Selasa, 16 Oktober 2012

Don't Love Me, Please! (12)



                         *DON’T LOVE ME, PLEASE! (12)*







          Aku dan Kak Edward terdiam cukup lama. “Oh, Mommy tau. Ini pasti karena kamu lama tidak perawatan di salon” ucap Mom tiba-tiba dengan pastinya.

          “Umm.. May be…” aku sedikit mengkerutkan dahiku ke atas.

          “Oke, besok kamu ikut Mommy ke salon ya?! Sayang banget rambutmu yang indah jadi rontok” ucap Mom lagi. Aku hanya mengangguk secara lambat.

          “Syukurlah… Thanks, God” aku bersyukur didalam hati. Kini aku sedikit lebih lega. Untunglah Mom itu maniak fashion, jadi pikirannya nggak jauh-jauh deh dari perawatan tubuh maupun fashion mode-mode dunia.

          Kak Edward menarik tanganku lembut dan agak menjauhi Mom dan Dad. “Sakura, cepat atau lambat Mom dan Dad akan tau sendiri kebenaran yang sesungguhnya.” Kak Edward berbisik padaku.

          “I know…” jawabku pelan. Kak Edward pun hanya menghela nafas panjang dengan ekspresi wajah yang masih terlihat resah.









*Esok paginya*
          “Come on, dear” Mom memintaku untuk segera masuk ke dalam mobil. Aku pun masuk ke dalam mobil mengikuti perintah Mom.

          Namun aku melihat Suzane menatapku dengan tatapan tajam. Aku juga melihat Kak Kate bersamanya yang juga menatapku dengan sinisnya seolah-olah ada nafsu ingin membunuh diriku dari sorotan matanya tersebut.

          “No, I must positive thinking. Remember Sakura, she’s your sister!” ucapku dalam hati. Aku pun menutup pintu mobilku ketika telah masuk ke dalam mobil.

          Ku lihat Kak Kate mendatangi Mom yang masih ada didepan mobil. Entah apa yang mereka bicarakan, namun ku lihat Kak Kate beberapa kali menunjuk kearahku. Dan sepertinya Mom dan Kak Kate sama-sama sedang emosi.

          Dan tiba-tiba ‘Plakk!!’ sebuah tamparan keras terjadi yang kulihat dengan jelas dan ku dengar walau sedikit samar-samar. Mom melayangkan tangannya tepat di pipi Kak Kate yang mulus itu. Ku lihat ekspresi mereka masih menunjukkan amarah yang meluap-luap.

          Kak Kate menatap kearahku yang duduk didalam mobil dengan tatapan seolah-olah ia menyimpan dendam kepadaku, kemudian Kak Kate berlari sambil tetap memegang pipinya yang memerah akibat tamparan keras dari Mom.

          Kulihat Mom hanya menghela nafas dan masuk ke mobil. “Mom, what happen?” tanyaku ketika Mom masuk ke mobil dan menutup pintunya. “Nothing, dear. Just a little problem” Mom tersenyum padaku seraya memasang sabuk pengamannya. “Okay…” aku berusaha mempercayai Mom.

          Jujur, ini adalah pertama kalinya aku melihat Mom marah dan menampar seseorang. Yang aku tau Mom adalah wanita yang sangat ramah dan sangat penyabar. Aku tidak mengerti apa yang membuat Mom bisa berubah seperti itu. “Mom, I know you saying a lie to me…” ucapku dalam hati.









*Diperjalanan*
          “Mom?” ucapku disela-sela kebisuan. “Yes, dear?” Mom menjawab sapaanku.

          “Selepas pulang nanti, bisakah kita ke makam Nicky sebentar? Sakura kangen Nicky, Mom. Sudah 1 minggu juga Sakura tidak ke makam Nicky. Boleh ya, Mom? Please…” aku memohon pada Mom.

          “Why not?” Mom tersenyum. “Thank you so much, Mom” aku memeluk Mom sesaat. “Everything for you” Mom tersenyum kembali.










*Dimakam Nicky*
          “Mom?” tubuhku bergetar menggandeng lengan Mom. “Jangan sedih, sayang. Mom akan selalu disampingmu. Nicky pun pasti sekarang juga sedang melihatmu. Keep strong, dear!” Mom berusaha menyemangatiku.

