Jumat, 09 November 2012

Don't Love Me, Please! (15)



*DON’T LOVE ME, PLEASE! (15)*







 “Sakura, maaf aku tak bisa terlalu lama menemani dirimu. Waktuku didunia ini pun hanya empat puluh hari saja, maka sebentar lagi aku harus meninggalkan kamu dan menghadap Tuhan. I’m sorry, babe…” Nicky memelukku dan mengelus-elus rambutku.

          “Kau jahat, Nick! Kau tinggalkan aku sendiri didunia! Nicky, aku gak mau kehilangan kamu lagi! Aku gak mau jarak antara kita kian jauh! Aku nggak mau, Nick” ucapku menangis terisak.

          “I love you, Sakura. Aku pun tak ingin ini terjadi antara kita. Namun inilah kenyataan. Dunia memang kejam, tapi percayalah cintaku kan tetap bersinar terang menerangi ruang hatimu.” Nicky mengecup keningku dengan lembut.

          “Bawalah aku pergi bersamamu! Aku rela melakukan apa saja, asalkan itu semua demi dapat bersamamu.” Ucapku pasti. “Tidak, aku tidakkan bisa melakukannya” Nicky tertunduk.

          “Why?” tanyaku heran. “Follow me now, honey” Nicky menggandeng tanganku menuju pintu keluar rumah sakit ini.







*Didepan pintu rumah sakit*
          “Ada apa, Nick? Tolong beritau aku. Jangan membuatku bingung dengan semua ini!” ucapku membuyarkan lamunan Nicky.

          Nicky menggenggam kedua tanganku erat lalu mulai berjalan mundur menuju keluar pintu. Roh Nicky menembus pintu keluar, namun tiba-tiba… tanganku tertahan dipintu. Nicky yang telah berada dibalik pintu, tak ku lihat lagi ekspresinya. Tak keluar sepatah kata pun darinya.

          Biasanya roh ku pun dapat menembus pintu dan tembok mana pun. Aku mencoba menggenggam dan memutar knock pintu. Bahkan aku juga mencoba mendorong dan menarik pintunya. Namun aku tak berhasil melakukannya.

          Tiba-tiba seorang penjaga datang dan membuka lebar kedua pintu tersebut. Aku langsung mencoba melangkahkan kakiku keluar rumah sakit. Namun tubuhku tak dapat keluar dari tempat ini. “Roh mu tertahan di rumah sakit ini. Kau takkan bisa keluar dari rumah sakit ini untuk pergi kemana pun.” Ucap Nicky tertunduk lemas.

          “Tidak!! Enggak!!! Ini semua nggak mungkin terjadi!!!!!!!!!!!!!!!” aku terduduk lemas.

          “Maafkan aku, tapi inilah kenyataan.” Nicky menyentuh pipiku. “Nicky, aku takut… Aku takut tak bisa lagi bersamamu! Aku takut terpisah lebih jauh darimu! Aku takut tak bisa menjalani hidup dengan senyuman yang alami tanpamu! Aku takut kehilangan dirimu! Aku takut kehilangan cintamu! Aku takut, Nicky… Hanya bersamamulah ku yakin dapat tersenyum bahagia dengan natural, bukan seperti senyuman-senyuman dan tawa hampa yang biasanya ku lakukan… Aku hanya ingin dirimu…” tangisku tak terbendung lagi.

          “Don’t be scared, honey. I’ll always life in your heart and your mine.” Nicky mengecup kening ku lalu memelukku erat.

          “Aku tak butuh hanya sekedar itu saja, Nicky! Kau tak tau dan tak akan pernah tau apa yang ku rasakan!” aku mendorong Nicky hingga Nicky terjatuh. Aku langsung berbalik dan berlari meninggalkan Nicky menju ruangan ICU tempat tubuhku terbujur kaku.








*Didalam ICU*
          “Mengapa Tuhan menciptakan aku didunia? Mengapa Tuhan tega membiarkan diriku menderita dimuka bumi ini? Mengapa Tuhan menghidupkan aku dan menurunkanku ke bumi jika hanya ingin melihatku menderita? Mengapa Tuhan tak kunjung mencabut nyawaku?” aku menangis menatapi tubuhku yang terbujur kaku dengan masih dipasang alat-alat kedokteran di sekujur tubuhku.

          “Apa gunanya aku dihidupkan oleh Mu, Tuhan? Apa gunanya aku hidup dimuka bumi ini? Aku hanyalah makhluk ciptaan-Mu yang paling lemah yang tidak berdaya dan sama sekali tidak berguna. Kapankah kiranya akan Engkau ambil nyawaku yang tidak berharga ini, Tuhan?” aku mendekati tubuhku yang masih terbujur kaku.

          Air mata yang menetes pada roh ku yang walau akan hilang ketika jatuh menyentuh tanah juga terlihat oleh mata pada tubuhku. Air mataku juga mengalir dari mata pada tubuhku.

          Mataku mulai melihat ke sekeliling ruanganku, aku mencari sebuah benda yang mungkinkah akan ada. Mataku terhenti ketika melihat deseberangku ada benda yang sangatlah ku butuhkan.

          Aku mulai menuju tempat benda tersebut dan mulai mengambilnya. Salah sendiri para perawat itu menaruh benda seperti ini disini. Aku mengambil sebuah pisau kedokteran yang biasanya digunakan untuk melakukan sebuah operasi pada seseorang.

          Ini adalah waktu yang tepat untuk membunuh diriku sendiri. Tak ada lagi kini yang bisa mencegahku untuk memanggil malaikat maut agar dapat datang dan mengambil nyawaku. Malaikat maut, dimanakah engkau?

          “Sakura!!!” Nicky menarik lenganku ketika aku ingin menusukkan pisau operasi ini pada jantungku.

          “Lepaskan aku!!! Lepaskan aku, Nicky!!! Lepaskan!!!” aku berusaha melepaskan genggaman Nicky dariku. “Tidak!! Tidak akan ku lepaskan!!!” Nicky menjatuhkan pisau yang ku genggam lalu menendangnya menjauh dariku.

          “Kenapa, Nicky? Kenapa? Apa kau senang melihatku menderita didunia? Kau senang?” aku meneteskan air mata kekecewaan pada Nicky.

          “Sakura? Nicky? Apa yang terjadi?” Kian tiba-tiba datang dan terlihat heran melihat ekspresiku dan Nicky.

          Aku tak menggubris pertanyaan Kian. Nicky pun terdiam seribu bahasa. Kian pun masih diam menunggu jawaban keluar dari bibir salah satu dari kami berdua.

          “Sakura mencoba membunuh dirinya sendiri…” ucap Nicky beberapa saat kemudian.

          “Sakura, apakah yang dikatakan oleh Nicky itu benar?” tanya Kian menuju kearahku.

          Aku hanya diam seribu bahasa yang lagi-lagi tak menggubris pertanyaan Kian. “Mengapa kau melakukannya?” tanya Kian lagi.

          “Lalu apa salahnya? Aku hanya berusaha meraih kebahagiaanku! Aku capek menderita hidup didunia! Aku lelah dengan semua permainan didunia ini! Diriku pun tak berguna untuk hidup! Aku hidup hanya bisa menyusahkan orang lain saja! Lebih baik aku mati agar tenang bersama Nicky!” jawabku menegaskan pada Kian.

          “Tapi tak begini caranya. Apa kau yakin ini sudah jalan yang benar yang kau pilih? Ingat, Tuhan takkan memberikan cobaan yang lebih kepada makhluk-Nya. Kau harusnya lebih banyak berdoa dan mendekatkan diri pada-Nya bukannya malah membunuh dirimu sendiri. Kau pikir Nicky takkan sedih melihatmu menderita didunia? Nicky juga sangat sedih, namun dia akan lebih merasa sangat sedih dan akan kecewa berat apabila kau membunuh dirimu sendiri.” Ucap Kian makin dekat denganku. Nicky yang mendengar namanya disinggung oleh Kian, hanya terdiam. Nicky terduduk dan tetap diam membisu menundukkan kepalanya.

          “Coba kau ingat kembali, jika kau merasa dirimu tak berharga. Lalu, apa gunanya saat itu Nicky menyelamatkan nyawamu bahkan hingga dia mengorbankan nyawanya sendiri demi dirimu. Agar apa? Agar kau bisa hidup didunia, agar masih bisa melihat keindahan dunia, agar kau dapat mewujudkan semua cita-citamu. Nicky hanya ingin melihatmu bahagia. Hanya itu, bukan yang lain. Maka dari itu jangan sia-siakan pengorbanan Nicky, hanya karena masalah dunia yang tak berharga.” Aku hanya diam mendengar ucapan-ucapan Kian yang mulai menyadarkan diriku.

          “Nicky, maafkan diriku. Maafkan aku yang selalu menyakitimu, mengecewakanmu dan meragukanmu. Namun karena diantara beribu cinta, pilihanku jatuh pada dirimu. Takkan ada selain kamu dalam segala keadaanku, cuma kamu dan hanya kamu yang selalu ada untukku dan paling mengerti aku. Maafkan aku yang buta akan pengorbanan dirimu untukku.” Aku mendatangi Nicky dan terduduk. Tak terasa setetes demi setetes air mataku jatuh.

          “Don’t cry, honey. I forgive you. Please, don’t cry again. I won’t see you cry. Smiling, honey…” Nicky menatap mataku dengan dalam dan lembut seraya menghapus air mataku.

          “Hiks… Tapi, aku sungguh sangatlah bodoh… Aku melupakan pengorbanan dirimu… Aku memang tak pantas untukmu…” ucapku terisak. “Hey! Don’t cry, my girl! Aku tau, kau melakukannya demi diriku juga. Namun percayalah juga sayang, bahwa aku melakukan ini semua hanya untuk dirimu. Hanya satu pintaku untukmu dan hidupmu, baik-baik sayang ada aku untukmu. Hanya satu pintaku disiang dan malammu, baik-baik sayang karena aku untukmu. Tetaplah hidup demi diriku! Karena kini nyawaku juga ada pada dirimu! Karena separuh aku kini ada pada dirimu. You’re my life, honey!” Nicky memelukku erat.

          “Nicky, aku tak ingin kehilanganmu. Aku frustasi. Aku takut, aku takut menjalaninya tanpamu. Aku takut jika tak ada kamu bersamaku. Aku tak mau kehilangan kamu.” Aku membalas pelukan Nicky dan tetap menangis.

          “I’ll always life in your heart and your mine, honey. I’m not leaving you, promise! Believe me!” Nicky mengelus rambutku dengan lembut.

          “Aku masih tak bisa menerima kenyataan!” ucapku. “Kau akan terbiasa nantinya, Sakura” jawab Nicky seraya menghela nafas.

          “Uhuk!! Uhuk!! Ehem!! Ehem!! Jadi setelah gue ngomong panjang lebar terus gue sekarang hanya dianggap patung gitu?!” ucap Kian tiba-tiba dengan nada sewot.

          “Hahaha… Maaf ya, Kian. Aku lupa…” jawabku melepas pelukan Nicky. “Kian, kumohon… Kumohon ketika Sakura kembali ke dunia dan aku telah menghilang, tolong jaga dirinya. Aku tak ingin ada sesuatu yang terjadi pada dirinya. Tolong jaga dirinya demi aku. Tolong… Aku mohon padamu…” Nicky menepuk pundak Kian.

          “Tenang saja, aku pasti menjaganya demi dirimu. Aku ikhlas melalukannya, bahkan bila harus mengorbankan nyawaku seperti yang kamu lakukan.” Kian tersenyum pada Nicky. Nicky pun membalas senyuman Kian dengan lembut.

          Aku tak tau harus berkata apa lagi. Aku ingin mencegah Nicky, namun sudah ku pastikan itu semua akan sia-sia saja. Andai kau tau Nick, aku bahkan tak memperdulikan lagi kehidupanku didunia hanya agar aku dapat bersamamu selalu untuk selamanya. Aku tak ingin kehilanganmu. Aku takut, Nicky. Aku takut…

          “Takkan selamanya tanganku mendekapmu. Takkan selamanya raga ini menjagamu. Tak ada yang abadi, Sakura. Semua adalah takdir Tuhan. Carilah kebahagiaanmu demi diriku. Karena kini separuh aku itu dirimu. Berbahagialah, agar aku dapat tersenyum di alam baka sana. Jangan teteskan air matamu kembali dihadapan orang lain.” Nicky mengecup keningku.

          Entah mengapa, namun hatiku terasa sangat sesak. Aku takk ingin kehilangan Nicky. Namun, apakah yang harus aku lakukan agar aku dapat terus bersama Nicky dan mencegah kepergiannya. Tuhan, janganlah Engkau tega memisahkan diriku dengan Nicky.

          “Sakura, waktuku hanya tinggal lima belas hari lagi didunia. Aku hanya ingin membuat kenangan yang sangat indah yang takkan terlupakan diantara kita berdua. Tolong jangan menangis lagi ya, aku hanya ingin melihat kau tersenyum” Nicky menyentuh wajahku dengan lembut. Aku hanya diam seribu bahasa.

          “Okay” ucapku agak tak yakin dapat melakukannya.









*Seminggu kemudian*
          Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari kini telah berlalu. Tak terasa kini waktuku bersama Nicky hanya tinggal seminggu. Betapa berat rasanya melepaskan orang yang sangat dicintai. Hal itu andaikan semudah membalikkan telapak tangan, tapi aku yakin itu semua hanyalah harapan yang sia-sia.

          Tuhan, sungguh aku tak rela kehilangan Nicky untuk selamanya. Ku tau didunia ini tak ada yang abadi, semua makhluk hidup pasti akan kembali kepada-Mu. Namun, haruskan dengan secepat ini aku kehilangan Nicky?

          Setiap detik aku selalu merasa takut. Takut kehilangan Nicky, takut akan kehilangan senyum alamiku, takut takkan lagi dapat bahagia, takut kesepian. Ya Tuhan, tolong katakana ini semua hanya mimpi burukku. Aku tak sanggup Tuhan, tak akan pernah bisa sanggup kehilangan Nicky. Semenit tanpa Nicky bagaikan seharian tanpanya, Tuhan. I’m so scared now!

          “Sakura?!” Kian datang tiba-tiba membuyarkan lamunanku. “Kian?!” ucapku kaget. Aku pun buru-buru menghapus air mataku.

          “Why you’re crying?” tanya Kian mendekatiku. “No, I’m not crying. Kamu hanya salah lihat saja” jawabku mengelak.

          “I know you’re crying. Tadi aku barusan habis dari ruanganmu dan air matamu mengalir. Ketika aku menyadarinya, aku pun segera mencari rohmu. Ingat Sakura, apa yang kamu rasakan pada roh mu itu akan terjadi pula pada tubuhmu, misalnya ketika roh mu menangis maka secara langsung tubuhmu pun mengalirkan air mata. Begitu pula dengan sebaliknya, ketika tubuhmu dilukai oleh Kate, rohmu pun ikut merasakan kesakitan yang luar biasa dan hal itu sama dengan yang dirasakan tubuhmu. Karena kau belum meninggal, maka tubuh dan roh mu masih saling berterikatan secara erat. Kau tak bisa membohongi diriku.” Kian menatap keluar jendela sambil menjelaskan.

          Aku hanya terdiam mendengarkan ucapan Kian. Aku pun masih tak menjawab pertanyaan Kian. Aku hanya diam seribu bahasa. Suasana pun menjadi sunyi senyap. Kian pun menghela nafas panjang ketika sudah terlihat tak lagi sabar menunggu jawaban keluar dari bibirku.

          “Kau takut kehilangan Nicky kan?” tanya Kian to the point. “Kalau kau sudah mengetahuinya, mengapa kau masih bertanya?” tanyaku balik. Tentu saja dugaan Kian yang tepat itu kembali membuat hatiku terasa sesak.

          “Sakura, Nicky pun tak ingin pergi meninggalkanmu. Tapi, itulah takdir Tuhan yang ada satu manusia pun yang sanggup mengubahnya. Kita memang mungkin dapat mengubah nasib, tapi sangatlah tidak mungkin kita dapat mengubah takdir Tuhan. Nicky pun merasakan kesedihan yang amat sangat mendalam. Kau tau, Sakura? Ada hal yang aku ceritakan padamu tentang Nicky, tapi kau jangan katakana padanya. Karena ini rahasia antara aku dan Nicky. Karena sebagai tempat curhatnya dia, dan kurasa kau perlu tau akan hal ini” ucap Kian membuatku menjadi sangat penasaran.

          “Tell me, what’s that? Come on, Kian… Please…” pintaku pada Kian. “Okay! Okay! But, this is very secret. Kau jangan beritahukan kepada siapapun. Dan terutama kepada Nicky, ya karena bisa habis aku diamukin Nicky” Kian berbalik ke arahku.

          “Okay, I promise! Come on, Kian… Jangan membuatku menjadi sangat penasaran dong!” pintaku pada Kian. Aku mulai mendekati Kian agar tak ada seorang pun yang mendengarnya terutama apabila Nicky datang tiba-tiba menembus dinding. (^-^)







#Lanjut next time ya ^-^
#Thank you so much for reading my story (^-^)
#I’m sorry if my story make you feel boring (^-^)v

Tidak ada komentar: