*DON’T LOVE ME, PLEASE! (7)*
“Mengapa kamu menghindariku? Do you hate me? Tell me what’s
my wrong, Sakura” pinta Bryan.
“Aku tidak menghindari siapa pun. I never can hate you”
jawabku. “So?” tanya Bryan singkat.
Aku hanya diam seribu bahasa. “Ok, now I understand you.
You never want me again. I just want you to know, I still love you and still
wanting you like I need you, Sakura. I’ll go out from your life. Aku akan pergi
ke Autralia untuk pergi dari hadapanmu untuk selamanya” ucap Bryan.
Kata-kata Bryan membuat air mataku menetes membasahi kedua
pipiku. Hatiku ‘tak bisa lagi ku kuasai. Aku memeluk Bryan dari belakang.
“Don’t let me go when I’m this low” pintaku.
“Hmm… So please tell me why?” Bryan berbalik arah padaku.
“Can’t stand living with you, but don’t wanna live without
you. I’m missing loving you.” jawabku.
“Ada kah kemungkinan rasa itu kembali ada?” Bryan menatapku
dalam-dalam. “I can’t promise” jawabku. “Thanks” Bryan memelukku.
“If you know, I always love you. I never can forget you.”
ucapku dalam hati.
*Esok harinya*
‘Tak lupa aku mengkonsumsi obat-obatku setelah selesai
sarapan secara diam-diam didalam kamar. “Sakura!” Suzane tiba-tiba masuk ke
dalam kamar.
Untung aku telah mengkonsumsi obatku saat dia masuk. Aku
langsung menyembunyikan obat-obatku dibalik punggungku. “What is it?” tanya
Suzane penasaran dengan yang ada dibalik punggungku.
“Nothing… That’s just a vitamin… Ayo, kita kan mau ke
taman…” ajakku seraya memasukkan obat-obatku ke dalam tas tangan yang kubawa.
“Oke. Let’s go!” Suzane percaya pada alasanku. (Jangan ditiru ya bohongnya itu
^-^)
Kami langsung menuju mobil Mark yang memang paling agak
luas dan cukup untuk kami bertujuh.
*Ditaman*
“Wow! Ternyata bukan hanya taman bunga, namun disini pun ad
ataman untuk hewan-hewan yang telah jinak” kagumku dalam hati.
Aku melihat seekor bayi panda yang lucu. “Wow! There’s a
panda!” teriak Bryan. “Suzane, tolong foto aku dan Sakura saat kami memeluk
bayi panda itu” Bryan meminta pada Suzane. “Alright!” jawab Suzane. (Aku juga mau
u,u’)
Bryan meminta izin kepada pengawas panda tersebut untuk
dapat berfoto dan akhirnya kami pun di izinkan. Suzane memotret kami dalam
beberapa gerakan. Bryan dan aku memang kebetulan sama-sama menyukai binatang
panda. (Biar so sweet aja :D)
Waktu 15 menit berfoto ku rasa masih kurang, namun aku
harus memberikan giliran kepada pengunjung yang lain. (15 menit kan udah lama
banget untuk sekedar foto u,u)
Tiba-tiba Mark menarikku ke sebuah kandang binatang
lainnya. “Oh My God! A Crocodile?!” aku berteriak histeris lalu berlari kembali
ke Bryan dan berlindung di balik punggungnya.
“Why? That’s just a crocodile baby…” tanya Mark heran. “Dia
phobia terhadap itu” jawab Bryan seraya merentangkan tangan kanannya untuk
menjauhi Mark dariku.
“Oops! Sorry! I don’t know about it” ucap Mark merasa
bersalah. “Ok, no problem” jawabku mulai menjauh dari Bryan kembali.
Entah mengapa hatiku dan otakku selalu mencari Bryan kapan
pun. “Tuhan, aku mohon buang rasa ini… Aku ‘tak sanggup, Tuhan…” doaku dalam
hati.
Aku dan Suzane pun agak terkejut dengan deringan dari ponselku. “Untung lagi nggak ada Kak Bryan…” omel Suzane. “Hehehe… Maaf” ucapku.
Deringan lagu ini memang deringan sebuah kenangan diantara aku dan Bryan. (#TeamMcfadden jangan pada ngamuk dulu yaa ^-^)
Aku langsung meraih ponselku di tas tanganku. Aku melihat nama yang tertera di layar ponselku ‘My Brother’. “Ada apa ya Kak Edward menelponku?” tanyaku dalam hati.
“Kak Edward?” tanya Suzane. Aku hanya mengangguk dan menerima panggilan telpon dari Kak Edward.
“Hallo?” sapaku awal. “Kakak sempat dapat kabar dari Bryan. Sakura, apa benar kamu sempat pingsan kemarin malam lusa?” tanya Kak Edward to the point dengan nada khawatir. “Iya, Kak. Maaf aku lupa dengan obatnya” aku mengecilkan volume suaraku dan menjauh pergi untuk menjaga jarak dengan Suzane agar dia ‘tak mendengar pembicaraanku.
“Sakura… Kamu kan sudah janji. Pokoknya kakak nggak mau hal itu terulang lagi. Kalau hal tersebut terulang kembali, kakak akan menjemputmu dan langsung membawamu pulang” ancam Kak Edward. “Iya, Kak. I’m promise.” janjiku.
“Tadi pagi udah dikonsumsi?” tanya Kak Edward. “Sudah” jawabku singkat. “Hmm… Sakura, akan lebih baik kalau Mom and Dad dan juga Bryan tau tentang penyakitmu…” ucap Kak Edward lagi.
“Don’t say anything about it! Tolong Kak jangan… Cukup aku dan Kakak aja yang tau, jangan beri tau yang lain Kak… Aku ‘tak ingin membuat siapa pun sedih, aku juga ‘tak ingin dikasihani… Aku tetap ingin hidup normal layaknya remaja pada umumnya Kak… Tolong jangan…” pintaku memohon. (Sebenarnya apa yaa penyakitnya Sakura? Hayoo apa? :D)
“Hmm… Baiklah. Sudah dulu ya, Kakak mau konsultasi ke dokter kamu dulu. Jaga dirimu baik-baik… See you, my little sister” Kak Edward menutup panggilan.
“Kuharap Kak Edward tetap menjadikan hal ini sebagai rahasia” doaku dalam hati.(^-^)
#Lanjut next time ya ^-^
#Thank you so much for reading my story (^-^)
#I’m sorry if my story make you feel boring (^-^)v
Tidak ada komentar:
Posting Komentar