          Mom hanya menunggu di parkiran. Aku  melangkahkan kakiku menuju makam Nicky yang berada disebuah pohon sakura. Kata Kak Edward, itu adalah permintaan Nicky sendiri sebelumnya untuk dimakamkan dibawah pohon sakura.

          Aku duduk disamping makam Nicky. Seraya menaburkan bunga melati kesukaan Nicky diatas makamnya. Aku menghela nafas panjang. Jantungku berdebar dengan keras, tenggorokanku tercekat, mirip ketika sedang marah. Tapi ini berbeda, ini adalah kesedihan yang terasa amat menyakitkan dan dalam.

          “Nicky, bagaimana kabarmu disana? Adakah disana kau rindu padaku meski kita kini ada didunia berbeda? Biarlah ku simpan sampai nanti aku akan ada disana. Tenanglah dirimu dalam kedamaian. Ingatlah cintaku, kau tak terlihat lagi namun percayalah cintaku abadi. Kau tau Nicky, aku merasa seperti aku sangat membutuhkanmu selalu ada bersamaku.” Aku tak bisa menahan tangisanku. Air mataku jatuh dengan derasnya.

          “I’ll be your side, darling…” tiba-tiba ada suara lembut terdengar dan pada saat bersamaan anginpun berhembus kencang nan lembut membelai rambutku. Aku yang tadinya mengikat rambut, kini rambutku terurai karena ikat rambutku jatuh terkena hembusan angin.

          “Who are you?” aku menoleh ke kanan dan ke kiri namun tak ku temukan sesosok pun yang ada disini. “I always live in your heart…” suara itu datang lagi dan kini masih disertai hembusan angin.

          “Ya Tuhan, apa ini hanya halusinasiku saja?” gumamku dalam hati. Aku pun bergegas meninggalkan makam Nicky dan menuju tempat parkiran mobil.









*Didalam mobil*
          “Sudah selesai?” Mom bertanya padaku ketika aku menutup pintu mobil dengan terburu-buru. Aku hanya mengangguk menjawab pertanyaan dari Mom. Mom yang melihatku mengangguk langsung menyalakan mesin mobil lalu mengemudikannya kembali ke Rumah Sakit.









*1 Minggu berlalu*
          Aku masih mendengar suara-suara aneh yang mengucapkan kata-kata romantis namun masih disertai hembusan angin yang kencang nan lembut.

          Aku pun memberanikan diri untuk menceritakannya pada Kak Edward. Aku menghela nafas panjang dulu sebelum berani membuka mulutku. “Kak?” ucapku.

          Kak Edward yang sedang membaca sebuah novel pun langsung menoleh kearahku. “Ya?” tanya Kak Edward.

          “Kak, apakah aku telah mengalami gangguan secara psikologis? Akhir-akhir ini semenjak Sakura pulang dari makam Nicky minggu lalu, Sakura selalu mendengar suara-suara aneh namun suara itu terdengar ketika angin berhembus tiba-tiba.” ceritaku pada Kak Edward. Kak Edward yang mendengarkan ceritaku pun terlihat kebingungan.

          “Kak, Sakura gak mau terus-terusan berhalusinasi seperti ini. Kak, tolong bawa Sakura ke psikiater kak” pintaku.  Kak Edward terkejut mendengar permintaanku. “Sakura, are you sure?” tanya Kak Edward.

          “Yes, I sure!” jawabku yakin. “Kau yakin? Mom pasti bertanya heran dan Kate bakal menceritakanmu yang bukan-bukan karena ia tak tau yang sebenarnya…” tanya Kak Edward sekali lagi. “Aku tak perduli apa kata orang, Kak. Please Kak… Sakura mohon… Sakura begitu tersiksa dengan suara-suara itu Kak… Please…” aku berusaha membujuk Kak Edward. Kak Edward menghela nafas panjang. “Ok” jawabnya pasrah. “Thanks Kak” ucapku.









*Esok harinya*
          “Hmm… Menurut hasil seluruh pemeriksaan, anda baik-baik saja. Anda tidak mengalami gangguan kejiwaan atau apa pun. Anda 100% sehat.” Ucap Dokter Gunawan. Dokter Gunawan kebetulan adalah ayah dari salah satu sahabat karib Kak Edward.

          “Enggak, Dok. Nggak mungkin. Saya akhir-akhir ini sering sekali mendengar suara-suara aneh.” Ucapku memastikan.

          “Tapi menurut hasil pemeriksaan kami, anda sangat sehat dan tidak mengalami gangguan kejiwaan sedikit pun” Dokter Gunawan memberikan sebuah amplop berisi hasil pemeriksaanku.

          “Baiklah. Terimakasih, Dok” Kak Edward menarikku pergi dengan lembut.

          “Aku masih belum percaya dengan semua ini…” bisikku pelan. Aku sangat heran dengan semua ini. Aku benar-benar mendengar suara-suara itu dengan jelas, namun di hasil pemeriksaan aku dinyatakan sangat sehat.

          Ketika aku keluar dari gedung psikiater, angin berhembus sepoi-sepoi. “It’s real, darling…” suara itu kembali terdengar diantara hembusan angin.

          “Kak, kakak mendengar suara tadi? Ucapan seseorang tadi, Kak…” aku menarik lengan Kak Edward. “Apa maksudmu, Sakura? Kakak ‘tak mendengar suara apa pun. Ini bukan waktunya bercanda, kita harus segera kembali ke tempat Rumah Sakit kau dirawat. Sebentar lagi kamu harus menjalani kemotherapi rutin.” Kak Edward berbalik menarik lenganku dengan lembut.

          “Tuhan, tadi aku benar-benar mendengarnya. Suara itu selalu muncul dan dengan disertai hembusan angin. Apa itu hanya halusinasiku saja, Tuhan?” gumamku dalam hati.









*Keesokan malamnya*
          “Hey! Gue punya sesuatu berita penting buat loe! Yang pastinya ini berita bahagia buat gue!” tiba-tiba Kak Kate datang. Aku yang sedang membaca novelku pun terkejut dengan kedatangannya.

          “Berita apa Kak?” tanyaku penasaran. “Jangan panggil gue “kakak”. Karena kamu memang bukan adik kandung gue! Loe itu Cuma anak pungut tau gak!” ucap Kak Kate membentakku.

          “Apa?!” aku terkejut dengan ucapan Kak Kate. Aku menjatuhkan novel yang sedang ku pegang. Aku pun langsung menutup mulutku dengan tangan kananku karena begitu terkejutnya.

“Emang loe gak sadar apa? Jarak umur kita itu sangat dekat. Dan gue tadi pagi gak sengaja nguping pembicaraan Mom dan Dad dengan seorang pria. Katanya dia membicarakan tentang salah satu anak perempuan disini, yah katanya sih itu paman dari nyokap asli dari anak itu. Tapi gue yakin yang dimaksud itu adalah loe, karena Mom berkata anak itu sangat baik sekali perilakunya. Dan elu sebagai anak emas, memang paling dibangga-banggakan. Sayangnya elu cuma anak pungut yaa… Miris banget sih hidup loe!” Kak Kate pergi seraya membanting pintu.

“Ternyata selama ini aku bukan anak kandung dari Mom dan Dad? Lalu aku anak siapa? Siapa orang tua kandungku yang sebenarnya? Siapa wanita yang sudah melahirkanku? Tuhan, tuntunlah diriku. Bantulah aku untuk dapat mengungkapkan ini semuanya Tuhan” aku menangis terisak.

“Tenang saja, honey. Don’t be sad, darling. I always be your side. I’m here now” suara itu tiba-tiba kembali terdengar.

Entah apa yang kupikirkan dan entah aku bisa menebak dari mana. Tapi aku merasakan Nicky sedang memelukku. Hangat tubuh dan wangi aroma tubuh Nicky ku rasakan.

“Nicky?! Nicky, kamu dimana? Nicky?!” aku memanggil nama Nicky dan seraya berharap suara itu benar asalnya dari Nicky.

“I’m here, darling. I’ll always in your mind and your heart. I’m not leaving. So, don’t be sad. I was beside you, darling” suara itu kembali terdengar. Suara itu begitu terdengar nyata.

“Oh Tuhan, mungkinkah ini nyata atau hanya halusinasiku saja? Benarkah itu suara dari Nicky? Jawaban dari suara Nicky?” gumamku dalam hati.

“It isn’t your dream, darling. I’m here, darling. Beside you…” ucap suara itu. Seolah-olah suara itu mengerti apa yang sedang ku pikirkan dan apa yang ku rasakan dalam hatiku.

Aku merasakan seolah-olah ada kekuatan yang mengalir pada diriku. Kini aku mulai merasakan ketegaran dalam hatiku. Aku merasakan sudah cukup lega dari sebelumnya. Entah apakah itu ada hubungannya dengan Nicky? Aku tidak perduli. Yang jelas, aku makin percaya bahwa Nicky akan tetap selalu bersamaku dan ‘tak akan mungkin meninggalkanku.

“Keep smile, darling. I love you so much…” suara itu mulai menghilang ketika angin pun mulai mereda. “I love you so much too, Nicky. I’ll remember it and I can’t forget you. You’re on my mind and you’re in my heart. And now, I believe you’ll never leave me alone…” ucapku dalam hati seraya tersenyum lembut ke arah angin yang berhembus makin pelan.









*Keesokan paginya*
          “Mom?! Dad?! I want to ask something for you… It’s very privacy…” ucapku disela-sela kedatangan mereka yang baru beberapa menit lalu.

          “Okey, dear. Tell us now.” Mom duduk di samping ranjangku. “Tolong jawab yang sejujur-jujurnya, Sakura ini anak kandung siapa yang sebenarnya?” tanyaku langsung to the point. Aku sangat penasaran tentang semua ini. Aku memasang ekspresi wajah tegar, walau sebenarnya hatiku sangat sakit sekali.

          Sontak saja Mom dan Dad langsung kaget ketika mendengar pertanyaanku. “Kamu bicara apa? Sakura Jane Airurando adalah anak kandung dari George Jonathan Airurando dan Stella Virgin Airurando. Kamu adalah anak kandung kami, sayang” ucap Mom mengelus rambutku.

          “Siapa yang sudah berani memfitnah kamu begitu? Tolong katakana pada Daddy!” Daddy memegang tangan kananku yang masih tertancap selang infus.

          Aku hanya terdiam. Aku tak berani menjawab pertanyaan Dad. Aku takut semuanya malah akan makin kacau. Suasana diruangan pun menjadi hening beberapa saat.

          “Tolong katakan kepada Daddy, siapa yang sudah mengatakan itu padamu?” ucap Dad sekali lagi dengan pertanyaan yang sama.

          Aku masih diam seribu bahasa. Aku menundukkan kepalaku. “Dear?” Mom mengelus rambutku dengan lembut. “Kak Kate” ucapku. Akhirnya aku mengeluarkan nama tersebut. Entah siapa yang benar dan siapa yang berbohong, aku tak tau apa-apa.

          “Kate?!” tanya Dad heran. “Dia lagi. Dad, Mom rasa Kate harus diberi pelajaran. Dia gak boleh melakukan hal ini terus-menerus pada Sakura.” Ucap Mom kepada Dad.
          Dad berpikir sejenak.

          “Oke, baiklah. Dad setuju dengan usul Mom.” Ucap Dad menyetujui apa yang diminta Mom tadi.

          “Enggak! Mom dan Dad gak boleh menyakiti Kak Kate. Bagaimapun dia dan seberapa kejam Kak Kate padaku, tapi dia tetap kakak Sakura dan dia tetap anak kalian” aku menarik lengan Mom dan Dad.

          Tiba-tiba Kak Kate datang. Mom dan Dad yang melihat kedatangan Kak Kate langsung sama-sama menangguk. Entah apa yang dipikirkan Mom dan Dad, aku ‘tak lagi tau.

          “Tunggu disini sebentar ya, sayang” ucap Mom padaku. “Kate, Dad mau bicara penting padamu. Ayo ikut sebentar” kata Dad pada Kak Kate. “Okay…” jawab Kak Kate sambil mengikuti Dad. Mom menutup pintu ruanganku.

          Aku berusaha dengan keras untuk dapat beranjak dari kasurku. Aku berjalan ke arah pintu. Aku memasang telingaku dengan tajam agar dapat mendengar percakapan antara Mom, Dad, dan Kak Kate diluar.

          “Oke, langsung ke intinya saja. Apa yang kamu katakana pada Sakura, sayang?” Dad membuka pembicaraan langsung to the point.

          “Kate hanya berkata jujur, Dad. Aku gak suka dengan cara Dad dan Mom memperlakukan Sakura terlalu istimewa. Bahkan Dad dan Mom jarang sekali bahkan hampir tidak pernah memperhatikan aku dan Kak Edward. Semua perhatian kalian pasti tertuju pada Sakura. Padahal 17 tahun yang lalu kalian selalu lebih memperhatikan dan mementingkan aku dibandingkan kepada Sakura. Tapi, sekarang kenyataannya berbeda. Kate nggak mau perhatian kalian yang ada ini hanya buat seorang anak pungut.” Jawab Kak Kate.

          Suasana pun menjadi hening. Dan aku yang mendengar jawaban Kak Kate sangat terkejut sekali. Betapa aku sudah menyakiti Kak Kate. Aku mengambil perhatian Dad dan Mom dari dirinya. Betapa aku sangatlah lebih kejam kepada dirinya dibandingkan perlakuan dia terhadapku. Betapa sangatlah tidak bergunanya aku hidup di dunia.

          “Tuhan, aku sudah sangat merepotkan banyak orang. Mulai dari Bryan, aku telah membuat Bryan patah hati. Lalu Kak Edward, dia bahkan selalu terlihat lelah namun ia tetap saja ingin menjagaku apalagi hanya dia yang tau penyakitku ini. Lalu Mom dan Dad, gara-gara Sakura mereka bahkan hingga sampai harus rela bolak-balik ke Jepang-Irlandia hanya untuk dapat melihat keadaan Sakura. Lalu Suzane, Sakura telah menyakiti hati Suzane. Sakura membuat Suzane patah hati, dan Sakura yakin perlakuan Sakura itu sangatlah lebih kejam kepada Suzane daripada tindakannya terhadapku. Dan Kak Kate, Sakura telah mengambil perhatian dari Mom dan Dad yang seharusnya menjadi milik Kak Kate. Apa gunanya aku masih hidup, Tuhan? Sakura hidup hanya menjadi derita dan beban bagi orang lain! Mengapa Engkau membiarkanku masih bisa bernafas, Tuhan? Tolong ambil nyawaku sekarang, Tuhan… Ku mohon padaMu, Tuhan… Biarkan Sakura bertemu Nicky… Hanya dengan bersama Nicky aku mendapatkan ketenangan. Ambil nyawaku, Tuhan!!!” jeritku dalam hati. Sungguh aku merasa sangatlah tidak ada artinya aku hidup. Aku hanyalah parasit bagi orang-orang disekitarku.

          “Tuhan, jika Engkau tak memanggil malaikat pencabut nyawa untuk mencabut nyawaku sekarang. Maka, biarlah aku sendiri yang akan memanggil malaikan pencabut nyawa itu.” Aku mengambil pisau buah yang ada dipiring yang ddisertai dengan buah-buahan segar untukku tentunya. Aku mencabut semua peralatan dokter yang ada pada diriku.

          “Ya Sakura lakukanlah dengan cepat. Apalah gunanya kamu hidup jika hanya menjadi parasit? Dan apalah artinya hidup tanpa Nicky? Percuma kau ada disini, Sakura” ucapku seraya aku mengarahkan ujung pisau kearah urat nadi yang ada dilenganku.

          “Don’t do it! I won’t look you die!” suara itu datang lagi. Aku yakin itu adalah suara Nicky.

          “Sorry, but I can’t life without you!” ucapku. Aku ‘tak memperdulikan suara itu. Aku mulai menggoreskan lenganku dengan pisau. Rasa sakit pada lenganku kian terasa, rasa sakit dikepalaku pun kembali terasa, dan aku kembali mimisan. Aku tetap menggoreskan lenganu dengan pisau buah tersebut. Begitu banyak darah yang keluar dari lenganku.

          “No!!!!!!!!!!!!!!” teriak suara itu disertai angin yang sangat kencang. Angin itu bahkan menjatuhkan pisauku. Namun sayang, semua percuma karena sudah terlambat. Aku telah memotong 2 urat nadiku. Kini aku tinggal menunggu malaikat maut datang padaku. Namun makin lama, rasa sakit ini sungguh luar biasa.

          ‘Brukk!! Pyarr!!’ aku terjatuh dan juga menjatuhkan piring yang berisi buah-buahan segar. Lantai disekitarku dan pakaian yang sedang ku gunakan dipenuhi darah. Mungkinkah malaikat pencabut nyawa telah datang? (^-^)






#Lanjutnext time ya ^-^
#Thank you so much for reading my story (^-^)
#I’m sorry if my story make you feel boring (^-^)v

Tidak ada komentar: