku pergi. “Enggak, Kak. Sakura mau disini dulu sebentar lagi.” aku mengelak. “Baiklah. Kakak tunggu dimobil. Jangan lama-lama ya, Sakura” Kak Edward memberikan payungnya padaku lalu berlari pergi.

          “Langit begitu gelap, hujan ‘tak juga reda. Ku harus menyaksikan cintaku terenggut ‘tak terselamatkan…” aku menjatuhkan payungku. Tubuhku pun basah kuyup.

          “Ingin ku ulang hari, ingin ku perbaiki. Kau sangat ku butuhkan. Beraninya kau pergi dan ‘tak kembali…” aku terduduk disamping makam Nicky.

          “Dimana letak surga itu? Biar ku gantikan tempatmu denganku. Adakah tangga surga itu? Biar ku temukan untuk bersamamu…” Aku memeluk batu nisan Nicky. Aku pun mulai mencoba berusaha dapat menegarkan hatiku. Aku berusaha untuk dapat tegar. Aku tau ini sangat sulit, tapi aku pun tau bahwa Nicky pasti ‘tak ingin melihatku begini.

          “Ku biarkan senyumku menari di udara, biar semua tau kematian ‘tak mengakhiri cinta………” aku berdiri dan pergi meninggalkan makam Nicky dengan berlinang air mata yang bercampur dengan tetesan air hujan.

          “Sakura?! Kenapa kamu jadi basah kuyup begini? Ayo cepat masuk kemobil, nanti kamu bisa masuk angin kalau terlalu lama disini” Kak Edward menuntunku masuk ke mobil.

          “Oke, sekarang kakak mau tanya. Dimana payungmu?” tanya Kak Edward mulai menatapku ketika kami sudah berada didalam mobil.

          “Hmm… Nicky juga basah kuyup dan kedinginan, Kak. Sakura hanya ingin merasakan apa yang sedang Nicky rasakan, Kak.” aku mengambil jaketku yang ada di kursi tengah.

          “Listen to me and hear what I say, Sakura. Nicky udah tenang di alam sana bersama Tuhan. Kakak yakin Nicky akan sangat sedih bila melihatmu begini.” Kak Edward memegang kedua pundakku.

          “Doakan saja, Kak…” aku tau jawabanku itu sangatlah tidak masuk akal, namun aku ‘tak tau lagi harus menjawab apa. Aku benar-benar sedang merasa kehilangan Nicky, aku merasakan hatiku hampa tanpanya menemaniku.

          Kak Edward menyalakan mesin mobil, lalu mengandarainya pulang ke rumah meninggalkan kenangan-kenanganku terhadap Villa keluarga Mcfadden.

          “Tuhan, aku ‘tak tau harus bagaimana lagi. Ingin rasanya aku berteriak sekeras-kerasnya sekarang, Tuhan. Rasa sakit yang kurasakan dihatiku sangatlah menyesakkan, Tuhan. Kapankah Engkau akan ambil nyawaku, Tuhan? Ku harap Engkau dapat mengambil nyawaku sekarang juga. Entah sampai kapan aku dapat bertahan menahan rasa sakit ini? Kau tau Tuhan, aku merasa seperti ‘tak lagi memiliki semangat untuk melanjutkan hidupku. Aku begitu tidak berguna didunia ini. Aku hanyalah bagaikan seekor bunga teratai di padang pasir yang hanya tinggal menunggu layunya yang ‘tak akan lama.” batinku.









*Seminggu kemudian*
          Aku menjalani hari-hariku di Rumah Sakit dengan hampa. Kepergian Nicky yang membuatku sedih, Suzane yang selalu datang mencaci aku, dan Kak Kitty yang memang ‘tak pernah menyukaiku.

          Suzane kembali datang kekamarku di saat Kak Edward sedang mencarikanku makanan. Kali ini Suzane datang bersama Kak Kitty kembali seperti biasanya. “Huh! Ternyata masih jadi mayat hidup yang masih bergantung sama obat ya? Kasihan. Itulah akibatnya apabila kamu merebut Mark. Ingat ya sekarang kamu pun tak boleh lagi berhubungan dengan Kak Bryan, sekarang Kak Bryan milik Kak Kate. Mereka lebih cocok.” Ucap Suzane.

          “Ambil saja Mark dan Bryan. Kalau perlu bawa saja mereka pergi jauh-jauh. Aku tidak perduli pada mereka. Mereka bukan siapa-siapa buatku. Aku memang hanyalah seorang wanita yang seperti rumah yang hanya memiliki 1 tiang pondasi saja yang kapanpun bisa roboh dan hancur” aku masih melanjutkan membaca novel yang baru dibelikan Kak Edward tadi malam.

          “Huh! Sok sekali kamu! Dasar anak manja! Jangan cari-cari perhatian mulu deh! Mom and Dad bahkan Kak Edward sangat sibuk dengan pekerjaan mereka tapi kamu masih sempet aja cari perhatian dan diperhatiin mereka, sedangkan aku yang lebih cantik dan pintar darimu malah nggak pernah dapat perhatian! Buat apa mereka capek-capek biayain kamu, toh nanti pun nyawamu bakal melayang!” Kak Kitty merebut novelku dari tanganku.

          “Kak Kitty, kumohon kembalikan novelku…” ucapku memohon. “What?! You call me ‘Kitty’? I’m not a cat! I always say, call me ‘Kate’ no ‘Kitty’!!” Kak Kitty merobek-robek halaman per halaman novelku.

          “Kakak…” aku meneteskan air mata. “And once again, jangan pernah panggil aku ‘kakak’ lagi. Aku ‘tak sudi memiliki adik sepertimu. Dasar anak manja! Baru dibegitukan saja udah mewek!” Kak Kitty pergi dari kamarku bersama Suzane meninggalkanku yang tertunduk sedih.

          ‘Tak berapa lama kemudian Kak Edward datang. “Sakura?! What happen, Dear?” Kak Edward mendatangiku.

          Aku hanya menunjuk jariku ke novel yang beberapa halaman-halamannya telah tersobek-sobek dan berantakan di lantai.

          Kak Edward mengambil novel tersebut. “Siapa yang melakukannya?” Kak Edward mengangkat novel tersebut. Aku hanya tertunduk dan tetap diam membisu. “Suzane or Kate?” tanya Kak Edward lagi.

          “Hmm… Kate…” aku masih tertunduk. “Maaf Kak, Sakura tidak dapat menjaga novel dari kakak dengan baik..” ucapku lagi. “Hmm… No, you’re not wrong.” Kak Edward memelukku.

          “Tenang saja, nanti akan kakak belikan lagi…” kata Kak Edward lagi.









*Keesokan harinya*
          “Sakura, ini novelnya” Kak Edward datang sambil memberikan novel yang sama dengan sebelumnya.

          “Thanks, Kak” aku mengambil novel dari tangan Kak Edward seraya tersenyum padanya.

          “Oh iya, I was forgot it. It’s a letter from Nicky for you. Yesterday, I met Shane in our house. Shane menemukan surat dan buku diary Nicky di laci meja Nicky. Shane memintaku menyerahkannya padamu.” Kak Edward menyerahkan sepucuk surat beserta sebuah buku diary berwarna biru tua polos.

          Aku menaruh novelku di sampingku, lalu aku mengambil sepucuk surat dan sebuah buku diary dari tangan Kak Edward. “Oke, sekarang kakak akan membiarkanmu sendiri agar dapat lebih tenang saat membacanya” Kak Edward beranjak pergi dari kamarku.

          Aku membuka surat Nicky dan kemudian membacanya :
““Dear My Love Sakura,
          Aku tau hal ini sangatlah aneh. Namun entah mengapa aku ingin menulisnya. Kau boleh bilang ini semua kurang kerjaan, namun aku yakin kamu akan mengerti.
          Sakura, jika kamu tau. Pada saat aku mengetahui kamu mengidap penyakit Kanker Otak, aku sangatlah syok. Bagiku kau adalah wanita hebat, Sakura. You’re more than a wonder woman. Aku tau kau begitu tersiksa dengan itu semua.
          Sakura, jika Tuhan mengambil dirimu terlebih dulu. Maka, aku akan ikut bersamamu menghadap Tuhan. Walau aku tau kau takkan bisa membaca surat aneh ini dan surat ini menjadi sia-sia. Namun aku tak menyesal, karena biar mereka tau kalau aku mati demi dirimu.
          Namun bila Tuhan memanggil diriku terlebih dulu, maka aku mohon padamu untuk berbahagialah dengan pujaan hatimu. Aku kan selalu bersamamu walau dunia kita berbeda, I promise.
          I’m never gonna say goodbye, cause I'm never wanna see you cry. I swore to you my love would remain and I swear it all over again and I, I’m never gonna treat you bad, cause I'm never wanna see you sad. I swore to share your joy and your pain, and I swear it all over again.
          Once again, I just want to can tell you I’ll be loving you forever, Sakura. I’ll see you again, my love. I love you so much, Sakura Jane Airurando.
                                                                             Nicky””

          “Nicky, sesungguhnya kamulah pujaan dan pemilik hatiku” ucapku dalam hati. Tanpa terasa sedari tadi aku meneteskan air mataku saat aku mulai membaca surat dari Nicky ini.

          “I love you so much too, Nicky…” ucapku terisak.

          Aku melipat surat Nicky dan menyelipkannya diantara halaman-halaman novelku. Kemudian aku mengambil buku diary Nicky. Namun satu pertanyaan besar menyelimuti hatiku, ‘Apakah aku masih sanggup membacanya?’

          Aku menghela nafas panjang dan berusana dapat menenangkan hatiku yang sedang sangat gundah. Aku pun membuka diary tersebut secara perlahan.

          Lembaran-lembaran awal memang hal yang tidak ku mengerti. Sampai pada suatu halamannya tertulis jelas namaku disana.
“Sunday, August  15th  2010
          Akhirnya aku mendapatkan nama wanita cantik pemilik hatiku itu. Wow! Aku sangat gembira sekali hari ini. Bahkan aku ‘tak dapat mengungkapkannya lewat kata-kata. Her name is ‘SAKURA  JANE  AIRURANDO’. Thanks God! Thanks Bryan, sudah memberitahukanku. Today is a happy day. Yeah!”

          Tanpa sadar, pipiku mulai merona ketika membacanya. Aku pun mulai membuka lembaran berikutnya yang ‘tak kalah membuatku penasaran ingin membacanya.
“Sunday, August  22th  2010
          Today is a bad day. Ternyata Sakura mengidap penyakit Kanker Otak. Tuhan, aku ingin selalu dapat berada disampingnya menjaga dirinya. Tuhan, Kau tau bahwa aku sangatlah mencintai dirinya. Ku harap biarlah diriku saja yang merasakan penderitaan yang sedang dialaminya. Biarkan aku memberikan kenangan terindah untuk Sakura, Tuhan.”

          Aku meneteskan air mataku. Aku ‘tak lagi sanggup membacanya. Aku pun menutup buku diary Nicky.

          Aku menangis terisak mengingat Nicky. Kak Edward yang sepertinya mendengar suara tangisanku, langsung kembali masuk ke kamarku.

          “Sakura? Kamu mimisan?!” tanya Kak Edward terkejut. ‘Tak hanya Kak Edward yang kaget, aku pun terlonjak kaget.

          Aku mengelap hidungku dengan tisu dan ketika ku lihat, ternyata benar begitu banyak darah yang keluar dari hidungku.

          “Tenanglah… I will call a doctor… Wait a minute…” Kak Edward berlari keluar dengan sangat tergesa-gesa.









*Setelah pemeriksaan*
          “Maaf, Sakura. Sepertinya kanker otak yang anda derita sudah mulai merambat. Menurut hasil tes, sekarang anda telah mengidap kanker darah juga” Dokter pribadiku menghela nafas dengan cukup lumayan panjang.

          Mendengar diagnosa Dokter Michael cukup membuatku syok berat. Aku pun hanya tertunduk diam. “What are you saying? Kanker darah?! Seberapa parahnya, Dok? Apakah sama dengan Kanker otaknya?” Kak Edward langsung terlihat panik.

          “Tentu tidak, Edward. Kanker otak yang diderita Sakura memang telah memasuki stadium akhir, namun Kanker darah yang diderita olehnya memasuki tahap stadium dua. Maaf, saya harus permisi karena ada pekerjaan lain menunggu saya. Selamat siang.” Dokter Michael pun keluar.

          “Kanker otak stadium akhir, dan sekarang kanker darah stadium dua?! I can’t believe it…” Kak Edward tertunduk lemas di sofa.

          “Tenanglah, Kak. Dokter Michael tidak mengatakan bakwa aku tidak dapat berumur panjang. Berarti, harapan itu masih ada walau pun mungkin lebih kecil” aku memeluk Kak Edward.

          “Kamu benar-benar tegar, Sakura. Kamu adalah wanita hebat. Kakak sangat bangga memiliki adik sepertimu. Tapi, mengapa harus kamu yang menanggung semuanya?” Kak Edward memelukku erat.

          “Andaikan kakak tau apa yang sebenarnya ada dilubuk hati Sakura, Kak. Sakura pun sangat pesimis memiliki umur panjang. Entah berapa lama lagi Sakura dapat melihat dunia, Kak? Sakura hanya takut membuat orang-orang yang Sakura sayangi menjadi sedih. Sakura harap ketika Sakura telah meninggalkan dunia, Sakura melihat kalian semua tersenyum pada Sakura bukan menangisi Sakura” aku menangis didalam hati.

          “Angel, Mommy and Daddy datang!!” tiba-tiba Mom dan Dad masuk. “Mommy!! Daddy!!” aku memeluk mereka secara bergantian. “How are you, Angel?” tanya Mommy. “Sudah lebih baik, Mom. Apakah pekerjaan Mom dan Dad di Jepang telah selesai?” tanyaku balik.

          “Yup, kami menyelesaikan semuanya dengan lebih cepat agar dapat menemuimu nak” jawab Dad. “Thanks, Mom, Dad. Tapi, lain kali ajak Sakura dong kalau mau ke Jepang lagi. Kan nggak lucu kalau Sakura yang memiliki nama Jepang tapi jarang banget ke Jepang” aku memohon dengan wajah memelas. “Pasti, sayang” ucap Mom memelukku.

          “Mom, Dad, sebenarnya Sakura itu…” Kak Edward menyela tiba-tiba. “Aduh!” Kak Edward meringis kesakitan ketika aku menginjak kakinya dengan cukup keras.

          “What happen, Eddie?” tanya Mommy heran. “Tolong jangan panggil aku ‘Eddie’ lagi, Mom.” Ucap Kak Edward mengeluh. “Hahaha.. Oke, I will” Mom tertawa.

          Aku, Kak Edward, dan Kak Kate memang memiliki nama panggilan tersendiri ketika kami kecil. Kak Edward dipanggil ‘Eddie’, Kak Kate dipanggil ‘Kitty’, dan sedangkan aku sendiri dipanggil ‘Angle’.

          Entah mengapa Mom and Dad memanggilku itu ketika kecil dan sekarang pun Mom and Dad masih memanggilku seperti itu karena hanya diriku yang tidak pernah protes dengan panggilanku itu sedari sewaktu kecil. Aku pernah bertanya dari mana Mom and Dad memanggilku seperti itu bahkan Kak Kate sering iri padaku. Mom and Dad hanya menjawab, kalau nama ‘Angel’ itu diambil dari nama tengahku ‘Jane’.

          Mom dan Dad pun memanggilku itu karena mereka berharap agar aku dapat menjadi seorang malaikat dihati siapa pun.

          “Lihat, Daddy bawa sesuatu yang istimewa buat Angel!” Daddy mengeluarkan sesuatu dari balik punggungnya.

          “Wow! A little cat! It’s very cute, Dad. I love it. Thank you so much, Dad. I love you, Daddy!” aku memeluk Daddy. “My pleasure, Angel” Daddy mengecup keningku.

          “Mommy dan Daddy memang sengaja membelikannya untukmu. Mommy dan Daddy sangat tau bahwa kau sedang berusaha melewati hari-hari yang berat sayang. Kami tau kau sangat membutuhkan kami disaat-saat seperti itu, tapi kami malah tidak ada disampingmu. Bahkan sejak kamu kecil, kami sudah sangat jarang sekali dapat bersamamu tidak seperti ketika kakak-kakakmu kecil yang selalu kami beri perhatian lebih karena kami belum terlalu sibuk saat itu. Kau bahkan tidak pernah mengeluh sidikit pun. Mom dan Dad minta maaf karena selama ini kami belum bisa menjadi orang tua yang baik untukmu.” Mom meneteskan air mata.

          “Mom tidak perlu minta maaf. Mom dan Dad sudah menjadi orang tua terbaik dari yang pernah ada didunia ini menurut Sakura. Kalian bekerja dengan sibuk itu pun karena agar kalian dapat membuat kami hidup dengan sangat lebih dari berkecukupan. Thanks, Mom. I love you, Mom” aku tersenyum memeluk Mom.

          “Thanks, Dear. Mom bangga memiliki kamu. I love you so much, Sakura Jane Airurando” Mom memelukku balik sambil menangis terharu.

          “Iya, Mom. Sakura tau kalian pasti menyayangi Sakura juga walau dengan cara yang berbeda-beda.” Aku melepas pelukan Mom.

          “Dear, sejak kapan rambutmu menjadi rontok?” Mom kaget ketika melihat begitu banyak rambut-rambutku yang rontok di tangannya.

          “Ini pasti efek dari kemotherapi yang aku jalani” pikirku dengan hati berdebar. Ku lihat Kak Edward pun menjadi salah tingkah.

          “Tuhan, Sakura harus ngomong apa? Maaf Tuhan, Sakura belum mau jujur dulu. Sakura takut dan nggak mau membuat Mom dan Dad jadi bersedih karena gara-gara penyakit yang Sakura derita ini. Kumohon bantulah diriku, Tuhan” Doa-ku didalam hati. (^-^)  





 #Lanjut next time ya ^-^
#Thank you so much for reading my story (^-^)
#I’m sorry if my story make you feel boring (^-^)v

Tidak ada komentar: