Jumat, 26 Oktober 2012

Don't Love Me, Please! (13)



                                 *DON'T LOVE ME, PLEASE! (13)*




 


          Aku membuka mataku. Apakah aku masih tertolong hingga aku masih bisa membuka mataku melihat dunia? Aku berusaha beranjak dari tempat tidur. Aku pun keluar dari ruanganku.

          Diluar aku melihat Mom menangis terisak. Sungguh ketika aku melihat Mom menangis seperti itu membuat hatiku sakit. Dad dan Kak Edward terlihat lemas. Bahkan Kak Edward beberapa kali memukul-pukulkan tangannya ke dinding dengan kuat hingga tangannya terlihat berdarah. Brian dan Mark terlihat sangat sedih. Brian beberapa kali menutup wajahnya dengan tangannya, sedangkan Mark hanya tertunduk lesu.

          Ada apa dengan mereka? Apa mereka tidak melihatku disini? Aku ada disini. Aku masih selamat. Aku berdiri dihadapan mereka. Tiba-tiba Kian menoleh ke arahku dengan terkejut. “Maaf, aku mau ke toilet sebentar” ucap Kian seraya berdiri.

          Kian berjalan kearahku. “Follow me” ucap Kian saat melewatiku. Apa maksud ucapan Kian? Mengapa Kian tidak memberitahukan pada yang lainnya bahwa aku disini? Aku terus bertanya sambil mengikuti langkah Kian.

          Kian membawaku ke sebuah ruangan yang kosong. Kian menyalakan lampu ruangan tersebut.

          “Huft! Bagaimana caranya aku mengatakannya?” kata Kian dengan nada yang pelan. Aku masih berdiri diam.

          “Oke, sebenarnya hanya aku yang bisa melihatmu…” Kian akhirnya memulai percakapan. “Why?!” tanyaku terkejut.

          “Karena sebenarnya roh mu ini sudah tepisah dari tubuhmu. Sekarang tubuhmu masih diruangan ICU tadi, dan sebenarnya kamu masih dalam keadaan koma. Kamu kehilangan sangat banyak darah. Maaf, aku ‘tak bisa menyumbangkan darahku karena golongan darah kita berbeda. Jadi, Daddy, Brian dan Edward yang menyumbangkan darahnya untukmu.” cerita Kian pangajang lebar.

          “Apa?!” aku sangat terkejut mendengar cerita Kian. “Jadi, aku masih dalam keadaan koma dan aku terpisah dari tubuhku?!” tanyaku sekali lagi.

          “Iya, benar. Mengapa kamu nekat melakukan hal itu? Untung saja pada saat itu mereka mendengar suara kebisingan dariku dan suara piring yang pecah saat kau jatuhkan” tiba-tiba Nicky datang.

          “Nicky?! Syukurlah aku masih bisa melihatmu lagi… Aku sangat merindukanmu, Nick…” aku langsung memeluk Nicky. Aku tau ini hanya roh dari Nicky. Tapi, Aku tidak perduli akan hal itu. Yang aku perdulikan hanyalah dapat melihat dan memeluk Nicky kembali. Aku sungguh bahagia dan bersyukur masih dapat melihatnya. Aku tidaklah lagi menyesal karena tindakanku yang bunuh diri itu, karena setelah kejadian tersebut kini aku dapat bertemu Nicky kembali.

          “Kamu sungguh sangat nekat, Sakura! Kau tau betapa sakitnya aku ketika melihatmu melakukan hal itu apalagi didepan mataku?! Jangan lakukan hal itu lagi!” Nicky memelukku erat. Pelukan Nicky tetap terasa hangat ditubuhku. Aku sungguh sangat merindukan dirinya, senyumannya, suaranya, kehangatan pelukannya, dan semua yang ada pada dirinya.

          “Sudahlah, Nick. Nasi sudah menjadi bubur, tidak mungkin dapat kembali menjadi beras. Lagipula aku yakin kok kalau kamu juga rindu memeluknya” ucap Kian.

          Wajah Nicky terlihat memerah, mungkinkah Nicky juga merasakan hal yang sama denganku? Selama ini aku belum pasti tau tentang perasaaan Nicky yang sebenarnya padaku. Nicky ‘tak pernah sekali pun mengatakan padaku hal yang sebenarnya.

          “Uh… Kian! Kau mengganggu saja” ucap Nicky agak kesal. “Hahaha… Oke oke. Aku akan membiarkan kalian berdua saja. Aku juga ingin melihat kondisi tubuhmu. Aku takut kamu tidak akan bisa kembali tubuhmu seperti sedia kala untuk selamanya” ucap Kian seraya pergi.

          “Sakura, I miss you so much…” Nicky memelukku erat. Aku tau lebih tepatnya aku harus menyebutnya roh Nicky. Tapi, aku tak perduli lagi akan hal itu

          “Why you miss me?” tanyaku memancing Nicky. Nicky melepas pelukannya dan kemudian terlihat salah tingkah. “Why?” tanyaku lagi.

          “Why you ask it?” tanya Nicky dengan masih terlihat salah tingkah. “Aku hanya ingin tau…” jawabku singkat.

          “Apakah kamu tidak bisa membaca sendiri bagaimana sifatku selama ini padamu? Dan bukankah kau telah membaca surat dan buku diary milikku? Kau masih tidak mengetahuinya?” Nicky terduduk lemas. Aku masih memperhatikannya dan menunggu sebuah kata indah nan romantic keluar langsung dari bibirnya.

          “Aku hanya ingin mendengarnya langsung dari bibirmu. Aku ingin melihat kau mengucapkannya” jawabku. Nicky terkejut mendengar jawaban dariku dan kembali terlihat salah tingkah.

          “Tapi, percuma saja aku mengatakannya. Karena kamu masih memiliki kemungkinan untuk hidup, jadi mana mungkin aku yang sudah meninggal ini dengan kamu yang masih hidup didunia” jawab Nicky. Nicky menarik rambutnya keatas dan kebawah karena begitu terlihat kecewanya dia.

          Tiba-tiba Kian datang ketika aku sedang ingin mengatakan sesuatu lagi pada Nicky. “Yang ku khawatirkan telah datang. Sakura kau harus memiliki semangat untuk hidup kembali. Nyawa mu teracam!” Ucap Kian to the point.

          Nicky yang sangat kaget, langsung menarik lenganku dengan lembut dan berlari menuju ruangan ICU kamar tempat tubuhku terbaring.







*Diluar ruangan ICU*
          Aku dan Nicky telah berada di depan ruang ICU bersama Kian. Ku lihat Mom menangisiku didekapan Dad. Aku juga melihat Kak Edward yang berjalan bolak-balik berkali-kali yang mengisaratkan dirinya sedang tidak tenang. Bryan dan Mark pun tertunduk lemas di kursi panjang yang diletakkan didepan ruang ICU.

          “Berjuanglah Sakura untuk mengembalikan semangat hidupmu. Kau tak mungkin membiarkan mereka semua semakin bersedih kan?” bisik Kian saat melewatiku ketika ia berjalan kearah Mark dan Bryan.

          “Sakura, ku mohon demi aku. Kau harus selamat. Kau tak ingin membuatku sedih kan? Kau harus hidup demi aku… Tolong…” Nicky menggenggam kedua tanganku. “Baiklah” ucapku.

          Aku masuk ke dalam ruangan ICU. Ku lihat para perawat dan dokter sibuk mengurusi tubuhku. Tubuhku dipenuhi dengan selang-selang yang dihubungkan dengan alat-alat kedokteran.

          Luka dilenganku telah ditutupi oleh perban. Aku baru ingat bahwa aku telah merobek lenganku. Ternyata luka robek itu tidak nampak pada roh ku. Pantas saja aku melupakannya.

          Sekarang, bagaimanakah cara agar aku dapat menyelamatkan nyawaku? Apa yang harus ku lakukan? Aku harus bagaimana?

          Akhirnya aku mencoba untuk dapat masuk kembali ke dalam tubuhku. Tapi, jika aku masuk aku harus rela untuk tidak dapat melihat Nicky kembali. Namun aku pun juga harus menyelamatkan nyawaku sesuai janjiku pada Nicky.

          Aku mencoba tidur di ranjangku. Ku tutup mataku dan seraya berdoa.

          ‘Tit… Tit… Tit…’ suara alat pendeteksi denyut jantungku memberitahukan bahwa nyawaku selamat. Kemudian aku langsung membuka mataku dan berusaha beranjak dari tempat tidurku.

          Namun, ternyata tubuhku masih menolak roh ku untuk dapat kembali. Dokter pun keluar dari ruanganku. Aku mengikuti dokter itu.

          “Bagaimana keadaan putri saya, Dok? Dia selamat, iya ‘kan? Dia baik-baik saja kan? Dia telah sadar kan?” Mom langsung mendatangi Dokter tersebut dan memberikan pertanyaan bertumpuk.

          “Nyawa putri anda memang tertolong. Tapi, saya minta maaf. Putri anda belum dapat sadar kembali. Permisi” Ucap Dokter tersebut seraya pergi bersama perawat-perawat yang satu-persatu keluar dari ruanganku.

          Kian menatapku, ku yakin Kian tau jawabannya. Mom kembali menangis dipelukan Dad. Nicky pun membawaku pergi. Namun, Kian mengikuti kami dari belakang.

          Kami kembali masuk diruangan kosong yang sama seperti sebelumnya. “Sakura, kamu harus bisa menemukan cara agar dapat kembali ke tubuhmu” Kian membuka pembicaraan dengan to the point.

          “Mengapa aku harus sesegera itu?” tanyaku ke Kian. “Karena kamu bisa terperangkap dalam tempat ini” jawab Nicky tertunduk.

          “Yup, benar apa yang telah diucapkan Nicky tadi. Kau harus dapat meninggal secara wajar, bukan dengan cara yang tragis seperti ini.” Jawab Kian melanjutkan ucapan Nicky.

          “Lalu, aku harus bagaimana? Apa yang harus ku lakukan?” tanyaku lagi dengan nada yang resah.

          “Entahlah. Nicky, apa kau bisa menjawabnya?” Kian balik melempar pertanyaan dariku kepada Nicky yang tertunduk diam.

          “Tidak, aku juga samasekali tidak tau bagaimana caranya. Karena aku pernah beberapa kali melakukannya dan berusaha kembali ke tubuhku sebelum aku benar-benar meninggal. Namun, semua usahaku itu berakhir sia-sia. Aku menemui jalan buntu.” Jawab Nicky dengan masih tertunduk.

          “Are you so sad, Nicky? I won’t see you sad” aku mendatangi Nicky. “I’m just scared now. Aku mengkhawatirkan dirimu, Sakura. Mengkhawatirkan keadaanmu, nasibmu, dan apa yang akan terjadi pada dirimu” Nicky menatap mataku.

          “Thanks, Nicky. But, don’t be sad. I can cry if I see you sad again. I know you won’t see me crying. So, don’t be sad Nick. Please…” aku menyentuh pipi Nicky perlahan. “Okay Okay, I will” ucap Nicky seraya menyingkirkan tanganku dari wajahnya dengan lembut.

          Nicky pergi meninggalkan aku bersama Kian. “Dia pasti sedang dilema” ucap Kian beberapa menit setelah Nicky pergi meninggalkan kami berdua.

          “Dilema? What do you mean, Kian? I can’t understand” tanyaku mendekati Kian.

          “He never told you? ” tanya Kian balik dengan wajah keheranan. “Told about what?” tanyaku berbalik kembali. “About his feel for you…” jawab Kian dengan ekspresi wajah masih keheranan.

          “Never… Nicky, never told me about it.” Ucapku pada Kian. Aku terdiam lesu dan tertunduk. “Oh My God! Lelaki macam apa sih Nicky itu? Ketika kamu dekat sama cowok lain aja dia baru marah-marah nggak jelas karena kecemburuan dia. Sakura, jangan bilang kau tak tau bahwa Nicky memiliki perasaan padamu?” Kian kembali bertanya sambil mendekat ke arahku.

          “I know. Tapi, aku hanya ingin mendengar langsung dari dirinya. Bukan lewat surat atau diary dari dia. Tapi, aku ingin mendengar dan melihat langsung dari dirinya. Kau tau kan, Kian? Semua wanita pasti menginginkan cara itu, bukan hanya sekedar lewat tulisan dan kata-kata yang penuh dengan keromantisan” jawabku dengan masih tertunduk.

          “Okay, I know. Tapi, tetap percyalah bahwa ia akan mengatakannya padamu Sakura. Namun, bila kamu izinkan. Aku akan berbicara langsung pada Nicky agar mengutarakan perasaannya padamu dihadapanmu secara langsung” ucap Kian berusaha membantuku.

          “Tidak, Kian. Terima kasih. Tapi, aku tak ingin menjadi memaksanya. Aku tak mau membuat dirinya menjadi terpaksa mengutarakannya. Aku ingin semua ini terjadi karena kemauan Nicky yang tulus dari hatinya bukan karena permintaan siapa pun. Aku kan berusaha bersabar menunggunya. Walau pun harus di alam baka nanti aku dapat mendengarnya secara langsung dari dirinya.” jawabku menolak bantuan Kian secara lembut.

          “Ok, baiklah. Lalu sekarang apa yang akan kau lakukan?” tanya Kian menatapku. “Entahlah, aku juga tidak tau. Maybe I just waiting a miracle comes to me” jawabku sambil melihat keluar jendela menatap langit biru yang indah.

          “Ok. But if you need me, you can call me” ucap Kian berbalik ingin pergi. “Thanks” jawabku singkat. Kian pun pergi meninggalkan aku seorang diri.

          Aku masih sedang menatap langit biru yang cerah. Burung-burung berkicau dengan nada-nada yang terdengar indah. Tuhan, hari ini rasanya diriku lebih tenang dari hari-hari sebelumnya.

          Disaat aku sedang menikmati keindahan alam lewat jendela, tiba-tiba aku melihat sesosok yang ku rasa dia adalah Kak Kate. Dan ternyata aku benar, itu memang Kak Kate. Namun, kira-kira apa yang sedang direncanakan olehnya lagi ya? Feeling ku merasakan ada keganjalan dengan kedatangan Kak Kate. Apalagi jam segini pasti ruanganku sedang sepi karena ditinggal mereka untuk makan siang. Aku pun langsung beranjak pergi menuju ruangan ICU tempatku dirawat inap.








*Didepan ruangan ICU*
          Ternyata kali ini feeling ku benar lagi. Kak Kate datang ke ruangan ICU tempatku di rawat inap. Dan suasana sangatlah sepi, tak ada yang menjaga tubuhku maupun perawat-perawat yang biasanya mengecek keadaan tubuhku.
Ku lihat Kak Kate tersenyum licik dan langsung masuk ke kamarku. “Ya, Tuhan. Kali ini apalagi?” ucapku seraya ikut masuk ke dalam kamarku.








*Didalam ICU*
          Kak Kate berdiri tepat disamping sebelah kanan tubuhku yang begitu banyak terdapat alat-alat kesehatan yang dihubungkan dengan tubuhku. Aku pun memilih untuk berdiri disebelah kiri tubuhku.

          “Hahaha… Tanpa perlu capek-capek lagi aku mengotori tanganku dengan menyentuh tubuhmu, kini aku dapat membunuhmu dengan seketika tanpa harus menyentuh kulitmu yang menjijikan itu…” Kak Kate kembali tersenyum sinis. Sebenarnya, tanpa diucapkan olehnya sekalipun lewat sorot matanya yang tajam namun penuh kedendaman aku telah tau bahwa Kak Kate memang ingin membunuh diriku.

          Aku tidak terlalu terkejut dengan ucapan Kak Kate. Aku selalu merasakan hal ini dari dulu. Kak Kate memang tidak pernah menyukai diriku, bahkan selalu saja menganggapku sebagai sebuah sampah. Kak Kate memang tidak pernah sekalipun memuji diriku, karena Kak Kate selalu saja mencaci maki aku bahkan menghina aku semenjak kecil.

          “Kau telah merebut semua yang harusnya menjadi milikku. Andaikan saja kau tidak terlahir didunia ini, pasti semuanya akan baik-baik saja dan menyenangkan. Kau parasit, Sakura. I hate you so much!” Kak Kate mengeluarkan sebuah gunting dari dalam tasnya.

          Apa yang akan Kak Kate lakukan padaku? Tiba-tiba seseorang datang menepuk pundakku. Aku pun langsung menoleh ke belakang.

          Ternyata Nicky yang datang. “Mengapa kamu membiarkannya melakukan hal itu semua? Kenapa kau tak mencegahnya?” tanya Nicky.

          “Tujuanku hanya satu, Nick. Aku ingin melihat Kak Kate tersenyum bahagia.” Jawabku. “Dasar kau ini!” Nicky mulai mendekati Kak Kate dan memperhatikan setiap gerak-gerik Kak Kate.

          Kak Kate mulai menggunting hingga memutuskan semua selang yang terhubung dengan tubuhku. “Kalau hanya begini saja, kau tak akan cepat mati. Kau harus mati, Sakura!!” Kak Kate meraih lengan kiriku yang telah ditutup perban karena luka yang ku goreskan.

          Kak Kate membuka perbanku, dan mengambil guntingnya kembali. “Kau harus mati, Sakura!!!” ucap Kak Kate lagi. Kak Kate pun mulai mengarahkan guntingnya pada lenganku yang lukanya telah ditutup oleh para dokter yang menanganiku.

          Nicky mulai ingin mencegah Kak Kate, “Nicky!!” teriakku. Sontak saja Nicky langsung terdiam dan menoleh kearah ku. “Why?” tanya Nicky. “Don’t!!” ucapku.

          Ketika Kak Kate mulai menyentuhkan guntingnya dilenganku yang terluka dan mulai merobeknya kembali, tiba-tiba rohku merasakan hal sama pada lengan kiriku. Aku merasakan sakit yang luar biasa pada lengan kiriku.

          “Nicky!!” teriak ku memanggil nama Nicky. Nicky pun langsung menoleh kearah ku yang terduduk memegang lengan kiriku yang terasa sangat sakit.

          Nicky yang melihatku terduduk kesakitan, langsung saja berlari mendatangiku. Ku lihat darah juga sudah mulai mengalir kembali di tubuh lengan kiriku.

          “Nicky, sakit… Help me, please! Ini sangat sakit, Nick” ucapku menahan rasa sakit. “Tenanglah, Sakura. Aku akan menolongmu.” Jawab Nicky kebingungan.

          Tuhan, mungkinkah ini akhir dari hidupku yang sesungguhnya? (^-^)







#Lanjutnext time ya ^-^
#Thank you so much for reading my story (^-^)
#I’m sorry if my story make you feel boring (^-^)v

Tidak ada komentar: